Chapter 4

3.2K 231 5
                                    

Happy Reading :)


Sudah 3 hari Freeya terkurung di gudang, Erland sama sekali tak memperdulikan Freeya. Bahkan dia tak perduli anaknya belum makan hingga 3 hari. Jane sangat mengkhawatirkan keadaan Freeya, dia pun memohon kepada Calista untuk membujuk Erland agar membuka gudang tapi Calista pun tak bergeming.

Jane kini berada di kantin sekolah dia sedang mengantri makan siang bersama Bara, Nayra dan Rachel. Setelah mereka mendapatkan makan siang mereka mencari tempat duduk. Gaby melambaikan tangan pada Rachel ketika ia melihat sang kekasih mencari tempat duduk.

"Sayang?" panggilnya.

Rachel melihat kearah Gaby lalu dia dan lainnya menghampiri meja Gaby. Mereka duduk makan siang bersama tanpa Freeya. Bara memperhatikan Jane seperti tak berselera makan. Beberapa hari ini semenjak Freeya terkunci digudang Jane memang tak ada selera makan. Bagaimana dia bisa makan ketika adiknya saja tak makan selama 3 hari.

"Sayang kok cuma diaduk aduk makanannya?" tanya Bara.

"Gak selera."

"Kak jangan gini Freeya nanti sedih liat lo gini. Lo tau kan Freeya pernah bilang apapun yang terjadi sama dia ketika dia di kurung atau disiksa papa dia gak mau liat lo kusut gini apa lagi lo gak makan. Lo gak mau kan bikin Freeya makin sedih?" ucap Nathan.

"Gue gak bisa tan, lo bayangin gue bisa ngehirup udara segar gue bisa liat siang dan malam gue bisa makan enak tapi adek gue-" Jane menjeda ucapanya menghela napas panjangnya.

"Dia kedingan di gudang, lukanya pun mungkin sampai kering. Dia gak makan gak minum. Gue jadi kakak terjahat buat dia, gue gak pantas menjadi kakak dia." tak kuasa Jane menitihkan air matanya.

"Dan-" ketika Jane akan berbicara kembali Bara menggenggam tangan Jane yang ada di meja seakan untuk menyudahi obrolan tentang Freeya. Dia tak mau melihat Jane makin sedih.

"Udah, kita lanjut makan. Dan kamu Jane apapun yang terjadi kamu tetap kakak yang baik buat Freeya," sembari menyeka air mata Jane.

Kini hening seketika tak ada obrolan mereka memakan makanannya walaupun mereka sudah tak ada selera makan mengingat Freeya yang masih terkurung oleh papa.

Tiba tiba Grace, Cindy dan Anna menghampiri meja Jane. "Tumben banget kok kayaknya ada yang kurang, mana nih bocah ingusan itu? Beberapa hari ini gue belum liat batang hidungnya," dengan senyum smrik.

Jane yang menatap tajam pada Grace pasalnya dia tau siapa yang Grace maksud dan seakan dia mengejek Freeya. Ketika Jane akan bangkit ditahan oleh Nathan.

"Grace gausah cari masalah. Gue sama yang lain diem gak ngusik lo. Lo mau pada ngusik yang lain silahkan tapi tolong jagan ngusik ketenangan kita," ucap Nathan.

Tiba tiba Grace melempar nampan yang berisi sisa makanannya ditengah meja makan mereka. Membuat semua sisa makanan tercecer mengenai baju mereka. "Upssss sorryy banget loh gak sengaja," dengan tertawa. Anna dan Cindy pun ikut tertawa.

"Grace kasian tuh baju mereka kena sisa makanan," ucap Cindy dengan tertawa.

"Muka lo sedih gitu Jane? Sedih ya adek lo gak ada disini?" sambung Anna.

"Drama banget deh kalian," lanjut Grace.

Rahang Jane mengeras matanya panas napasnya memburu dia benar benar tak tahan atas apa yang diucapkan Grace dan 2 tamannya. Jane membating nampan yang ada di meja dan dia melempar ke arah Grace dan temannya. "ANJING LO BER TIGA, GUE GAK PERNAH NGUSIK KALIAN! LO MAU NGUSIK YANG LAIN BUKAN URUSAN GUE! TAPI-" Jane menjeda ucapannya.

"LO JANGAN PERNAH NGUSIK ADEK GUE! LO BERANI USIK DIA LO BERHADAPAN SAMA GUE!" sembari menunjuk Grace dengan emosi yang menggebu.

"DAN INGET YA ADEK GUE GAK PERNAH CARI MASALAH SAMA SIAPAPUN! LO YANG SUKA CARI MASALAH SAMA DIA!" dengan berjalan mendorong Grace.

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang