Chapter 19

2.1K 189 38
                                    

Happy Reading :)


Jimmi kini berada di kediaman rumah Freeya. Sebelumnya ia mendapatkan telfon dari Jane jika Freeya terluka.

"Sakit gak?" tanya Jimmi.

Freeya menggelengkan kepalanya. "Gapapa om, luka kecil kok," ucapnya sembari mengulum senyum. Freeya tak mau membuat Jimmi marah kepada Erland.

"Ikut om ya?" ajaknya.

"Enggak om, Freeya gapapa. Freeya kan masih punya mama papa. Kasian kalau Freeya ikut om. Nanti juga kak Jane sendiri," ucapnya sembari melirik pada Jane.

"Gue gapapa dek, lo ikut om Jimmi. Dari pada lo disini kesiksa sama papa. Gue juga sakit liatnya ditambah gue kaya orang bego cuma bisa liat gak bisa ngapa ngapain," terang Jane.

"Enggak aku enggak kesiksa disini, aku senang tinggal sama kak Jane bahkan mama dan papa. Ini salah aku karena telat pulangnya jadi papa nasehatin aku," jawab Freeya denan senyum getir.

"Tapi Freey-"

"Freeya gapapa kak, selagi kak Jane nemenin Freeya gak akan kenapa kenapa," sela Freeya.

Nathan yang juga berada di rumah Freeya ia hanya bisa memandang sendu wajah Freeya. Wajah yang kini ada beberapa luka karena pecahan kaca.

Jimmi keluar dari kamar Freeya, ia begitu geram dengan tindakan Erland kali ini. Jimmi menghampiri Erland yang sedang duduk santai sembari menghisap rokoknya.

Bugh

Jimmi menghampiri Erland dan ia langsung memukul telak wajah Erland. "LO KETERLALUAN LAN! FREEYA ANAK LO! DIA DARAH DAGING LO BANGSAT!"

"SAMPAI KAPAN LO NYIKASA DIA? DIA CUMA BUTUH KASIH SAYANG LO TAPI LO SELALU KASIH DIA RASA SAKIT! LO AYAH MACAM APA? HAH!" lanjut Jimmi dengan suara lantang hingga menggema dipenjuru ruangan.

Sudut bibir Erland mengeluarkan darah karena pukulan dari Jimmi, hingga Erland tersungkur jatuh. Erland bangun sembari mengusap darah disudut bibirnya. "Lo kalau gak tau masalahnya jangan asal bacot!" ujar Erland.

"Lo mau dia mati?" tanya Jimmi.

"Tindakan lo kali ini sangat keterlaluan! Sebenci itukah lo sama Freeya? Dia bahkan masih tetap membela lo walaupun lo udah sakitin dia berulang kali!" sembari menarik kerah baju Erland.

Tiba tiba Freeya menghampiri Jimmi dan Erland. Freeya menyentuh lenggan Jimmi agar tangannya melepas kerah baju Erland.

"Om jangan salahin papa. Freeya yang salah, om Jimmi jangan marahin papa, jangan pukul papa om," ucap Freeya sembari memohon pada Jimmi.

Jimmi memandang lekat mata Freeya, ia manatap mata Freeya terlihat terlalu banyak rasa sakit yang Freeya simpan sendiri hingga dirinya tak bisa membedakan mana luka dan mana bahagia.

"Sudah Jim, jika kamu sudah selesai mengobati luka Freeya kamu boleh pulang. Dan saya minta untuk buatkan surat ijin untuk Freeya istirahat dirumah. Karena tidak mungkin dia berangkat dengan wajah seperti itu," ucap Calista.

"Tida-" ucapan Erland langsung dipotong oleh Calista.

"Saya tidak membutuhkan persetujuan kamu mas untuk dia tidak masuk sekolah. Saya tau jika dia harus tetap sekolah apapun yang terjadi. Cukup untuk 2 hari dia istirahat dirumah," sela Calista

"Tan, bawa Freeya ke kamar," perintah Jimmi.

Nathan pun mengandeng Freeya untuk masuk ke kamar. Nathan tak bergeming sejak ia melihat luka di wajah Freeya hingga membuat Freeya tau jika Nathan sangat mengkhawatirkan dirinya. "Sini duduk sebelah Freeya," ucapnya sembari menarik jari jari tangan Nathan.

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang