Chapter 17

2.4K 207 16
                                    

Happy Reading :)

Jika kamu menyukai langit kamu juga
harus suka dengan segala cuacanya.

"Jane Allula Lawrance"



Brak

Clara membuka pintu ruang uks dengan sangat kasar dirinya mengkhawatirkan keadaan Freeya. Freeya memang tidak mau dibawa ke rumah sakit dan ia tetap ingin berangkat sekolah. Walaupun semalem sudah diobati oleh Jane tapi pelipisnya robek karena terkena lemparan shower. Dan lututnya juga sobek hingga perlu dijahit. Dokter Lusi sudah diberitahu terlebih dahulu terkait keadaan Freeya.

"Freeeeyyyy!" teriak Clara.

Semua orang yang berada di uks terperanjat kaget karena kedatangan Clara.

"Clara?" ucap Freeya.

"Kamu gapapa? Pelipis kamu? Pipinya? Ini tangan kamu? Dan-"

"Hay udah it's gonna be okay Ara. Aku gapapa ini luka kecil doang udah diobatin sama dokter Lusi. Udah ya Ara jangan khawatir," ucap Freeya sembari menyeka air mata Clara yang menetes.

"Yasudah Freey tante tinggal dulu ya. Buat yang lain masuk kelas. Bel udah bunyi juga," perintah dokter Lusi.

Merekapun beranjak dan keluar dari uks terkecuali Clara yang menemani Freeya tapi tiba tiba langkah mereka terhenti ketika Clara menyebut nama Nathan. "Tn?" panggilnya.

Nathan pun berbalik badan. "Iya ra?"

"Lo gak mau nemenin Freeya juga?" tanya Nathan.

Semua orang diuks kini saling memandang pasalnya memang jika Freeya berada di uks Nathan lah yang akan menemani Freeya. Tapi kini sudah ada Clara membuat Nathan merasa tidak enak jika dirinya ikut menemani Freeya.

"Gue masuk kelas aja Ra, kan udah ada lo nemenin Freeya. Jagain ya ra, kita masuk kelas dulu," ucap Nathan sembari mengulum senyum.

Kini di uks hanya ada Freeya dan Clara. Freeya duduk bersandar dan Clara duduk di depan Freeya. Clara tak berani menatap Freeya dirinya menundukan kepalanya hingga Freeya menyentuh dagu Clara agar Clara mendongakan kepalanya.

"Udah Ara gak boleh sedih, Freeya udah gapapa sayang," ucapnya sembari mengelus pipi Clara.

"Luka ini kena apa?" tanya Clara sembari membalikan telapak tangan Freeya.

"Kena putung rokok."

"Terus di pipi lukanya sama kena putung rokok?"

Freeya menganggukan kepalanya.

"Terus dipelipis kok agak panjang?"

"Ini kena shower jadi agak sobek dan tadi udah dijahit."

Clara menanyakan satu persatu luka yang ada ditubuh Freeya. Clara benar benar tak menyangka jika Freeya bisa menahan rasa sakit dengan waktu yang bersamaan. Dia tak menyangka sejahat itu kah papa Freeya hingga ia tak mempunyai belas kasih pada anaknya.

"Ara udah aku gapapa jangan sedih. Kalau Ara sedih nanti aku juga ikut sedih. Ara masih mau temenin aku kan?"

Clara pun menganggukan kepalanya "iya Ara akan selalu nemenin Freeya," ucapnya lirih.

Freeya pun menarik Clara ke dalam pelukannya, kini benar dirinya membuat Clara khawatir atas apa yang terjadi. Hal seperti ini yang Freeya takutkan dirinya tak mau membuat Clara sedih atas apa yang menimpanya.

"Maafin aku ya Ra, udah ngebawa kamu ke dunianya aku. Udah bikin kamu khawatir. Tolong jangan sedih aku gak bisa liat air mata kamu. Freeya sayang banget sama Ara," batinnya.

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang