Chapter 18

2.1K 217 22
                                    

Happy Reading :)

Mereka tidak perduli dengan air mata gue.
Bahkan mental dan perasaan gue hancur, yang
mereka tau hanya letak kesalahan gue.

"Freeya Aurora Lawrance"

Freeya dan Jane berjalan menyusuri koridor dengan Freeya menutup kepalanya dengan kupluk hoodienya. Beberapa hari ini sikap Freeya sedikit berubah dirinya jadi lebih banyak diam. "Lo sekarang ketularan Riyan jadi autis apa gimana?" Tanya Jane sembari menaiki anak tangga. Freeya tak menjawab dirinya terus berjalan dengan tangan dimasukan ke saku hoodie. Kini Freeya langsung ke kelas sedangkan Jane naik ke lantai tiga. Jane tak langsung naik dirinya memperhatikan langkah kaki Freeya hingga masuk kelas. Belum sampai di kelas Clara berlari menaiki anak tangga dan menyapa Jane dirinya langsung mengejar Freeya. "Freeeeyyyy!" teriaknya.

Freeya langsung membalikan tubuhnya, ketika Clara akan memeluk Freeya tapi Freeya menahan diri Clara untuk tidak menyentuhnya. "Ara jangan lari lari nanti jatuh," ucapnya sembari menyentuh lengannya agar Clara tak memeluk dirinya.

"Iya Freeya dari tadi dipanggil gak nyaut nyaut," ucap Clara kesal sembari menyilangkan tangannya di dada.

"Iya maaf yaa, Freeya gak denger tadi lagi diajak ngobrol sama kak Jane," jawabnya bohong.

"Yaudah kita masuk yuk," ajak Clara sembari mengandeng tangan Freeya.

Freeya tak bergeming dirinya hanya mengikuti kemana Clara berjalan. Sedari Clara mengandeng tangan Freeya, Freeya terus menatap tangan Clara yang menyentuh tangannya. "Maafin gue Ra. Gak seharusnya gue ajak lo masuk ke dunia gue," batinnya.

Freeya dan Clara kini duduk di mejanya, Clara langsung mengambil kotak bekal miliknya. "Ini ada roti selai coklat bikinan bunda, katanya buat Freeya," uapnya sembari membuka kotak bekal miliknya.

Freeya hanya terus diam dia terus memeperhatikan Clara tanpa bersuara. Freeya menatap sendu sang kekasihnya, membuat Clara menaikan alisnya "kok liatinnya gitu banget? Ada yang salah ya sama muka Ara? Apa Ara gak cantik lagi?" tanyanya penasaran.

Freeya tersenyum karena pertanyaan Clara. "Enggak Ara, Freeya heran aja kenapa bisa dapetin pacar secantik Ara," ucapnya sembari mengulum senyum.

Clara pun tersipu malu oleh ucapan Freeya. Tiba tiba Elena yang mendengar ucapan Freeya merasa mual. "Anjing pagi pagi udah gombal aja nih!" cletuk Elena.

"Berisik nyet! Iri bilang!" jawab Freeya dengan senyum smriknya.

Gaby, Nathan, Julian bahkan Clara yang mendengarpun tertawa bersamaan.

▪︎▪︎▪︎


"Julian mana?" Tanya Freeya.

"Tadi sih bilangnya ke toilet," jawab Nathan sembari menyruput es tehnya.

Mereka kini makan dengan tenang tapi tiba tiba ada seseorang siswa menghampiri meja makan Freeya. "Freey gue liat Julian menarik paksa tangan Grace. Dia membawa Grace ke rooftop," ucapnya.

Freeya yang sedang makan kini dirinya langsung beranjak dari duduknya dan berlari menuju rooftop, diikuti dengan yang lain. Sesampainya di rooftop Freeya berteriak pada Julian yang sedang mencekik leher Grace.

"Julian!" teriaknya.

Julian dan Grace pun melirik ke sumber suara. "Fre-ey to-longin a-ku," ucap Grace terbata bata.

"Jul, lepasin atau gue akan marah sama lo!" ucap Freeya.

Julian pun terpaksa melepas tangannya, Grace mengatur napasnya dan langsung berlari menghampiri Freeya hingga dirinya memeluk Freeya. Sontak membuat mereka yang berada di rooftop pun membelalak matanya melihat tingkah Grace. Bahkan Clara pun menatap tajam tak suka karena Grace kini berada di pelukan Freeya. Freeya yang awalnya tak membalas pelukan Grace kini dirinya mulai menepuk pelan pundak Grace. Freeya tau jika Clara tak suka dengan apa yang kini iya lihat. Freeya langsung melepas pelukan Grace. "Lo gapapa?" tanya Freeya.

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang