Chapter 39

1.9K 176 23
                                    

Happy Reading :)


Di sebuah gudang, dengan adanya bara api di dalam tong. Cuaca malam sangat dingin, angin berhembus membuat pintu gudang sedikit berisik. "Tutup pintunya" suara lelaki paruh baya yang mendudukan dirinya di kursi sembari menghirup putung rokok miliknya.

"Buka penutup matanya dia." perintahnya.

Seseorang membuka penutup mata lelaki yang duduk di depannya. Lelaki tersebut mengerjab matanya, ia mulai beradaptasi dengan pencahaya. Lalu ia mulai menyipitkan matanya melihat sesorang yang duduk di depannya. Dengan beberapa orang orang di belakang.

Dia mencoba mengerakan tangannya, namun ternyata kedua tangannya di ikat di belakang. Ia berusaha membuka ikatan tali tapi tetap tidak bisa. "Apa apa in?" tanya lelaki tersebut yang tak lain Bobby.

Lelaki yang ia ajak bicara tak bergeming, ia terus menghisap putung rokoknya dengan terus memperhatikan Bobby. Kini lelaki tersebut beranjak dari duduknya dan ia mendekati Bobby. Tanpa basa basi lelaki paruh baya tersebut langsung menempelkan rokok yang masih menyala ke bagian pipi Bobby. "Awwwww... anjing panas bangsat!" umpat Bobby meringis kesakitan.

"Itu akibatnya kamu bermain main dengan saya!" ujar lelaki tersebut yang tak lain Erland.

Erland sengaja membawa Bobby ke gudang miliknya. Ketika ia tau jika Bobby menyekap Grace hingga Elena yang mendatangi Bobby. Sebelum Elena mendatangi Bobby ia bertemu Erland terlebih dulu, untuk memberikan bukti saat Bobby mencelakai Gaby. Awalnya Erland melarang, namun Elena sangat keras kepala ia ingin menemui Bobby.

Erland menyuruh orang suruhannya untuk membawa Bobby. Sebelumnya mereka sempat bertengkar di rumah Bobby, namun orang orang Erland telah membuat beberapa yang menjaga di rumah Bobby tumbang. Hingga mereka di sembunyikan di salah satu ruangan rumah Bobby.

Bobby menyeritkan dahinya. "Maksud Bapa-"

"Eh maksud Om apa?"

"Kamu sudah kelewatan batas! Tidak ada yang harus mati karena hal ini! Tapi kenapa kamu sampai membuat Julian mati? Hah? Kamu juga mencelakai Gaby. Kenapa?" tanya Erland dengan tatapan mata yang sulit di artikan.

"Kelewatan batas yang mana yang om maksud? Saya melakukan sesuai perjainjian," jawab Bobby.

Erland memperlihatkan video pada Bobby, dimana video tersebut menampakan Bobby yang dimana saat dia mencelakai Gaby.

"Apa maksud kamu mencelaki dia? Saya hanya membuat perjanjian jika tidak akan ada yang mengusik kamu di sekolah bahkan nama baik kamu masih aman. Tapi ternyata kamu sudah kelewatan batas!" ucap Erland sembari menutup laptopnya.

"Perlu kamu tau sebelum Elena bertemu dengan kamu, dia memberikan flasdisk milik Julian yang dititipkan ke Freeya! Ini akan menjadi bukti jika kamu melukai Gaby! Saya sudah tidak bisa membela kamu lagi karena kamu melewati batasan kamu!" sambung Erland.

"Cuiiihhhh."

Bobby meludah dengan menatap kebenci kepada Erland. "Silahkan om mau melaporkan saya tentang kejadian itu, silahkan saya tidak takut dengan gertakan om! Kalau saya terseret berarti siap siap nama baik sekolah akan terancam!" ucap Bobby dengan tatapan tajam.

Plak

Erland menampar Bobby dengan sangat keras hingga meninggalkan bekas kemerahan. Bobby merasa sakit ketika ia mendapatkan sebuah tamparan. Rahangnya terasa nyeri.

"Tutup mulut kamu!"

"Tidak akan ada yang akan membuat nama baik sekolah menjadi buruk! Saya tidak akan biarkan kamu merusak sekolah saya!"

"Dan satu lagi jangan pernah kamu sentuh orang orang terdekat Freeya bahkan Freeya! Ingat kamu mengusik mereka sama saja kamu mengusik saya!" lanjut Erland.

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang