Chapter 5

3.2K 230 12
                                    

Happy Reading :)

Kini Freeya sudah mulai berangkat sekolah. Walaupun lukanya masih terasa sakit dia tak mau terlalu lama absen disekolah. Setelah makan siang bersama sahabat sahabatnya Freeya memilih ke perpustakaan, Elena, Riyan, Julian dan Nathan berada di lapangan basket. Julian tidak ikut bermain hanya menemani Nathan dan Riyan yang sedang bermain. Dan ditemani oleh Elena yang asik memakan chiki ditangannya. Sedangkan Gaby sudah pasti bersama Rachel pacarnya.

Freeya diperpus tak membaca buku apapun dia hanya ingin suasana yang tenang. Freeya duduk di pojokan dekat jendela dan menyembunyikan wajahnya di lengannya. Tak lama kemudian datang seorang wanita menghampiri Freeya, dia berdiri membelakangi jendela cahaya yang masuk membuat Freeya terpapar sinar matahari tapi tak membuatnya berpindah tempat. Hingga Freeya terusik seperti ada yang menutupi cahaya tersebut, Freeya menyipitkan matanya dan mendongakan kepalanya untuk melihat siapa seseorang yang menutupi cahaya.

“Clara?” ucapnya dengan suara serak.

Clara hanya mengulum senyum pada Freeya, membuat jantung Freeya berdebar debar tak beraturan. “anjir senyumnya udah lama gak gue liat.”

"Ngapain lo disitu?” tanya Freeya tanpa merubah posisi.

"Gapapa, cuma mau nutupi cahaya dari luar biar lo tidurnya enakan.”

"Yaudah 5 menit lo disitu biar gue tidur sebentar," ucapnya dengan kembali menyembunyikan wajahnya.

Clara hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum pada Freeya. Dia tetap berdiri membelakangi jendela dan membiarkan Freeya tertidur. Tangan Clara seakan ingin menyentuh kepala Freeya tapi ia tahan, ketika dia melihat wajah Freeya rasanya dia ingin menanyakan tapi saat ketika dia ingin bertanya lidahnya terasa keluh dan sulit untuk mengatakan padanya.

Luka di wajah Freeya memang masih terlihat sedikit lebam, walaupun sudah agak memudar tapi masih terlihat. Apalagi pelipisnya masih terbalut perban karena pelipisnya harus dijahit. Clara sangat kaget saat melihat luka diwajah Freeya, tapi dia hanya terus memperhatikannya tanpa mengalihkan pandangannya. Di kelas maupun di kantin tadi pandangan Clara hanya tertuju pada Freeya.

Kini Clara membiarkan Freeya tertidur sudah lebih 5 menit Freeya tak bergerak, Clara pun tak ada niatan membangunkan Freeya. Pandangan Clara teralihkan saat dia melihat Jane tak lain kakak Freeya yang memperhatikan dirinya. Jane tersenyum pada Clara dan Clara pun membalas senyumannya. Setelah itu Jane pergi begitu saja.

Ponsel Freeya berdering membuat Freeya merubah posisinya dan melihat siapa yang telfon.

Freeya : hmm?
Elena : lo dimana nyet?
Elena : lo tidur?
Freeya : gue diperpus
Elena : buru ke lapangan, Jul-

Belum sempat Elena menyelesaikan bicaranya sudah ditutup telfonnya oleh Freeya. Freeya langsung duduk tegak dan merapikan rambutnya. Dia langsung beranjak dari dudukan. Ketika Freeya akan pergi tangannya ditahan oleh Clara.

"Kenapa?”

"Gue mau kelapangan," ucapnya seraya melepas tangan Clara.

"Tapi-"

Freeya berbalik ke arah Clara. "Ah lama lo, udah ikut," sembari menarik tangan Clara.

Clara menghembuskan napasnya. Dia mengikuti kemana perginya Freeya. Freeya berlari seperti ada hal yang lebih penting melebihi dirinya.

▪︎▪︎▪︎

“Apa gue bilang lo itu emang cowok aneh!” sembari mendorong Julian.

Julian mengepalkan tangannya rahangnya mengeras rasanya ingin langsung memukul gadis yang ada didepannya.

"Piihan gue buat putus sama lo itu pilihan yang tepat. Mana ada cewek yang betah sama tingkah lo yang aneh!"

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang