Happy Reading:)
Freeya kembali ke kelas, dia mendudukan dirinya di kursi Clara dan menyembunyikan kepalanya dilengannya dengan menuntup kepala menggunakan kupluk hoodie milik Clara. Freeya sengaja meminjam hoodie Clara dan memakainya. Sebelumnya ia mengirim pesan pada Jane untuk pulang terlebih dahulu. Dia beralasan akan pulang dengan Clara. Freeya tak mau sang kaka menunggunya terlalu lama.
Selang beberapa menit Freeya merasa ada seseorang yang menutup pintu kelasnya. Dan dirinya mendengar suara seseorang seperti mengunci kelas. Freeya pun mendengar suara tawa renyah Grace, Anna dan Cindy.
Setelah Freeya merasa mereka meninggalkan kelas Freeya membenarkan posisi tegak dan membuka kupluk hoodienya. Freeya berjalan mendekati pintu. Dia mencoba membuka pintu tapi ternyata benar dirinya kini terkunci didalam kelas.
"Aissshhhh. Si anjing emang cari perkara dia!" sembari mengacak ngacak rambutnya.
"Untung aja bukan Clara yang terkunci. Awas aja nanti gue kasih perhitungan kalau ketemu!" lanjutnya.
Freeya menduduki dirinya di dekat pintu dengan menekuk kakinya dan menaruh dagu diatas lututnya. "Asu gimana gue keluar bangke!"
Freeya mencoba menghubungi Nathan tapi tak kunjung diangkat begitupun dirinya menghubungi Jane tapi sama juga tak diangkat. "Yaampun mereka kemana sih gue telfon gak ada yang angkat," sembari menghembuskan napas beratnya.
Freeya mencoba menelfon Gaby, tapi ketika dirinya mencari nama Gaby dikontaknya ponselnya kini mati. Ponsel Freeya lowbet disaat tidak tepat. "Alah asu mati segala nih hp gak guna!" dengan melempar ke sembarang arah hpnya.
Freeya hanya duduk termenung di kelas menunggu siapa yang akan membukakan pintu. Dirinya berharap ada seseorang yang akan membukakan pintu kelas. Tapi Freeya tak berharap lebih kini jam menunjukan pukul 5 sore dan sekolah pasti sudah sepi. Freeya berharap cepat pagi agar kelas cepat dibuka.
Kini suasana kelas mulai gelap. Freeya tak ada niatan menyalakan lampu dirinya untuk berdiri saja tak kuasa. Tangannya mulai gemetar. Suara petir diluar pun terdengar samar di kelas.
Bulir bulir air mata pun tak terasa membasahi pipi Freeya, bibirnya pun bergetar. Beberapa kali dirinya mendengar suara petir.
JEDERR
JEDERR
Freeya semakin ketakutan mendengar suara petir hingga dirinya menutup kedua telingnya. Isak tangis pun tak tertahannya. Berulang kali dirinya mendengar suara petir hingga kilat pun terlihat. Freeya memejamkan matanya dan menutup telinganya. Dia berharap cepat pagi.
Hujan pun turun sangat deras. Freeya semakin ketakutan. Dia tak tau harus bagaimana meminta pertolongan. Lagi lagi dirinya terjebak disituasi yang sangat tidak ia inginkan. Keadaan seperti ini membuatnya kembali merancau ketakutan di masa lalu 4 tahun silam pun terlintas kembali.
TAHUN 2020
Freeya pulang sekolah menggunakan sepeda kesayanganya. Saat ini dirinya masih kelas 2 SMP. Freeya pulang kerumah dan dirumah masih sepi hanya ada mbok Sri di dapur dan mang Ujang sedang menyiram tanaman. Jane belum pulang sedangkan mama papa masih berada diluar kota.
"Sore mbok," sapanya.
"Eh non Freeya udah pulang. Non mau makan apa?" tanyanya.
"Apa aja deh mbok tapi Freeya mau mandi dulu ya. Keburu malem dingin," ucapnya.
"Non Jane gak bareng non Freeya ya?"
"Enggak mbok tadi kak Jane bilang ada kerja kelompok. Lagian mau ujan jadi Freeya pulang dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEYA
Teen FictionHadirnya bagaikan pelipur lara, yang mampu membuat hidupku menjadi lebih berwarna. Start : 12 Juli 2023 Finish : 12 November 2023