Happy Reading :)
Setelah beberapa hari Jimmi melakukan pemeriksaan pada Grace, Jimmi hanya ingin lebih meyakinkan dirinya jika Grace tak mengalami gangguan kejiwaan. Namun sejak awal dia melihat Grace yang selalu menatap dengan tatapan kosong hingga Grace menganggap Julian belum meninggal. Grace juga selalu mengatakan jika ia menunggu Julian menemuinya.
Setiap harinya Grace selalu duduk menghadap jendela, ia bahkan selalu ingin melihat langit. Entah apa yang ada di benak Grace, namun ia terkadang tersenyum ketika dirinya memandang langit.
Grace kini jarang berbicara, ia akan merespon pembicaraan seseorang jika ada yang menyebut nama Julian. Bahkan ia akan dengan serius menatap seseorang yang menyebut nama julian.
"Jim, apa anak saya bisa sembuh dari rasa traumanya?" tanya Edwin.
"Kemungkinan kecil untuk Grace sembuh total. Namun aku akan tetap berusaha agar Grace seperti sedia kala."
"Kini yang Grace butuhkan adalah dukungan dari kita semua, dia juga masih belum bisa menerima kepergian Julian. Makannya dia selalu menganggap Julian masih ada. Perlahan kita harus memberitahu perihal Julian yang sudah tiada," sambung Jimmi.
Riyan yang mendengar perkataan Jimmi seakan terduduk lesu. Ia tak menyangka jika adiknya akan mengalami hal seperti ini.
Nadia pun terus menangis di pelukan Edwin, dia sangat terpukul atas keadaan yang menimpa putrinya.
"Om lalu keadaan Elena gimana?" tanya Riyan.
"Elena masih kritis, kita gak bisa memprediksi kapan dia akan siuman. Itu yang disampaikan dokter Andre sama Om tadi," jawab Jimmi.
"Ini semua gara gara Bobby," ucap Riyan sembari mengepalkan tangannya.
"Yan, ingat perkataan Om. Jangan gegabah untuk menemui Bobby. Om gak mau ada yang terluka lagi," ucap Jimmi memandang kearah Riyan dengan penuh khawatir.
"Kamu tidak perlu menambah masalah untuk menemui Bobby," ucap Edwin, membuat Riyan menatap tajam pada Edwin.
"Adik kamu saja udah seperti ini, kamu tidak perlu menambah beban buat kita semua," sambungnya.
Deg
Bagaikan tertusuk duri, ketika Edwin mengatakan hal yang membuat Riyan terluka. Edwin memang masih tidak pernah akur dengan Riyan. Mereka masih sering cekcok, namun beruntungnya Nadia bisa mengendalikan Edwin dan selalu menengahi mereka ketika bertengkar.
Nathan yang di sebelah Riyan pun mengelus punggung sahabatanya. Ia tau jika kini Riyan menahan air matanya agar tak jatuh.
▪︎▪︎▪︎
"Bagaimana, Jon" tanya Erland beranjak dari kursi kerjanya mendekati Joni yang duduk di sofa.
"Semuanya aman, nanti mungkin media akan mulai meliput tentang Bobby. Beberapa hari ini terlihat di rumah Bobby sangat sepi. Kita selalu memantau rumahnya bahkan apart milik Robert."
"Robert juga saya dengar dengar dia tidak berangkat ke kantor, saya rasa dia sudah mulai cemas dengan keadaan sekarang. Ditambah kejadian saat kamu menculik Bobby," sambung Joni.
"Baguslah kalau begitu. Andai saja dia tetap berada di jalurnya dan mengikuti omongan saya. Mungkin dia tidak akan seperti ini," ucap Erland.
Joni memang sudah tau terlebih dahulu perihal Erland menculik Bobby. Namun saat Willie dan Jimmi meminta bantuan untuk mendatangi ke rumah Bobby, ia seakan pura pura tidak tahu atas kejadiannya.
"Willie sama Jimmi gak curiga kan?" tanya Erland.
"Mereka gak curiga, tenang aja" jawab Joni.
"Lalu bagaimana dengan Freeya, Lan?" lanjut Joni bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEYA
أدب المراهقينHadirnya bagaikan pelipur lara, yang mampu membuat hidupku menjadi lebih berwarna. Start : 12 Juli 2023 Finish : 12 November 2023