Chapter 8

3.3K 253 24
                                    

Happy Reading :)


Freeya terpaksa masuk sekolah. Walaupun dirinya merasa tidak enak badan. Rasa cemas pun masih ia rasakan. Freeya berangkat sekolah diantar oleh mang Ujang dirinya tak kuasa untuk membawa mobil sendiri. Sesampainya di sekolahan dia jalan menyusuri koridor sekolah dengan sempoyongan. Kepalanya terasa pening karena di benturan ke lantai oleh papa. Freeya pun tak mengobati lukanya, dia membiarkan lukanya mengering sendiri.

Freeya menutupi kepalanya dengan kupluk hoodie dan berjalan menundukan kepalanya. Freeya menaiki anak tangga dengan perlahan. Tiba tiba pandangannya sedikit kabur. Dia melihat Jane datang menghampirinya, dirinya masih menundukan kepalanya tak mau memperlihatkan luka lebam diwajahnya.

"Loh dek, kok lo?"

Freeya masih menundukan kepalanya membuat Jane mendongkan kepala Freeya. "Kenapa dek?"

Jane sontak kaget melihat luka di wajah Freeya dan sudut bibir yang berdarah. Lukanya terlihat belum di obatin. Tak perlu menanyakan dari mana Freeya mendapatkan luka di wajahnya. Jane bertanya tanya mengapa papa sudah pulang itulah yang ada dibenak Jane. Tiba tiba Freeya tak kuasa menahan dirinya, Freeya jatuh dan Jane menangkap tubuh sang adik. Julian yang baru saja menaiki anak tangga dirinya langsung mengendong Freeya ke uks.

"Dok, Freeya."

“Freeya kenapa?”

"Bukannya harusnya dia gak masuk? Kenapa dia masuk Jane?”

Dokter Lusi yang tak lain mama Nathan jelas sudah tau kejadian Freeya terkunci di kelas. Dokter Lusi keheranan mengapa Freeya masuk sekolah.

"Mukanya?"

"Papa kayaknya udah pulang, soalnya pas aku berangkat Freeya baru aja minum obat penenang," terangnya.

Dokter Lusi memeriksa Freeya dan mengobati luka di wajahnya.

Nathan, Elena dan Riyan yang berada dikelas pun lari menuju uks saat mengetahui Freeya pingsan.

Brak

Nathan membuka dengan kasar pintu uks, dirinya sangat mengkhawatirkan Freeya. Nathan berfikir jika Freeya sedang beristirahat dirumah.

"Pelan pelan bangke!" ucap Julian kaget.

“Freeya gimana?”

“Jane, sepertinya kepala Freeya habis di benturkan ke lantai lukanya membiru. Hidung Freeya juga sempat berdarah.”

"Makannya pasti dia merasa pening dikepala," lanjutnya.

“Jane nanti sepulang sekolah ketemu om Jimmi ya?” ucapnya.

"Iya tante.”

"Kalian masuk kelas, biarkan Freeya istirahat disini.”

“Nathan kamu ke kelas juga.”

"Tapi-“

"Aku mau nemenin Freeya.”

Alhasil hanya Nathan yang berada di uks dan semuanya kembali ke kelas. Karena bagaimanapun Nathan akan kekeh menemani Freeya.

“Atan?”

"Iya."

"Sekhawatir itu kamu sama dia?”

"Iya, Atan gak mau kehilangan Freeya," ucapnya dengan mengelus punggung tangan Freeya.

"Atan takut dia pergi ninggalin Atan untuk selama lamanya ma. Atan gak bisa, walaupun Atan tau Freeya gak bisa Atan memiliki seutuhnya seenggaknya Atan mau ngejagin Freeya sampai Freeya menemukan orang yang dia inginkan," sembari mengusap air matanya yang tak sengaja menetes.

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang