Chapter 12

2.7K 273 41
                                    

Happy Reading :)


Aku tidak akan pergi kemanapun
Seperti yang aku janjikan
Aku akan selalu mencintaimu
Karena kamu pantas dicintai
Oleh semua orang di dunia

-Clara Valerie Nelson-




"Freey? Kak Jane?" panggil Nathan.

"Tan, tolong bantu gue angkat Freeya," pintanya.

Nathan pun menarik Freeya keluar dari kolam Renang. Lalu kemudian Nathan langsung meng  RJP  Freeya (kompresi pada bagian tengah dada) berulang kali namun Freeya masih juga tak sadarkan diri.

"Napas buatan tan, buru!" ucap Jane panik.

"Tapi?"

"Udah cepetan!"

Nathan pun memberikan napas buatan pada Freeya. Tak lama kemudian Freeya tersadar dan terbatuk batuk. "Uhuk uhuk..."

"Dek?"

Freeya mengedarkan pandanganya, pandangannya sedikit kabur tapi dirinya melihat Calista memandangnya. Tak lama kemudian Freeya pingsan. "Bawa ke rumah sakit," ucap Calista membuat Nathan dan Jane melirik ke sumber suara.

Nathan dan Jane saling pandang kemudian mereka membawa Freeya ke rumah sakit. Saat itu juga Calista ikut ke rumah sakit bersama Nathan dan Jane. Jane sedikit keheranan baru kali ini dirinya mendengar Calista bersuara saat Freeya tak berdaya. Dan baru kali ini dirinya melihat Calista pergi bersama ke rumah sakit.

Freeya masuk ke UGD dan langsung di tangani oleh dokter. Calista, Jane dan Nathan menunggu di depan UGD. Sedangkan Erland entah kemana. Jane bisa melihat kekhawatiran dimata Calista. Jane mengenggam tangan Calista dirinya tau jika Calista mengkhawatirkan Freeya.

Selang beberapa waktu om Jimmi datang setelah ditelfon oleh Nathan dan di beritahu jika Freeya di bawa ke rumah sakit.

"Cal? Gimana Freeya?" tanyanya.

Calista tak menjawab dia hanya menatap lekat mata Jimmi. "Freeya sedang di tangani dokter, om" ucap Jane.

Om Jimmi pun langsung masuk ke ruang UGD, om Jimmi dokter psikiater di rumah sakit tersebut dan beliaulah pemilik rumah sakit Johns Hopkins Medicine. "Bagaimana keadaan anak saya?" tanya Jimmi pada dokter yang merawat Freeya. Jimmi memang selalu menganggap Freeya sebagai anaknya.

"Dia hampir kehilangan nyawanya, dia sepertinya habis tenggelam dan badannya penuh luka. Tapi untungnya langsung dibawa kesini dan sepertinya Freeya sudah mendapatkan pertolongan pertama," terangnya.

"Bawa Freeya ke ruang president suite room," ucapnya.

"Baik dok."

Freeya pun di pindahkan ke ruang perawatan. Calista senantiasa menemani Freeya. "Tan?" Jane menahan tangan Nathan ketika ia akan masuk ke ruangan Freeya.

"Kenapa?"

"Kok lo bisa tiba tiba ada dirumah gue?" tanya Jane.

"Mama lo nelfon gue, suruh ke rumah. Beliau bilang Freeya habis disika lagi," terangnya.

"Serius? Kok tumben banget?"

"Udah gausah mikir aneh aneh yang penting Freeya ketolong. Semoga aja mama lo kali ini bener bener gak akan diem lagi sama Freeya."

Jane dan Nathan pun masuk ke ruangan Freeya. Disusul Jimmi dan Lusi masuk. Jimmi menunggu Lusi yang baru saja sampai.

"Cal?" panggil Lusi.

Calista terus memandang sendu putri bungsunya. Putri bungsunya yang terlihat sangat lelah dan beberapa luka di wajahnya meninggalkan bekas lebam hingga pelipisnya pun diperban.

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang