Chapter 15

2.8K 235 20
                                    

Happy Reading :)

Semua orang bisa berdamai dengan
lukanya, tapi tidak semua orang
bisa sembuh dari traumanya.

-Freeya Aurora Lawrance-



Freeya dan lainnya berada di tepi lapangan basket menunggu Riyan, Julian dan Nathan bermain basket. Freeya yang tidur dengan paha Clara dijadikan bantal olehnya. Freeya merasa sangat mengantuk karena semalem dirinya tak bisa tidur. Bukan hal baru bagi Freeya jika malam dirinya sulit tidur karena selalu mimpi buruk. Terkadang mimpinya mengingatkan kejadian 4 tahun silam bahkan kejadian saat Felix kecelakaan.

Entah apa dirinya kini merasakan tenang saat bersama Clara. Tak pernah Freeya merasakan setenang ini bersama seseorang. Hingga Gaby menatap wajah Freeya yang sedang tidur. Gaby tahu betul jika Freeya jarang bisa tidur nyenyak. Kali ini Gaby melihat jika Freeya tertidur nyenyak di pangkuan Clara.

"El?" sembari melirikan matanya ke Freeya.

"Tumben tenang banget dia," sambungnya.

"Biarin, gue yakin semalem dia susah tidur."

Clara yang sedari tadi mengelus kepala Freeya kini dirinya menatap sendu wajah Freeya. Banyak sekali yang masih ingin Clara tanyakan tapi dirinya tak tau harus mulai dari mana. Clara merasa jika Freeya menyimpan banyak luka. Clara selalu ingin menemani Freeta dalam keadaan apapun.

"Ra?" panggil Elena.

Clara pun melirik kearah Elena.

"Jagain dia ya Ra, hidup dia gak mudah. Dia terluka tapi dia selalu mementingkan orang lain agar tidak terluka, terutama orang terdekat. Gue pengen banget liat dia bahagia," terangnya.

Clara tak menjawab dia hanya mengulum senyumnya sembari terus mengelus kepala Freeya.

"Boleh gak gue nanya?" tanya Clara.

"Tanya apa?"

"Waktu di rooftop pas kak Jane dateng dan dia kayaknya mau nyamperin Julian sama Riyan tapi ditahan Freeya dan bilang jangan bentak mereka. Itu kenapa ya?"

"Julian mengidap Anxiety setelah kejadian kecelakaan bersama ke dua orang tuanya. Julian selamat dari kecelakaan tapi orang tuanya meninggal ditempat , setelah itu dia jarang malah hampir gak pernah tidur. Kini dia tinggal sama neneknya, neneknya sayang banget sama dia. Tapi iya minusnya kelakuannya gitu kalau lagi kumat. Sedangkan Riyan dia semenjak mamanya meninggal dia jadi diem. Awal dia masuk ke sekolah ini gue juga sempet ngerasa ada yg aneh sampai akhirnya kita tau kalau Riyan sama Grace saudara tiri. Riyan emang sayang banget sama Grace walaupun dia bukan adik kandungnya."

"Tapi enggak dengan Grace, dia benci banget sama Riyan. Dia juga sering pukul Riyan dan Riyan pun hanya diem. Riyan gak akan ngelawan Grace apapun yang terjadi. Mama Riyan dulu meninggal karena disiksa sama papanya," lanjutnya.

"Kok bisa Grace benci sama Riyan?" tanya Clara yang antusias mendengar cerita Gaby dan Elena.

"Papa sama mamanya Grace cerai. Mamanya Grace gak suka dengan kelakuan papanya karena suka judi dan main perempuan dan ketemulah dengan papanya Riyan. Akhirnya mereka menikah, dan papanya Grace waktu itu sempet minta ketemu sama Grace ternyata dia mau ngejual Grace ke laki hidung belang. Untung aja Riyan tau dia nolongin Grace hampir aja Grace dibawa sama lelaki hidung belang."

"Tapi dengan Riyan nolong Grace enggak ngebuat dia terketuk hatinya karena iya memang sebelumnya Grace membenci papanya dia membenci lelaki apalagi yang bersikap kasar. Makannya saat dia tau Julian ternyata kelakuannya kadang kasar ngebuat Grace ngejauh darinya. Gue gatau sih mungkin dia trauma sama cowok yang kasar karna ya bokap dia juga gitu," terang Gaby.

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang