Chapter 31

1.8K 186 33
                                    

Happy Reading :)



Mobil Freeya memasuki halaman rumah Clara. "Pagi tante?" sapanya sembari mencium punggung tangan Natasya.

"Pagi Freey"

"Freeya udah sarapan?" tanya Natasya.

"Tadi udah makan roti, Tan, Ara masih sarapan Tante?"

"Freeyyyy, masuk dulu" teriak Clara.

Natasya langsung mengandeng tangan Clara masuk ke dalam. "Hey Freey?" sapa Fabian.

"Ayok sarapan Freey," ajaknya.

"Freeya udah makan Om."

"Bohong Yah, Freeya jarang sarapan" sela Clara.

"Bun, siapin sarapan buat Freeya" pinta Fabian.

Natasya langsung menyiapkan sarapan untuk Freeya. "Freey duduk dulu ikut sarapan ya?" ajaknya sembari menyiapkan sarapan untuknya.

"Udah duduk Freey gausah malu malu, mumpung Om masih dirumah, lusa Om harus berangkat ke London" ucapnya.

Freeya duduk di sebelah Clara. "Nih sarapannnya," ucap Natasya sembari memberikan makanan pada Freeya.

"Makasih Tante"

Entah apa yang Freeya pikirkan seketika air matanya mengenang dikelopak mata. Ia menahan agar bulir bulir air matanya tak menetes. Ia benar bener merasakan kehangatan dirumah Clara. Sarapan pagi seperti ini yang selalu Freeya inginkan. Kehangat di rumah seperti ini yang Freeya inginkan. Namun sangat sulit ia dapatkan di rumah. Freeya memandang Natasya dan Fabian secara bergantian, Freeya membayangkan jika Calista dan Erland bisa bersikap seperti Natasya dan Fabian. Freeya sangat mudah sekali mendapatkan perlakuan manis dari kedua orang tua Clara namun ia tak bisa mengapai perlakuan manis dari Calista dan Erland. Berbeda dengan Jane. Jane yang selalu mendapatkan hal itu dari mereka tapi tidak dengan Freeya.

Freeya sudah tak bisa menahan air matanya seketika ia beranjak akan ke toilet. "Tante, Freeya mau ke toilet dulu kebelet" ucapnya sembari tersenyum.

"Itu tinggal lurus aja Freey, toiletnya dekat tangga" jawab Natasya.

Freeya berlalu pergi ke kamar mandi. Ia tak kuasa menahan bulir bulir air matanya. Freeya masuk ke kamar mandi ia duduk di closet dan bulir bulir air matanya lolos begitu saja. Freeya membiarkan air matanya membasahi pipinya. Freeya benar benar merasakan kehangatan dikeluarga Clara hingga ia sampai terharu oleh keadaan keluarga Clara. Keluarga Clara yang sangat berbanding terbalik dengan keadaan keluarga Freeya. Untuk sarapan bersama seperti yang Clara lakukan dengan Natasya dan Fabian pun tak pernah bisa Freeya dapatkan dari Erland dan Calista. Ia pun tak akan bisa tenang jika makan satu meja dengan Erland, pasti dirinya terkena cacian dan makian oleh Erland.

"Ma, Pa kapan Freeya bisa makan dengan tenang bersama kalian? Freeya gak minta apa apa hanya ingin makan dengan tenang bersama kalian dan dengan penuh kehangatan. Tapi sepertinya sulit sekali hal itu Freeya dapatkan ya?"gumamnya dengan menyeka air matanya yang lolos berkali kali.

Freeya menghembuskan napasnya dengan kasar, ia menyeka air matanya dan mencuci muka sebelum ia keluar dari kamar mandi. Ketika ia keluar, Freeya berpapasan dengan Daren. "Eh Kak Daren"

Daren memandangi wajah Freeya. "Kenapa?"

Freeya menyeritkan dahinya kebingungan oleh pertanyaan Daren yang tiba tiba nanya kenapa. "Kenapa apanya?"

"Lo habis nangiskan?" tanyanya.

Freeya tak bergeming ia hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan Daren. "Jangan dipendem sendiri, lo sekarang punya Ara. Gue gak tau kenapa lo nangis tapi gue harap lo bisa berbagi dengan Ara. Gue pengen kalian tumbuh bersama dengan saling menyembuhkan," ucapnya sembari mengelus pundak Freeya dan berlalu pergi.

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang