Chapter 36

1.7K 172 36
                                    

Happy Reading :)


Tidak semua yang meninggalkan
benar benar ingin pergi.

"Julian Mandala"


"Bagaimana dengan Ara, dok?" tanya Natasya dengan nada bergetar.

"Keadaan Ara sangat mengkhawatirkan, Freeya belum bisa menemui Ara, dokter Jimmi?" ujar dokter Aqil.

Jimmi mengelengkan kepalanya.

"Saya berharap sesegera mungkin agar Freeya bisa bertemu dengan Ara, karena saya melihat saat dia bersama Freeya kondisinya aman aman saja. Mengingat sampai saat ini belum ada pendonor jantung untuknya," ucap dokter Aqil.

Clara di larikan ke rumah sakit karena ia merasakan dadanya nyeri hebat hingga sulit bernapas. Nastasya dan Fabian sangat mengkhawatirkan putri bungsunya.

"Baik kalau begitu saya permisi dulu," pamit dokter Aqil.

Natasya duduk disebelah brankar Clara dengan menatap sendu putri bungsunya yang kesehatannya kian menurun. Ia mencium punggung tangan Clara. "Sayang, bertahan ya? Sabar buat bertemu Freeya. Freeya akan segera menemui Ara," ucapnya dengan bulir bulir air mata yang lolos kian deras membasahi pipinya.

"Saya akan menemui Erland," ucap Fabian membuat Jimmi membulatkan matanya mendengar ucapan Fabian.

"Dokter Jimmi, kira kira Erland hari ini bisa saya bertemu dengan dia?" tanya Fabian.

"Saya kurang tau, tapi biar saya dulu mencoba untuk berbicara dengan Erland," jawabnnya.

"Tidak dok, kali ini biar saya secara langsung akan menemuinya. Saya rasa beliau keterlaluan dengan anaknya. Semua orang terseret oleh permainan dia, banyak kejadian setelah Freeya masuk ke penjara," ucap Fabian.

"Dari Gaby yang di lukai oleh Bobby, Riyan tangannya patah karena bertengkar dengan Bobby. Lalu siapa lagi yang akan celaka dok? Ara juga butuh Freeya sekarang," Lanjutnya.

"Saya harus bertemu dengan Erland, dok" sambung Fabian.

Fabian kini sudah murka atas apa yang dilakukan oleh Erland. Karenanya semua menjadi celaka. Kini Fabian memaksa Jimmi untuk bisa bertemu Erland.

"Ayah tenang, jangan gegabah dulu. Gak semudah itu ngadepin om Erland," ujar Daren.

"Benar Pak, apa yang dibicarakan oleh Daren. Saya saja sahabatnya Erland sangat sulit buat berbicara dengan dia apa lagi perihal tentang Freeya. Pak Fabian mungkin sudah tau bagaimana kisah hidup Freeya," ucap Jimmi.

"Saya tau, tapi bagaimanpun saya harus bertemu dengan dia dok. Jangan sampai ada nyawa yang hilang karena masalah ini," ujar Fabian.

▪︎▪︎▪︎


Julian sudah sangat geram dengan tindakan Bobby. Karena dia sahabat sahabatnya menjadi menderita. Julian kini menyambangi rumah Bobby. Ia tau beberapa hari ini Bobby berada di rumah, setelah kejadian Bobby mencelakai Gaby, ia mulai tak berangkat sekolah. Hingga Riyan dan Nathan pun pernah menyambangi rumahnya. Mereka sempat bertengkar dan membuat tangan Riyan patah.

"Bobby! Keluar lo anjing!" teriak Julian di depan rumah Bobby sembari mengedor gedor pintu rumahnya.

"Maaf Mas, Mas Bobby tidak ada dirumah" ucap penjaga rumah Bobby.

"Saya tau pak, kalau Bobby ada di dalam. Tolong jangan halangi saya bertemu dengan dia! Dia tidak sepantasnya di lindungi!" ucap Julian dengan terus mengedor gedor pintunya.

Pintu rumah Bobby terbuka. "Maaf Mas, Mas Bobby tidak ada," ucap art di rumah Bobby.

Julian langsung masuk begitu saja ke dalam rumah Bobby. Ia berteriak lantang memanggil nama Bobby. Hingga ia merusak perabotan rumah Bobby. Julian melempar kesana kemari perabotan milik Bobby. "Lo gak keluar gue pecahin semua perabotan di rumah lo!"

FREEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang