Chapter 22

11.3K 580 18
                                    

Dan perasaan ini, perasaan yang baru saja hadir maka harus segera aku singkirkan sebelum akhirnya semakin jauh.

☆☆

"Arggk kesel gue, loe kenapa ngijinin Prilly sama Aga si yan" Ali duduk di sofa ruang tv dengan perasaan kesal.

Riian berjalan menghampirinya dan menyodorkan minuman kaleng yang baru saja ia ambil dari dalam lemari es "Ya gak ada salahnya dong Li, siapa tau dia cepet inget"

"Ya tapi loe gak mikirin gue apa?" Ucapnya dengan muka memelas.

"Mikirin loe? Loe tuh yang gak kasian apa sama Adee gue. Sikap loe itu sekarang cuek dan dingin banget sama dia. Loe juga gak mikirin dia?". Riian tak perduli lagi dengan Ali, baginya sekarang yang terpenting adalah melihat prilly bahagia adalah bahagia baginya.

"Ya tapi yan..."

"Apa? Loe cemburu"

"Yya... Arg taulah" Ali memang cemburu tapi dia lebih pada takut jika terjadi sesuatu dengan Prilly, ia takut jika kejadian tempo hari akan terulang lagi dan saat ini Ali tidak bisa menolongnya karna ia tak tau kini Prilly dimana. Mana sudah malem lagi, gadisnya belum juga kembali sejak pagi tadi.

"Udalah bentar lagi juga balik dia. Gue yakin dia baik baik aja"

Tak lama setelah itu terdengar denyitan pintu. Seorang wanita masuk kedalamnya dengan nenggandeng sebuah tangan. Amarah Ali membara saat melihat kedua tangan yang berbeda saling berpegangan.

"Assalamualaikum" ucapnya seraya menarik Aga untuk duduk bersamanya di sofa ruang tv.

"Waalaikumsalam, have fun banget dee" Jawab Riian menarik urat pipinya saat melihat kecerian yang terpancar dari raut Prilly. Sedangkan Ali, ia menatap gusar keduanya. Rasanya ia ingin sekali melemparkan satu pukulan pada Aga karna telah beraninya jalan dengan gadisnya.

"Tentu". Dan jawaban Prilly semakin membuatnya ingin marah dan menerkam Prilly sekarang juga. Bisa bisanya dia membuat Ali terbakar cemburu seperti ini.

"Mass, aku balik dulu ya. Uda malem" Akhirnya Aga berpamitan membuat Ali sedikit lega namun tetap saja ia terbakar karna Aga mengusap lembut pipi Prilly terlebih dahulu.

"Langsung balik tah? Yauda thanks ya Ga"

"Iya mass, jangan lupa besok kita meet up. Duluan Li, mass. Aku balik ya mbem" Lagi, Aga mencubit gemas pipi Prilly.

"Ati ati ya jelek, sampai jumpa besok" Balas Prilly lalu melepas tangan Aga dari pipinya. Dan sampai akhirnya Aga benar benar pergi dari Apartement Prilly. Prilly membanting badannya disofa.

"Gue masuk dulu ya" Pamit Riian berlalu meninggalkan Ali dan Prilly berdua.

Ali yang sedari terdiam akhirnya kini angkat bicara "Darimana aja kamu jam segini baru balik" Tanya Ali penuh dengan tatapan mengintimidasi.

"Apa pedulimu" Jawab Prilly ketus sembari memainkan ponselnya yang baru saja ia keluarkan dari dalam tasnya.

"Ya jelaslah aku peduli"

Prilly memutar mola matanya melirik Ali "Kenapa? Karna orang bilang kamu kekasihku. Gitu."

"Ya emang itu kenyataannya kan"

Iya memang, orang orang terdekatnya bilang jika Ali memiliki hubungan sepecial dengan Prilly namun sayangnya memori Prilly belum bisa mengembalikan Ali disana. Prilly tersenyum kecut "Kenyataan. Ya, Kenyataannya kamu gak bisa terima aku yang amnesia ini. Benar kan"

"Kok kamu ngomongnya gitu sih"

"Lalu? Kalau kamu memang pacar aku. Cinta sama aku, sayang dan peduli sama aku. Kamu gak akan pernah biarin aku sendirian saat ini" Jelas Prilly dengan nada yang sedikit meninggi.

Love is never wrong!! (AliPrilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang