Mas Ian & Lala [LK]

1.5K 171 17
                                    

Call Me Mpiw!
Ada yg kangen short story Mpiw?
Lizkook
Ini ceritanya superrrrr ringan









"Mas Ian peluk."

Wanita itu, tampak merentangkan tangannya lebar-lebar, mengabaikan atensi seluruh penghuni lobi yang memusat padanya serta pada sosok yang dipanggilnya 'Mas Ian' barusan.

Rian Jekasa Ardero, pemilik dari julukan 'Mas Ian' yang di sematkan padanya lantas segera melangkah, mendekat pada wanita tersebut dan memeluknya sesuai permintaan, sekali lagi abai terhadap ragam tatapan yang tertuju pada keduanya. Toh tempat tersebut adalah kuasanya, gedung perusahaan serta isinya adalah miliknya, Ardero Corporation Grup nama perusahaan miliknya yang bergerak di bidang pertambangan emas, minyak serta hasil bumi lainnya.

Untuk wanita yang minta di peluk barusan sendiri adalah Syakilla Lalyanata Ardero atau akrab disapa Lala, yang tak lain adalah istrinya sang Ardero.

"Kesini di anter siapa?" Tanya Rian usai pelukan keduanya terurai Karena sudah berlangsung cukup lama tadi.

Jadi keberadaan mereka di lobi ini yaitu karena Rian yang menjemput kedatangan Lala, sedangkan kedatangan Lala ke kantor perusahaan Rian yaitu karena merindu, sangat lebay mungkin karena baru setengah hari di tinggal di kediamannya Lala sudah rindu sang suami. Tapi, Rian mewajarkan karena istrinya sedang dalam kondisi mengidam, iya Lala tengah hamil muda, dua bulan usia kandungannya. Maka dari itu pula Lala cukup manja disetiap harinya.

"Pak Dio, kan kata kamu gak boleh naik taksi sendiri." Jawab Lala.

Rian menjawil hidung Bangir wanitanya, "Kan ada sopir, kenapa juga kamu ngide naik taksi." Ujarnya.

Lalu Rian segera merangkul Lala untuk menaiki lift yang akan mengantarkan mereka menuju lantai atas, dimana ruangan Rian berada.

Keluar dari lift dengan saling memeluk mesra, Lala memicingkan matanya tatkala maniknya menangkap presensi seorang wanita yang duduk di meja tepat didepan ruangan sang suami, itu sekretarisnya yang sebulan lalu di rekrut namun tak pernah Lala sukai sedikit pun.

"Dia masih di sini?" Lalu tatapan sinisnya Lala lemparkan pada sang suami yang ada di sampingnya.

Rian menundukkan kepalanya, dan mengerjap melihat tatapan sinis sang istri, lalu ia sadar maksud dari perkataan sang istri.

"Iya, perlu proses buat ngurus pemutusan kontrak apalagi kinerjanya lumayan bagus." Ujar Rian seadanya, tak bermaksud apa-apa, tapi sang istri justru malah menangkap hal lain.

Tatapan itu bertambah sinis, "Kamu muji dia? Di depan aku? Gak sekalian aja kamu bilang dia cantik!" Sewotnya.

Rian menghela nafasnya, "Sayang, bukan gitu maksud---"

Lala tak membiarkan Rian menyelesaikan ucapannya, ia langsung menyerobot dengan pertanyaan lain, "Kamu suka sama dia?!"

Otomatis Rian mendelik mendengar itu, asal bicara sekali istrinya ini, mana mungkin dirinya menyukai wanita lain disaat wanitanya saja sudah menjadi penguasa hatinya dan hidupnya sejak lama. "Ngaco kamu, enggak lah La!"

Lala melotot tak suka, bukan karena ucapan sang suami melainkan panggilan yang terselip untuknya yang membuat Lala tak suka. "La? Lala?!"

Seketika Rian gelagapan, ia salah berucap lagi. "Bukan, maksud aku---sayang."

Lala menatap sinis Rian lagi, setelah itu ia melepaskan diri dari Rian, lalu berucap tajam "Halah, emang ya, laki-laki inisial R gak pernah bisa dipercaya!"

Setelah itu Lala berjalan dengan cepat menuju ruangan Rian, tapi sebelum itu, Lala lebih dulu berhenti di depan meja sang sekretaris suami.

"Kamu ya, harusnya udah gak di sini! Gak tau malu banget!" Ujar Lala sambil menatap tajam sekretaris tersebut.

Sang sekretaris tentu terkejut, setelahnya ia merasa ingin menyakar wajah istri sang atasan namun urung, karena ada atasannya, ia harus bisa jaga sikap.

Melihat sang istri marah-marah pada sekretarisnya sontak saja Rian segera mendekat dan memeluk sang istri.

"Sayangku, jangan kaya gini Okey, kita bicara di dalem." Ucap Rian. Ia tak mau lebih banyak orang bisa melihat amukan sang istri.

"Kok kamu malah belain dia?" Lala berontak dalam dekapan sang suami itu.

Tapi meski begitu, Rian tak menanggapi, ia langsung menyeret halus sang istri untuk ikut masuk ke dalam ruangannya dengan masih memeluknya.

Saat sampai di ruangan. Lala langsung melepas kasar pelukan sang suami, dan menatapnya sengit.

"Kamu tuh apa apaan sih hah?!"

"Sayang tenang, jangan marah-marah kaya gini, kamu harus inget kalo saat ini kamu lagi hamil." Ujar Rian, bermaksud untuk menenangkan.

"Gimana aku gak marah kalo cewe penyihir itu masih kerja di sini?! Kamu gak tau aja kalo aku sakit hati banget sama omongannya yang hina aku abis-abisan!" Ujar Lala tanpa sadar.

Rian mengernyitkan keningnya, istrinya di hina? Kapan itu terjadi? Kenapa ia tak tau?

"Hina? Kamu dihina? Kenapa kamu gak pernah cerita sama aku?" Sekarang Rian yang terlihat marah.

Lala langsung mengatupkan mulutnya dan merutuki kebodohannya, kenapa ia ceroboh sekali sampai keceplosan, memang benar alasannya tak ingin melihat sekretaris suaminya ini bekerja di perusahaan sang suami karena di awal wanita itu bekerja di sana, Lala yang rutin mengunjungi perusahaan sang suami tiba-tiba mendapat cibiran dan kata-kata yang merendahkannya dari wanita itu, entah apa alasannya, yang pasti sempat ada kalimat, 'lebih pantes gue kemana-mana daripada lo' yang terselip dalam makian yang Lala dapat saat itu.

"Itu---aku sakit hati kalo nyeritain ulang, tapi harusnya saat itu kamu dengerin aku buat keluarin dia."

Rian menghela nafasnya, "Kalo Kamu bilang dari awal dia kaya gitu, tanpa pertimbangan pun akan aku pecat secara gak hormat!" Ujarnya.

Lala terkesiap dengan nada bicara suaminya yang sedikit meninggi, ia menatap suaminya tak terima.

"Kok kamu yang balik marah?!"

"Aku gak marah, aku cuma---" belum juga Rian menyelesaikan ucapannya, Lala sudah lebih dulu menyela.

"Seribu alasan." Setelah itu, Lala memilih menghempaskan tubuhnya dengan kencang ke atas sofa, yang langsung mendapat plototan dari Rian.

"SYAKILLA LALYANATA ARDERO KAMU LAGI HAMIL?!"

Lala terperanjat, berkat teriakan sang suami juga berkat perbuatannya yang ceroboh itu.

Lalu Lala menatap sang suami dengan pandangan yang sudah berkaca-kaca, "Iiihhhh kamu jangan teriakkkkkk aku engga budek hiks...hiks...hiks...."

Sadar jika refleksnya juga salah, Rian buru-buru mendekat pada sang istri dan memeluknya.

"Maaf sayangku, aku gak sengaja, tapi lain kali jangan kaya gitu lagi hm? Harus hati-hati." Dengan lembut Rian berkata guna menenangkan sang istri tercinta.

Ya, begitulah kehidupan rumah tangga Ian dan Lala, kadang menggemaskan kadang juga menjengkelkan karena sering bertengkar kecil. Apalagi dengan kondisi Lala yang hamil, sensitif, mudah sekali tersinggung dan selalu ingin menang sendiri.





































































Wkwkw mas ian mas ian, masih ketawa aja sm kelakuan bapak jeon di rl
Btw congrats buat mba chuuu gak disangka sangka ya plot twistnya langsung konfir aja, bisa kali ini kapal kita go publik juga wkwk

03-08-2023.

Short Story By MpiwTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang