06 - ipa atau ips?

18 4 0
                                    

Sebelum memilih jurusan, semua siswa diharuskan untuk mengikuti tes IQ yang diadakan oleh sekolah, untuk menentukan jurusan IPA atau IPS.

Masih berada di kelas yang sama saat mpls, Disa, Kinan dan yang lainnya mengerjakan soal yang lumayan banyak.

Disa tidak menargetkan untuk masuk di jurusan mana pun, menurut nya masuk IPA ataupun IPS sama saja yang penting dia bersekolah.

"Dis lo udah?" tanya Kinan yang sepertinya dia telah menyelesaikan semua soal itu

"Belum tinggal dikit lagi."

Memang ya kalau ada teman yang sudah selesai pasti yang lainnya ikut panik, takut waktunya sudah habis.

Selesai mengerjakan soal, keduanya beristirahat di kantin sekolah. Hasil baru akan keluar 3 jam lagi.





Kantin memang selalu menjadi tempat favorit bagi siswa, mereka dapat makan bersama dengan teman-temannya.

Sampai di kantin, Disa bersama Kinan agak kebingungan karena semua tempat sudah penuh.

"Dis mau makan dimana kita?"

"Gue juga gatau."

"Mie ayam, mau?"

"Yaudah lah mie ayam aja."

Mereka berjalan diantara kerumunan orang, Disa dengan Kinan masih saling berpegangan.

Ditempat mie ayam pun kondisinya tidak berbeda jauh, masih ramai. Mereka menunggu lumayan lama sampai akhirnya mie ayam itu berada dihadapan mereka.

"Akhirnya, gue udah laper banget dari tadi," ucap Disa, mungkin sehabis tes IQ membuang banyak energi untuk berpikir

"Sama dis, enak juga ya mie ayam nya," ucap Kinan masih sambil mengunyah makanannya

"Enak sama laper juga."

Dari arah pintu keluar masuk tempat mie ayam, datang segerombolan anak laki-laki yang terlihat menggunakan jas osis berwarna navy.

"Kang biasa ya 5, udah tau kan?"

"Sip, yang 2 ngga pake sayur, yang 1 ngga pake daun bawang kan?"

"Mantap!" ucap seseorang yang Disa tahu bernama Hanif terlihat dari name tag nya

Namun pandangan mencari keberadaan Jemi yang memang berada disana, lelaki itu hanya diam saja tidak seperti teman-temannya yang lain.

"Kenapa dis?" Kinan pun melihat kearah yang Disa lihat, rupanya anak-anak osis disana

"Ohh anak-anak osis."

"Ih ada kak Nata segala bangke," ucap Disa pelan saat melihat diantara 5 orang itu dia mengenal salah satunya

"Kenapa lo?"

"Gapapa nan, bisa geseran agak ke kanan ngga nan duduk lu," ucap Disa yang sengaja dia ingin Kinan menutupinya

Kinan menggeser posisi duduknya dengan menatap heran kearah Disa.

"Eh dis ternyata kak Nata sekolah disini ya, dulu gue suka banget sama dia. tapi pas tau dia lagi deket sama anak angkat kita, gue jadi mundur."

Anak itu gue, Kinan - batin Disa

"Sekarang masih suka?"

"Udah ngga, lagian dia pasti juga udah punya pacar."

Tidak mungkin Disa menceritakan kejadian 2 tahun lalu kepada Kinan, walaupun sekarang mereka sudah dekat namun tetap saja mereka baru saling mengenal beberapa hari yang lalu.

Mereka berlima duduk tepat di depan Disa dan Kinan, sedari tadi Disa sudah mencoba mengalihkan wajahnya kearah lain, supaya Nata tidak melihatnya.

Kedua gadis itu dapat mendengarkan ucapan dari mereka, suara mereka cukup keras bahkan mungkin semua anak yang berada disana mendengarnya.

Memang tidak ada yang penting dalam obrolan mereka, pembicaraan hanya hal yang mereka-mereka berlima yang tahu saja, sampai akhirnya.

"Nat cewe lo udah gapapa?" tanya Rendi

Disa yang tengah asik makan langsung terhenti, pendengaran nya dia pertajam lagi.

"Udah gapapa, paling besok udah boleh pulang," jawab Nata

Ditempat lain, Disa yang mendengar itu rasanya sudah cukup untuknya. Dia sudah tidak ingin berurusan dengan lelaki itu lagi.

Baik Disa dan Kinan keduanya saling menatap saat tidak sengaja mendengar obrolan dari meja sebrang mereka.

"Apa gue bilang," ucap Kinan

"Balik aja yuk ke kelas," ajak Disa

"Nanti dulu kali, belum abis."

"Balik aja lah, gerah disini," ucap Disa yang langsung menarik lengan Kinan untuk berdiri

"Bentar dulu dis."

"Buruan nan," tanpa menghiraukan Kinan, Disa tetap saja menarik-narik lengan temannya itu seperti anak kecil yang minta dibelikan sesuatu

"Yaudah ayok," Kinan berdiri lalu dengan cepat Disa berdiri di samping Kinan agar dirinya tidak terlihat







Sampai di koridor kelas X sudah sangat ramai, rupanya hasil tes IQ sudah keluar dan ditempel di depan masing-masing kelas. Banyak dari mereka keluar kelas dengan membawa tasnya.

"Loh udah keluar ya hasil tes nya, cepet amat," ucap Disa memandanginya siswa yang tengah berlalu lalang dengan heboh

"Kita sekelas ngga ya dis?"

"Bisa protes ngga sih kalo kita ngga sekelas?"

"Ada-ada aja lo dis."

Mereka berdua memutuskan untuk keliling terlebih dahulu tanpa berniat untuk membawa tas nya. Mereka malas saja harus membawa-bawa tas.

Rupanya tidak jauh dari kelas yang mereka tempati, di kelas X MIPA 1 terdapat nama Ayudisa Naolin dan Kinan Sarasvati disana.

"Ih nan kita satu kelas," ucap Disa kegirangan

"Ih iya dis," Kinan pun juga ikut kegirangan

Akhirnya keinginan mereka benar-benar terwujud untuk satu kelas bersama. Keduanya bergandengan tangan menuju kelasnya yang dulu.

Namun sampai di kelas tas mereka sudah disingkirkan, dan tergeletak dilantai begitu saja.

"Loh ini siapa yang jatuhin tas kita?" tanya Kinan yang agak kesal

"Emang sengaja di jatuhin, emang setan."

"Jadi kotor tas gue," ucap Kinan seraya memeluk tas nya

Sudah malas dengan orang yang baru menempati bangku mereka, akhirnya mereka meninggalkan kelas itu.

Baik Disa maupun Kinan tidak menyangka akan masuk ke MIPA 1 padahal saat mengerjakan mereka terlihat seperti sangat asal.

Namun sudah lah, yang jelas sekarang mereka bisa satu kelas lagi.

Saat di koridor tidak sengaja berpapasan dengan Cakra, Disa yang sudah malas bertemu lelaki dengan kulit putih itu hanya melengos.

"Babe dapet kelas apa?" tanya Cakra

"Sekelas ngga sama aku?" tanyanya lagi

"Gak, kalo sekelas pun gue minta pindah aja," jawab Disa ketua

"Ya gapapa sih walaupun ngga satu kelas tapi hati kita masih menyatu," Disa yang mendengar itu langsung reflek memasang ekspresi geli dan ingin muntah

Sedangkan Kinan yang melihat dan mendengar ucapan Cakra pun hanya tertawa ngakak.

"Bisa ngga sih, sehari ngga usah ngomong ngelantur?"

"Ngga ngelantur kok itu, tulus dari hati mungil abang."

"Ih udah lah, makin stress gue kalo nanggepin lo mulu," ucap Disa lalu pergi menuju kelasnya

"Eh Disa tungguin! Cakra gue duluan ya," pamit Kinan

"Oyy nan jagain ayang gue ya, bilang sama gue kalo dia lirik-lirik cowo di kelasnya," Kinan yang mendengar itu hanya senyum terpaksa

"Oke siap," ucapnya sebelum mengikuti Disa pergi meninggalkan Cakra, Kinan hanya menggelengkan kepalanya pelan

"Emang Cakra agak aneh."

Gebetan ; Lee Jeno [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang