25 - rasa bersalah

21 5 0
                                    

Sudah beberapa minggu ini tidak ada lagi bekal, bahkan gadis itu juga nampak seperti tidak mau mengenal Jemi lagi. Setiap kali berpapasan Disa akan dengan sengaja seperti tidak melihatnya begitupun saat tengah rapat osis gadis itu akan selalu mengalihkan pandangannya kearah lain.

Ucapan Jemi masih membekas untuknya, walaupun masih belum sepenuhnya melupakan lelaki itu namun Disa tengah berusaha untuk mengalihkan perasaan kepada hal yang lainnya.

"Disa isi bensin kuy," ajak Runa

Disa mengangguk semangat, lalu segera mengemasi barang-barang ke dalam laci mejanya. Kedua teman nya itu menunggu di depan kelas mereka.

Baik Runa ataupun Kinan tidak pernah menyangka tentang Jemi dan perasaan Disa lagi, mungkin mereka juga cukup kesal atas apa yang Jemi katakan kepada Disa.

"Nct mau comeback anjir, udah keluar teaser nya mana haechan cakep banget," ucap Runa kegirangan, ketiganya memang tengah tergila-gila dengan boy group asuhan SM entertainment dari Korea itu

Hampir setiap hari saat sekolah sudah mulai sepi mereka menonton semua music video nct, dan melakukan gerakan dance namun jadinya terlihat aneh seperti zombie saat mereka yang menari.

"Iya Jeno juga cakep nya kelewatan jauh," ucap Disa tidak kalah kegirangan

"Tapi gue udah ngga dibolehin beli album lagi sama emak," ucap Kinan tidak bersemangat

"Kenapa gitu?" tanya Runa

"Gara-gara gue pecahin tupperware dia," jelasnya ekspresi Kinan sangat lucu saat menjelaskan kekesalannya

"Lo sih nan, tupperware itu lebih penting dari pada lo," ejek Disa

"Anjing kesel banget gue dis."

Pembicaraan mereka cukup seru padahal hanya seputar nct, dan kejadian lucu saat berada dikelas. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyodorkan coklat diatas meja mereka.

Reflek ketiganya sedikit mendongak untuk melihat siapa orang itu, rupanya dia Cakra lelaki itu tersenyum manis hanya kearah Disa satu tangannya memegang es susu.

"Buat ayang beb," ucapnya, senyumnya masih sama tidak berkurang sedikitpun

Disa mengangguk dan menerima coklat itu, "makasih, tapi lain kali ngga usah repot-repot."

Sekali-kali Disa juga ingin menerima pemberian Cakra agar lelaki itu merasa senang, padahal Cakra sudah sangat baik padanya namun entah mengapa hatinya tidak mau terbuka untuk nya.






Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Jemi melihat interaksi keduanya. Lelaki itu hanya diam dan menatap datar tanpa ekspresi.

Ada rasa kehilangan dari ruang hatinya namun dia tidak tahu itu apa, bekal yang setiap hari dia makan dan selalu enak itu masih tidak dapat dia lupakan.

Apa dia terlalu kasar? apa itu menyakiti hatinya? apa dia mau memaafkan nya? Sekiranya seperti itu pertanyaan yang selalu berputar di otaknya, Namun mengapa dia harus peduli dengan Disa yang bahkan bukan siapa-siapa untuknya.

Saat ini hubungannya dengan Susan tidak sedang baik-baik saja, perempuan itu selalu menyudutkan nya di setiap masalah mereka. Seakan setiap masalah pasti berasal dari nya.

"Mi bengong aja, ngga makan?" tanya Maraka dengan menaruh nampan berisi bakmi pesanannya dengan Hanif

"Kayanya berat banget mi masalah hidup lo," ucap Rendi

"Kenapa mi? mikirnya udah kaya disuruh bayar token listrik sama uang belanja bulanan," ejek Hanif

Sedangkan Nata hanya diam saja tidak ikut bersuara membahas tentang Jemi, lelaki itu fokus dengan makanan nya namun sesekali juga melirik temannya itu.

"Memang ya kalo nyesel tuh suka datang belakangan," ucap Nata dengan menatap Jemi yang balik ditatap oleh nya

"Iyalah kalo awalan itu namanya pendaftaran," timpal Hanif, lelaki itu padahal tidak tahu maksud ucapan Nata, namun lelaki itu memang suka sibuk menimpali ucapan orang lain, sedangkan Maraka hanya menertawakan ucapan Hanif

Jemi yang merasa dan paham dengan ucapan Nata itu hanya menatapnya tidak suka, sedangkan Rendi tidak ikut menertawakan hal ini lelaki itu nampaknya dapat membaca situasi diantara Nata dengan Jemi.

"Nat jangan didiemin aja itu mie lu ngembang," ucap Rendi yang benar saja ucapannya itu membuat Nata mengalihkan pandangannya pada seporsi mie ayam miliknya

Jemi mendengus kesal, lelaki itu langsung meneguk es kopi miliknya dan menatap kearah lain, Rendi yang melihat itu cukup lega hampir saja akan terjadi baju hantam di kantinnya.






Dikelas Jemi selalu tidak dapat fokus beberapa hari belakangan, bahkan nilai-nilainya ada beberapa yang turun dan kerjanya dikelas hanya banyak melamun.

"Mi tugas fisika halaman 39-42 udah?" tanya Rendi

"Emang ada tugas?"

"Ada bego, lo pasti belum kan?" Jemi mengangguk mengiyakan

"Lo lagi kenapa sih mi? akhir-akhir ini gue liat lo ngga fokus bahkan kalo diajak ngobrol aja suka aneh jawabannya."

Jemi pun merasa bingung dengan diri nya sendiri, setiap malamnya dia dihantui rasa bersalah bahkan membuat insomnia nya semakin parah.

Rasanya di kepalanya penuh dengan permasalahan-permasalahan yang membuatnya sulit untuk berpikir, bahkan yang biasanya Jemi selalu rajin mengerjakan tugas lelaki itu jadi malas-malasan.

"Gue juga ngga tau ren, rasanya kepala gue penuh banget."

Rendi yang mendengar itu merasa iba, namun dia sendiri juga tidak tahu bagaimana cara membantu temannya itu.

"Lo mungkin butuh healing mi, coba sekali-kali lo jalan-jalan ajakin Susan ketempat yang bagus."

Dengan cepat Jemi langsung menggelengkan kepalanya, dia tidak mau kata Susan disebut hubungannya sudah berada diujung tanduk hanya menunggu kata putus saja.

Saat pelajaran tengah berlangsung Jemi yang tidak dapat fokus itu hanya mencoret-coret buku tulisnya, hanya tulisan tidak dapat terbaca disana.

Tetapi entah sengaja atau tidak Jemi menuliskan kata 'disa maaf' pada lembar kertas itu, Jemi rupanya terkejut dengan tulisannya.

Lelaki itu langsung menutup bukunya dengan cepat, pandangannya fokus menatap ke depan namun buka guru yang dia lihat melainkan Disa yang berada disana.

Dengan cepat Jemi mengucek matanya beberapa kali, pandangannya kembali normal yang dia lihat sekarang gurunya bukan Disa lagi.

Gue sebenernya kenapa sih — ucapnya dalam hati

Waktu istirahat kedua berbunyi, Jemi langsung keluar dari kelasnya dia berjalan menuju ke kelas X. Dia tidak tahu untuk apa kesana namun hatinya yang menyuruhnya pergi kesana.

Jemi sedikit mengintip dari jendela melihat apakah Disa berada di dalam kelas atau tidak, rupanya gadis itu masih berada di tempatnya tengah asik mengobrol bersama dengan teman-temannya.

Tetapi belum sempat bertemu Jemi kembali teringat kalau masalah ini berawal karena Disa, gadis itu yang duluan mendekati nya padahal jelas-jelas Jemi sudah berpacaran dengan Susan.

"Kenapa jadi gue yang minta maaf?"

"Harusnya kan dia."

"Hubungan gue sama Susan jadi berantakan juga karena dia."

"Gue ngga mau minta maaf."

Gebetan ; Lee Jeno [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang