Semua ucapan Jemi masih membekas dalam ingatannya, dia benar-benar tidak menyangka orang yang dia pikir cukup baik tidak disangka ucapannya sangat menyakiti orang lain.
Malam harinya Disa hanya menangis yang membuat hidungnya tersumbat serta matanya bengkak. Karena kamar Disa berada di lantai 2 membuat suara tangisan Disa tidak terdengar oleh orang tuanya.
Arsal yang saat itu tengah membuat tugas individu kkn nya, dalam keadaan hening dia mendengar suara seorang gadis menangis.
Bulu kuduknya sedikit merinding, namun suara itu terdengar sangat jelas seperti berada disamping kamarnya.
"Siapa yang malem-malem gini nangis," Arsal keluar dari kamarnya mendengar kan dengan seksama suara tangisan itu, langkah kakinya terus berjalan mencari sumber suara
Langkah nya terhenti tepat di depan pintu kamar adiknya, dengan penasaran Arsal menempel telinganya pada pintu, didalam sana terdengar suara tangisan itu. Dengan pelan Arsal mengetuk pintu berwarna putih itu namun tidak ada jawaban, karena sudah tidak sabar Arsal masuk tanpa permisi.
Pemandangan yang pertama dia lihat hanya gundukan seseorang di dalam selimut, sudah bisa ditebak itu Disa. Suara tangisannya semakin terdengar saat Arsal duduk disamping tempat tidur nya.
"Dek?" dengan pelan Arsal menepuk selimut itu berharap Disa mau membukanya
Arsal terdiam, Disa masih tidak berbicara dengannya. Dia bingung apa yang sebenarnya terjadi dengan Disa, sedari pulang sekolah sampai detik ini gadis itu tidak mau bercerita apapun kepadanya.
"Kamu kenapa dek?"
"Ada masalah apa sini cerita sama abang."
"Jangan ditanggung sendiri kalo emang terlalu berat dis, ada gue, ibu sama ayah, lo bisa cerita sama kita."
Disa nampak mengganti posisinya, namun masih sama gadis itu tidak mau membuka selimutnya. Suara tangisannya sudah tidak lagi sekencang tadi.
"Ada masalah di sekolah? coba cerita, abang ngga akan marah."
Disa sedikit membuka selimutnya, terlihatlah raut wajah Arsal yang sangat khawatir. Mata nya sangat bengkak bahkan selimutnya sudah sangat basah.
"Kamu kenapa?"
Gadis itu terdiam, namun air matanya terus mengalir. Arsal yang melihat itu langsung menyeka air mata adiknya dengan tangannya.
"Mau minum? abang ambilin ya," Disa hanya mengangguk
Perlahan Disa mencoba untuk duduk, tatapannya agak sayu tidak seperti Disa biasanya. Bahkan Arsal pun sangat jarang melihat Disa kacau seperti ini.
Arsal menyodorkan gelas berisi air putih kepada Disa, dengan lemas gadis itu mengambilnya. Pandangan Arsal tidak pernah lepas dari adik kesayangannya.
"Pelan-pelan coba cerita sama abang," ucapnya dengan mengambil gelas dari tangan Disa
Gadis itu tampak mengatur nafasnya lalu memeluk boneka beruang dari Arsal, matanya sedikit berkaca-kaca saat mengingat kembali kejadian pagi tadi disekolah.
Dengan air mata yang mengalir Disa menceritakan semuanya pada Arsal lelaki itu tampak marah terlihat dari raut wajahnya, tetapi Disa meminta untuk tidak memberitahu ibu dan ayahnya.
"Siapa nama anak itu biar gue cari, seenaknya aja ngatain adek gue begitu. gue yang abang lo aja ngga pernah ngomong kaya gitu sama lo."
"Kenapa ngga lo tendang aja bijinya, bisa-bisanya lo suka sama orang begitu," Arsal yang hanya mendengar cerita dari Disa saja marah apalagi gadis itu yang mengalaminya sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
Gebetan ; Lee Jeno [End]
Fanfiction❝Ngga usah berharap gue bakal suka sama lo!❞ - Jemi ©2023, dinluvie