29 - penyesalan

25 4 0
                                    

Sudah sedari tadi Disa tidak dapat tenang ditempat nya, gadis itu terus memandangi jam yang berada di lengannya. Bunyi ketukan pulpennya terdengar tidak beraturan seakan dia tengah gelisah.

Kinan yang duduk disampingnya merasa terganggu dengan tingkah Disa, karena kesal Kinan memukul kepala Disa dengan pulpennya. tidak kencang hanya pukulan kecil.

"Lo kenapa sih dis, dari tadi gue perhatiin lo ngga bisa diem."

"Aduh gimana ya nan."

"Gimana apanya?"

"Sini gue bisikin," Disa mendekatkan mulutnya ke telinga Kinan, lalu menutupi dengan kedua tangannya

Gue mau ketemu sama kak Jemi di kantin - bisiknya

"Hah serius?! ngapain?"

"Dia mau minta maaf."

"Terus lo mau maafin dia?"

"Gimana ya nan gue juga bingung, tapi kak Jemi udah usaha buat minta maaf."

"Tapi kalo misal dia kaya gitu lagi gimana?"

"Ngga tau juga sih, tapi kan___"

"Jangan karena lo suka sama dia jadi lo lupa sama ucapan dia kemarin."

"Iya sih."

Disa semakin bingung dihadapkan beberapa pilihan, setiap bertanya pada seseorang jawaban mereka selalu berbeda. Namun Disa masih memiliki keyakinannya sendiri.





Dikantin dengan ditemani seporsi bakmi milik masing-masing, Disa duduk dihadapan Jemi yang hanya sibuk mengaduk-aduk es mangga miliknya.

Jemi masih merasa canggung dihadapan Disa bahkan kata-kata permintaan maaf yang tersusun di kepalanya hilang begitu saja, sedangkan Disa mencoba untuk biasa saja dan mengontrol perasaannya.

"Disa," panggilnya merasa terpanggil gadis itu menatap tepat dikedua bola matanya

"Iya kak kenapa?"

"Kamu apa kabar?" Pertanyaan Jemi membuat Disa cukup kebingungan, dia pikir Jemi akan melontarkan kata maaf kepadanya

"Gue baik kak, lo sendiri gimana?"

"Ya seperti yang lo liat," ucapnya dengan memperlihatkan beberapa luka yang berada di tubuhnya

"Kenapa luka-luka gitu?" tanya Disa sedikit berhati-hati

"Abis kecelakaan dis, biasalah suka kurang hati-hati," jawab Jemi berbohong, dia tidak mau memberitahu Disa tentang kejadian semalam

"Yakin kak? bukan karena nolong kak Susan?"

Jemi terdiam, rupanya berita kejadian malam itu sudah sangat menyebar di sekolah padahal Jemi tidak ada bilang ke siapapun kecuali Hanif dan Maraka yang memang saksi kejadian.

"Iya karena nolongin Susan."

"Kak Susan sekarang keadaan nya gimana?"

"Udah baikan tapi masih belum boleh pulang."

"Cepet sembuh ya buat kalian berdua."

"Makasih ya dis."

Disa tidak dapat menyembunyikan rasa cemburunya, dalam keadaan bahaya pun Jemi rela menyelamatkan Susan. Sebagai seseorang yang memiliki perasaan terhadap Jemi membuatnya sedikit kesal.

Keheningan terjadi lagi diantara mereka, Jemi sendiri bingung harus memulai darimana sedangkan Disa hanya menarik-narik ujung rok nya seakan meluapkan kekesalannya.

Jemi terlihat menghembuskan nafasnya panjang, jari-jari tangannya tidak berhenti bergerak. Apalagi ditatap oleh Disa membuatnya semakin gugup, seakan-akan dia ingin mengungkapkan perasaannya kepada gadis dihadapannya itu.

Gebetan ; Lee Jeno [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang