2

833 73 1
                                    

"Bang, gue nggak bisa ngikut juga gitu?" Tanya Haris yang pulang-pulang dikabarin kalau Abangnya mau kerja di kampung Kakek mereka.

"Sekolahmu sayang, tamatin dulu. Nanti kalau sudah bekerja baru susul Abang disana" ucap Davin santai sembari mengecek rekam medis pasien pagi ini. Yap, Haris pun menempuh sekolah kesehatan dan ditempatkan untuk magang di rumah sakit ini bersama 20 orang temannya yang lain.

Ya pure blood memang, Haris sebenarnya ikut-ikutan saja. Tapi ketika sudah terjun ke lapangan ia bilang ia lebih menyukai bidang kesehatan sekarang sehingga impiannya berubah dari membuka bengkel mobil menjadi dokter seperti kakak-kakaknya.

"Emang Abang disana terus? Nggak pindah-pindah?"

"Ya kalau dapat jodoh disana buat apa pindah?" Haris tersenyum mengejek mendengarnya, "Akhirnya Abang gue mikirin cinta~"

"Sudah sana balik magang, Abang mau terima pasien"

"Makan siang?"

"Sama kalian, Abang sudah pesan tempatnya"

"MAKASIH BANG!" Davin menggelengkan kepalanya mendengar pekikan si bungsu, lalu kembali bekerja dan menyelesaikan urusan lain supaya selesai secara keseluruhan ketika ia pindah.

Perihal posisinya yang masih menjadi dokter umum tak begitu ia ambil pusing, keinginan mengambil spesialis itu ada namun rasanya Davin hanya menginginkannya tanpa melakukan aksi. Tuan Wijaya tak mengekang pilihannya, selagi itu baik untuk anak-anaknya maka akan ia dukung sebisanya.

Mari kita lihat ke ruangan Nuwa.

"Sana ih aku mau kerja!" Yang diusir malah tetap dalam posisinya memangku dagu dengan kedua tangannya,

"Kakak makin cantik deh" Nuwa yang paling gabisa dikasih kata-kata cheesy langsung bersemu di telinganya membuat orang itu tertawa pelan.

"Semangat kerjanya ya, dokter manisku. Aku mau berangkat kuliah dulu, kepindahanmu masih minggu depan kan?" Nuwa tak merespon, hanya sibuk merapikan perlengkapannya.

"Kita bakal LDR an, tapi aku janji saat libur kuliah akan mengunjungimu. Oh tidak, aku sudah semester akhir. Setelah skripsiku selesai aku akan menunggu wisuda dengan menemanimu disana, memastikan takkan ada siapapun yang mendekatimu. Hanya aku yang boleh mengambil hatimu"

"Omonganmu semakin rancu, sana pergi hush hush" Nuwa sudah jengah, meladeni mahasiswa itu yang kebetulan bertemu pertama kali sebab menjenguk saudara yang sakit. Keterusan sampai ngedeketin dokter spesialis yang nanganin saudaranya yakni Nuwa, cinta pada pandangan pertama katanya.

Kalvin Adiyaksa namanya, mahasiswa semester akhir jurusan Kesehatan Masyarakat dari kampus ternama yang juga kebetulan kampus yang sama dengan tempat Nuwa menempuh spesialis. Orang-orang takkan percaya jika Kalvin dibilang sebagai sosok yang suka gombal, berucap keju dan murah senyum, ia yang dikenal teman kampusnya adalah versi 180° dari sifatnya yang ia tunjukkan pada Nuwa.

Usai urusan love-hate yang mungkin lagi kebanyakan hate nya, kita pindah ke ruangan MCU tempat Daniel standby.

Pagi yang cerah membuat orang yang memiliki kepentingan untuk mengurus persyaratan kerja ataupun pendidikan memenuhi antrian MCU sehingga Daniel dan beberapa dokter umum lain tidak bisa untuk sekedar menyesap kopi panas yang mereka seduh, bahkan Daniel harus tega menolak panggilan suami dan anaknya untuk kemudian disuruh menunggu sekitar 2 jam dari sekarang.

Daniel dikenal cukup cekatan dalam melayani pasien, tak bosan harus berapa kali ia menjelaskan hal sama dengan intonasi suara yang segitu-gitu saja.

Drrtt.

"Maaf, sebentar" Daniel membuka kunci layar dan ruang chatnya bersama sang suami tercinta, ada voice note yang memperdengarkan suara tangisan bayi perempuan 4 bulannya yang sudah aktif tengkurap dan begitu dekat dengannya.

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang