3

797 80 0
                                    

"ANESSSS"

"OII"

"AKU BAWA NASI TITIPAN MAMA KAMU"

Pemuda yang dipanggil Anes itu mempercepat kegiatannya menanam padi lalu membersihkan dirinya dari tanah lumpur sawah yang ia pijak, menyambangi temannya yang dengan hati-hati meraba permukaan saung untuk meletakkan bungkusan makanan itu.

"Aku di samping kirimu" pria itu membalikkan tubuhnya ke kiri lalu duduk di saung,

"Baunya kayak semur ayam, aku yang sudah makan jadi mau lagi" Annes membuka bungkusan itu dan yap, sang Ibu membuatkannya semur ayam dengan tumis kangkung.

"Yasudah sini duduk sila, aku sendokin nasinya. Mama bawa lauknya banyak"  tak lupa Anes nyubit pipi bulat pria manis di depannya ini. Matanya nampak berbinar walau tatapannya gelap dan kosong, Anes rasanya ingin menangis.

Sahabatnya ini mengalami kebutaan akibat kecelakaan bus ketika usianya 8 tahun, dan ketika kelas 2 SMA dirinya mengundurkan diri akibat tak sanggup menahan ataupun melaporkan tindakan pembullyan yang dilakukan teman-temannya. Yuan Millendanuary namanya, pria yang akrab dipanggil Yuan ini memiliki hati yang lembut, sangat jarang emosi yang sampai meledak-ledak dan paling sering mengalah.

Sebenarnya Yuan ini punya kepribadian yang ceria, namun menurut Anes sejak Yuan mengundurkan diri dari sekolah ia perlahan berubah jadi lebih banyak diam dan menurut. Anes takut kalau dibiarkan terus menerus bisa jadi incaran orang jahat, ditambah ia pernah hampir disetubuhi oleh pemuda di kampung sebelum pemuda itu dilihat oleh Anes dan akhirnya diusir warga. Yuan hanya terbuka pada keluarga inti dan dirinya.

"Makan yang banyak ya, bantuin aku nanam padi habis ini" mendengarnya membuat Yuan mengangguk cepat lalu tersenyum lebar, tumbenan sahabatnya ini mengajaknya turun ke sawah, biasanya ia hanya disuruh duduk di saung sampai Anes selesai bekerja dan mereka pulang bersama.

"Nes, kapan mau nyari pacar?" Anes melirik Yuan yang asik menyuapkan makanannya ke mulut usai bertanya,

"Kamu sendiri kapan?"

"Ih kok balik nanya sih!" Anes tertawa pelan, "Belum tahu, aku masih suka asik sendiri di sawah, bantuin Bapak dan Mama nambah cuan"

Yuan pernah iseng minta izin buat pegang bahu dan lengan Anes, dan Yuan sangat yakin kalau Anes itu pekerja keras sebab bahunya yang lebar dan lengannya berotot cukup kencang.

"Aku nggak tahu bakal punya atau nggak, lagipula siapa yang mau memacari orang sepertiku? Mana pendidikanku juga rendah, aku tak berharap lebih seperti ketika aku mengharapkan bisa melihat dunia lagi"

Anes menghentikan makannya, satu fakta mengenai Yuan yang tak kunjung mendapat donor mata cukup menggores hatinya. Korban janji palsu rumah sakit membuat Yuan memilih menyerah dan menikmati hidupnya yang gelap, tak ingin menambah luka dengan terus berharap.

"Kalau kesempatan itu tiba, kamu tetep ambil kan?" Yuan mengangguk, "aku hanya tak ingin berharap lebih, namun ketika kesempatan itu muncul secara nyata, akan kukejar" Anes tersenyum, setidaknya Yuan tidak benar-benar menyerah pada hidupnya.

.
.
.

"Figuranya aku taruh di ransel, sudah aku bungkus busa supaya aman" Daniel mengangguk lalu memperhatikan suaminya yang sibuk memasukkan pakaian yang ia siapkan ke dalam koper, total ada 2 koper berukuran 28 inci yang diisi pakaian, sanitasi dan kebutuhan lainnya.

Irish sempat mellow ketika suaminya memutuskan untuk ikut Davin bertugas di kampung, jaraknya ke kota sekitar 4 jam walau masih dalam satu wilayah yang sama. Irish tak mengapa sebenarnya, toh ia sudah terbiasa LDR dengan Daniel sejak kuliah, namun rasanya berbeda ketika sudah berkeluarga apalagi ada Ila ditengah-tengah mereka.

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang