26

367 60 1
                                    

Notes : 10k views! Aku nggak nyangka bakal banyak yang lihat cerita ala-ala ini, terimakasih banyak untuk kalian semua yang udah support buku ini. Aku mungkin agak tersendat di buku yang lain karna idenya masih ngalir disini + kerjaan irl, tapi aku berusaha buat nyicil dikit-dikit. Sekali lagi, terimakasih banyak! ❤️

****************************************

Entah bagaimana ceritanya, bagaimana caranya, di hari Sabtu yang cerah ini Altair terbangun dengan kepala yang sangat sakit. Ia menoleh melihat ada 3 botol alkohol kosong di sudut kamarnya,

"Oh ya, aku membelinya" ucapnya sangat pelan,

DER DER DER

"ALTAIR! ALTAIR!" Altair agak terkejut, tapi kepalanya masih pusing untuk sekedar ia turun dari kasurnya.

Sayup-sayup terdengar sampai akhirnya Altair pingsan karna kepalanya yang sakit ditambah suara pintu yang digedor kencang.

"Bang, kami nggak mikir siapa-siapa sepagi ini selain Bang Yohanes. Kalau Altair masih sadar, tolong bicara pelan-pelan ya kenapa bisa begini" Anes yang datang tergesa setelah dijemput salah seorang perawat akhirnya mencoba mendobrak pintu kamar yang terkunci rapat itu.

BRAK

Setelah 3 kali, pintu terbuka paksa menampilkan Altair yang tergeletak di kasurnya dengan selimut yang tersingkap.

"Altair? Sayang? Bangun!" Anes menghampiri cepat dan menepuk pelan pipi Altair, begitu dicek sekilas nafasnya masih berhembus normal dan sarat akan bau alkohol yang menyeruak. Tubuhnya hangat dan setelah dibantu rekan kerja Altair, rupanya pria itu juga demam.

"Aku akan buat sup hangovernya, nanti temanku menyiapkan obatnya ya, Bang" Anes mengangguk lalu menggeser posisi Altair agar lebih nyaman berbaring dan selimutnya dirapikan.

"Kamu kenapa, Altair? Kenapa tidak bilang padaku?" Anes mengusap kepala Altair yang berkeringat, ia belum pernah melihat Altair seperti ini dan ia sama sekali tak tahu apa yang Altair sembunyikan dari orang-orang.

"Jika tak sanggup, segera hubungi aku"



Kabar kondisi Altair ini membuat Davin yang baru pulih langsung datang ke asrama perawat bersama dengan Yuan, Nuwa, Kalvin, dan Daniel. Sementara Irish menjaga Ila di rumah.

"Apakah ia sempat bilang kalau gangguan cemasnya datang lagi?" Ucapan Davin membuat Anes menoleh cepat ke arahnya,

"Tidak ada, dokter. Kami juga tak tahu jika Altair menyimpan alkohol sebanyak itu di kamarnya" Davin menatap nanar ke arah Altair,

"Altair kenapa, Vin?" Tanya Yuan yang turut khawatir akan kondisi perawat yang sudah ia anggap teman itu, "Jika ini bukan gangguan cemasnya, saya pikir traumanya kembali muncul. Ia mengatakan bahwa merasa kepalanya berisik setelah pertemuan keluarga besarnya pasca kedua orangtuanya meninggal dunia, dan trauma karna orangtuanya berpisah secara paksa"

"Kalian ikut aku nyembunyiin benda tajam atau berbahaya dari sini, kalau Altair belum pulih, ia bisa menyayat dirinya sendiri" Nuwa bangkit dan turut menarik Kalvin untuk berkeliling kamar Altair,

"Tunggu, sejauh itu?!" Ucap Daniel tak percaya,

"Aku satu-satunya yang Altair hubungi dulu dan bilang kalau dia habis belajar 'pisau bedah' di tubuhnya, aku pula yang menjahit lukanya"

"Ugh" semua tertuju pada Altair yang akhirnya siuman, setelah menyesuaikan pandangannya ia sedikit terkejut melihat banyak orang di kamarnya juga pintu yang terlihat rusak penguncinya.

"Kenapa kalian semua disini?" Yuan langsung menggenggam tangannya mendengar ucapan Altair,

"Altair, kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, cerita sama aku ya? Kan kita sudah punya kontak satu sama lain, jangan sama alkohol ya? Alkoholnya jahat buat badan kamu" Air mata Altair kembali memupuk di mata cantiknya, ia seolah menghempaskan isi kepalanya yang tiba-tiba berisik semalam hanya karena kontak saudaranya yang tiba-tiba muncul mengatakan akan datang ke kampung bersama keluarganya.

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang