19

519 58 2
                                    

Suara ponsel Davin mengusik tidurnya pada pukul satu pagi, ponselnya tak kunjung berhenti berdering sehingga Davin harus mengumpulkan kesadarannya untuk mengangkat telpon tersebut.

"Halo?"

"Dek, Haris kritis" Suara Lily yang bergetar membuat Davin sadar sepenuhnya,

"Dia kejang dan detak jantungnya lemah sampai sekarang, kamu bisa pulang dulu?"

"Disana ada siapa saja, Kak?"

"Ayah dan Ibu, Imanuel juga disini bantu mantau kondisi jantungnya atas perintah Dokter Yahya"

"Aku berangkat sekarang"

"Jangan ngebut, dek"

Davin segera menyambar jaket dan kunci mobilnya, mengetik pesan di grup kliniknya bahwa ia akan izin mendadak.

Drrt.. drrt..

"Sebentar, Sayang. Saya harus---"

"Aku ikut, Davin. Aku juga dikabarin Kak Lily, aku ikut sama kamu"

Yuan mengusap telapak tangan Davin yang memegang perseneling selama perjalanan, ia dihubungi lebih dulu oleh Lily yang memintanya menemani Davin pulang. Ia tahu kalau adik bungsu kekasihnya ini sangat disayangi Davin, dan yang paling rentan sakit.

"Yuan, saya takut" serunya pelan tanpa mengalihkan fokusnya menyetir,

"Aku juga, tapi kita harus terus berdoa. Haris sedang berjuang untuk sembuh disana, dan kita bisa mendukungnya lewat doa saat ini"

Davin menepikan mobilnya di pinggir jalan tol setelah berkendara beberapa jam, ia tak mengantuk, tetapi ia memeluk Yuan di sampingnya karna hatinya terasa berat sejak tadi.

"5 menit saja, habis itu saya lanjut menyetir" Yuan mengangguk dan membiarkan sang terkasih memeluknya erat.

Davin dan Yuan sampai di rumah sakit sekitar pukul 6 pagi, mereka langsung menuju lantai 7 tempat ICU berada dimana Haris dirawat serta keluarganya yang menunggunya.

"A-abang" seru Imanuel yang baru keluar rawat inap, "Abang, Haris---"

"Masih ada kesempatan untuknya?" Imanuel mengangguk pelan, "kemungkinannya hanya 30%, kondisinya memburuk"

Davin memeluk pacar adiknya itu yang menangis, sementara Yuan mengusap bahu Imanuel pelan.


Pukul 7 pagi, situasi menegangkan usai sarapan. Haris sadar, namun monitor detak jantungnya tidak menunjukkan peningkatan signifikan.

"Hehe, disini ramai" lirihnya dengan mata setengah terbuka, ada keluarganya di samping kanannya dan sang kekasih di samping kirinya.

"Kenapa sih pada sedih mukanya, aku kan disini" ucapnya sedikit tak jelas dan terdengar terseret di setiap kalimatnya,

"Aku nggak tahu lagi ngomong apaan, tapi kayaknya butuh sipi-apasih namanya... CP..R--"

Matanya kembali tertutup dan ada bunyi nyaring dari monitornya, sontak tim dokter langsung memberi tindakan selagi pihak keluarga menepi.

"Dek, kuat ya. Balik dulu sama Ibu disini" bisik Nyonya Wijaya di telinga anak bungsunya,

Davin merangkul Imanuel dan Lily, sementara Yuan bersembunyi di balik tubuh Davin sebab tak sanggup melihat apa yang ada di depannya.

Sekitar 10 menit dan akhirnya Haris bisa kembali bersama mereka, alat medis dipasangkan lebih banyak untuk menopang Haris yang dalam keadaan koma. Ini kondisi terburuknya selama jantungnya bermasalah sejak sekolah dasar.

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang