10

823 83 8
                                    

Hari yang ditunggu pun tiba, Yuan datang bersama keluarganya dua hari sebelum operasi sebab Yuan harus menjalani serangkaian persiapan. Davin kemana? Tidak ikut, klinik sedang banyak pasien rawat inap sehingga ia harus membantu Daniel supaya dokter itu bisa tetap pulang sesuai jadwal dan menghabiskan waktu dengan keluarga.

Davin hanya bisa berdoa dari jauh untuk kelancaran operasinya, ia tak bisa memastikan apakah ia bisa menjenguk atau tidak. Ia tak ingin memberi harapan palsu, sehingga ia mengatakan bahwa ia tak bisa datang.

Yuan entah kenapa sedih mendengarnya, Davin masih sempat mendampinginya untuk pemulihan kecelakaannya namun tak bisa datang untuk hari-hari penentuannya. Ia merasa ksosong tak bisa merasakan Davin di sekitarnya, walaupun Lily tadi datang untuk memperkenalkan diri sebagai Kakaknya Davin, yang ia inginkan adalah Davinnya disini.

Yuan bingung dengan perasaanya, apakah ia menyukai Davin, atau bahkan mencintai dokter itu?

"Yuan, waktunya operasi. Optimis ya nak, Ibu, Ayah dan Maya tunggu di luar" Yuan tersentak pelan lalu mengangguk, kemudian merasakan ranjangnya didorong keluar ruangan.

Operasi berlangsung cukup lama, bahkan keluarga Yuan sudah makan dua kali sembari menunggu. Hingga pada akhirnya lampu ruangan itu menjadi hijau, juga sebagai penyambut tim dokter yang menyatakan operasinya sukses.

Pemulihan berjalan selama dua minggu sebelum Yuan bisa lepas perban, selama itu pula ia merindukan Davin. Ia yakin sekarang, dirinya mencintai Davin dengan seluruh hatinya. Namun ia tak berharap cintanya akan dibalas, karena sekali lagi ia merasa tak pantas bersanding.

"Kak, hari ini Kakak lepas perban. Aku mau di depan Kakak supaya Kakak lihat aku lebih dulu" Yuan mencari kepala sang Adik untuk ia pukpuk, ini akan menjadi pertama kalinya ia melihat rupa sang adik.

"Nanti setelah saya buka perbannya, bukalah matamu perlahan untuk menyesuaikan cahaya" Yuan mengangguk lantas dokter Eno mulai membuka perbannya dengan hati-hati.

"Nah, kau bisa buka matamu" Yuan merapalkan doa dalam hatinya saat cahaya putih mampir di matanya yang setengah terbuka, perlahan mulai memburam memperlihatkan warna dan bentuk samar objek di hadapannya hingga objek tersebut terlihat lebih fokus dan jelas.

"Kak, ini aku Maya" Yuan memastikan lagi pandangannya lalu tersenyum, "Adik Kakak cantik sekali"

"KAK YUAN HUHUHU" dokter Eno tersenyum saat Maya memeluk Yuan erat dan menangis disana, ia membereskan peralatan dibantu perawat lalu undur diri memberi ruang untuk keluarga pasien.

"Ayah, Ibu" semua menangis terharu, Yuan akhirnya dapat kembali melihat dunia, dapat beraktivitas normal kembali.

___________________

Davin merenggangkan tubuhnya, klinik sudah tutup dan ia sudah mengantuk parah. Ia mengeluarkan bantal kecil dari lemarinya lalu ditaruh di meja, posisi tidurnya memang akan membawa dampak tak baik tapi Davin sudah kepalang mengantuk.

Pintu ruangannya terbuka, seseorang masuk dan melihat isi ruangannya. Terlihat sangat rapi dan terorganisir.

Papan nama akrilik bertuliskan 'dr. Davin Angkasa Wijaya' ia lihat begitu duduk di hadapan orang yang sedang tertidur itu, menyentuh tangannya.

"Jahat deh" Davin yang terusik oleh dua kata itu lantas membuka matanya, melihat seseorang di depannya dengan pandangan buram karna sungguh, ia mengantuk.

"Altair, saya tadi sudah izinkan kamu ke rumah Mbah Ina" lirihnya lalu kembali mendengkur halus, kentara sekali lelahnya.

Ia akhirnya ikut memasang posisi yang sama dengan Davin, dan ikut memejamkan mata hingga tertidur.

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang