29

476 68 11
                                    

"Davin"

"Hm?"

"Aku gugup, pernikahannya sebentar lagi"

Yuan memeluk Davin dari samping saat melihat persiapan lokasi pernikahan mereka yang tengah dibersihkan sebelum dipasangi dekorasi, mereka menggunakan gedung serbaguna desa Andalan sebagai tempat pelaksanaannya.

"Saya justru bersemangat, tidak sabar segera meminangmu menjadi milik saya seutuhnya"

"Abang ngomong gitu malah nakutin Kak Yuan tau gak?" Mereka berdua menoleh ke belakang, ada Haris dan Imanuel yang datang menghampiri. Haris saat ini sedang dalam kondisi tidak baik, menyebabkan dirinya harus berada di kursi roda dan sang kekasih yang mendorongnya.

"Aku yang denger saja merinding rasanya, apalagi Kak Yuan. Kayak mau diterkam om-om"

"Pemasangan ringnya sukses, tetapi ada masalah baru di paru-parunya. Sedang di observasi lebih lanjut" seru Imanuel saat Davin menatapnya seolah bertanya,

"Aku sehat kok walau di kursi roda, jangan meremehkanku. Aku sudah berpengalaman dengan penyakit-penyakit ini" Davin semakin sendu melihat sang adik yang harapan hidupnya kian terkikis.

Haris melempar senyumnya seraya menggenggam tangan Imanuel di bahunya, semua orang ia biarkan tak tahu bahwa ia sudah memutuskan suatu keputusan besar beberapa hari sebelum kedatangannya kemari bersama keluarga dan kekasihnya. Sebuah keputusan yang ia pun sebenarnya tak sanggup untuk berucap, ia ingin menyaksikan kakak keduanya ini menikah dulu.

Rasa sakit itu ia nikmati, dan ketika bicara dengan Davin pun sebenarnya sudah sedikit berat.

"Oh ya, Bang. Aku mau ziarah ke makam kakek, mau ikut?"

Disinilah mereka sekarang, ramai-ramai datang ke pemakaman untuk berziarah. Semua melantunkan doa dalam hati, termasuk pasangan calon pengantin. Haris memperhatikan betapa khidmat kedua kakaknya berdoa, sebelum ia turut menutup matanya untuk berdoa.

"Kakek, ini Haris. Haris tak bisa menunggu lebih lama sampai Kak Lily mendapatkan pasangan hidupnya, Haris tak bisa menunggu sampai keponakan Haris lahir ke dunia. Haris pun tak bisa memberikan kepastian pada Imanuel. Kakek, Haris segera menyusul Kakek juga Nenek, sama-sama melihat kebahagiaan keluarga kita dari dimensi yang berbeda"





Semua keluarga memutuskan untuk tidur cepat karna esok hari akan menjadi hari yang panjang, namun tidak untuk Haris dan Yuan yang saat ini sedang duduk di ayunan pekarangan rumah Yuan.

"Kamu nggak berniat untuk pergi lebih dulu, kan?" Haris terkejut ketika Yuan berucap seperti itu,

"Aku tunanetra untuk waktu yang lama, jadi aku cukup sensitif terhadap suara-suara di sekitarku. Aku mendengar rintihanmu ketika di pemakaman tadi"

"Ah, ketahuan ya?" Yuan menoleh cepat ke arah Haris, "Aku sudah begini sejak lama, Kak. Lambat laun aku lelah dengan seluruh pengobatan yang aku jalani namun tak banyak memberi perubahan pada kesehatanku. Aku pernah memergoki Imanuel menangis di ruangannya karna tahu kondisi jantung dan paru-paruku, mungkin kondisi jantungku sedikit lebih baik, namun paru-paruku tak bisa dilakukan tindakan medis karna terlalu rawan. Ayah dan Ibu juga sudah tahu, tetapi menutupinya dariku. Jadi setelah berpikir cukup lama,.."

"A-apa yang kamu putuskan?" Haris tersenyum menatap taburan bintang di langit, "Aku akan menikmati rasa sakitnya hingga akhir, dan akan mendonorkan apa yang masih baik di tubuhku kepada orang yang membutuhkan"

Yuan meneteskan air matanya, ia paling tidak bisa dengan yang namanya perpisahan. Mendengar Haris seolah mengambil ancang-ancang seperti ini cukup membuatnya sedih.

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang