6

568 75 3
                                    

"Ssshh.. Sayang ini Papa, nak" Daniel sampai pada sore hari dan langsung menuju rumah sakit keluarga Wijaya, sang anak yang sempat gelisah kembali tenang tidurnya saat mendengar suara Daniel.

Irish memeluk erat Daniel ketika suaminya itu datang, terus berkata untuk dibawa pergi sebab ia sudah tak sanggup menghadapi ibunya yang terus-menerus menolak kehadiran Ila hanya karna Ila terlahir perempuan.

"Haris akan kemari menjaga Ila, kamu sama aku pulang buat beresin barang. Kita pindah malam ini" Irish mengangguk cepat, "perlu bilang Mama—"

"Tidak, aku sebagai kepala keluarga memintamu untuk tidak mengabari Mama"

"Tapi Mama masih di rumah, Niel. Nunggu aku berubah pikiran katanya" Daniel jengah dengan ulah mertuanya itu,

"Biar aku yang bicara sama Mama, kamu pokoknya beresin barang. Ada anak buah Bapak yang kuminta datang untuk mengangkut barang kita ke desa"





"APA-APAAN KAMU MAU BAWA ANAK SAYA?! KOK KAMU SEENAKNYA SAMA MERTUA KAMU?!"

"Irish, ke kamar sekarang" perintah Daniel mutlak untuknya, Irish langsung pergi ke kamar mereka tanpa sepatah kata untuk sang Ibu.

"Ma, kenapa sih Mama terlalu terobsesi sama anak laki-laki? Ila anak aku sama Irish, anak kandung! Harusnya sama perlakuannya, terlepas dari gender Mama harusnya bisa ngasih kasih sayang yang sama buat Ila. Kalau Mama nekan Irish apalagi nolak Ila kayak gini, ya Mama terima resikonya. Aku bawa mereka, dan Mama nggak berhak lagi atas Irish"

"DANIEL!"

"Apa, Ma? Mau bilang kalau Irish laki-laki dan nggak bisa dipisahin dari Mama? Aku kepala keluarganya, aku yang bertanggung jawab atas Irish dan aku berhak menentukan apakah Irish akan ikut denganku atau tidak. Aku sudah kasih Mama kesempatan loh, tapi apa? Mama nggak bisa pegang omongan Mama sendiri kalau akan mulai menyayangi Ila, Mama kembali dengan obsesi Mama itu yang berakibat Irish luka raga dan batinnya, Ila luka fisiknya dan kuharap tak terluka batinnya karna terus menerus mendengar neneknya sendiri menolak kehadirannya—"

"—Jadi sekarang Mama pulang, nggak perlu lagi ngunjungin Irish, Ila sama aku kalau Mama nggak mau nerima anak aku itu."

Mama Yanuar menatap geram pada Daniel sementara si pengusaha berkedok dokter ini hanya menatap mertuanya datar, memperhatikan orang di hadapannya hingga keluar dari rumah.

"Saya akan adukan ini pada orangtua kamu, Daniel!"

"Silahkan saja kalau mau masuk kandang macan, Ma. Irish menantu kesayangan Ayah dan Ibu jadi silahkan coba saja"

Daniel yang selama ini berusaha untuk tetap bersikap lembut dengan mertuanya akhirnya pecah juga kesabarannya, dalam hati ia masih mengucap maaf untuk mertuanya sebelum beranjak menghampiri Irish setelah Mama Yanuar keluar dari rumah.

"Sayang" Irish menoleh, merentangkan tangannya untuk menyambut Daniel dalam pelukannya. Ia tahu Daniel sebenarnya tak sanggup membentak sang Mama tapi ia harus.

"Tak apa jika kita jalan malam ini juga? Ada pasien di desa yang sedang dalam pengawasanku" Irish mengangguk cepat,

"Barang-barang lain akan dibawa oleh anak buahku"

-----

Davin kembali berakhir di depan kediaman Yuan saat berjalan-jalan tak tentu arah malam ini, entahlah ia ingin saja selagi melihat suasana malam di desa Andalan.

Netranya menangkap siluet Yuan yang sedang bersenandung pelan sembari duduk di ayunan pekarangan rumahnya, kepalanya menengadah ke atas seolah ia bisa melihat bintang yang bertaburan di langit.

Davin terpesona untuk kedua kalinya terhadap Yuan, darahnya berdesir dan jantungnya berdebar ketika memandangi sosok yang menurutnya indah itu. Ada rasa ingin memiliki dan melindungi Yuan, tapi ia yang belum pernah berpacaran tak tahu bagaimana membuat langkah maju untuk merealisasikan perasaannya.

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang