Kepulangan Davin dan Yuan disambut oleh Nuwa yang sudah duduk manis di kediaman Davin, syukurnya pasangan itu sampai pada siang hari. Tidak jadi mengomel pada pria yang sedang hamil muda itu.
"Tak sabar menunggu titipanmu?" Nuwa mengangguk cepat atas pertanyaan Davin,
"Selain karna aku menunggu, orangtuaku juga nanya mulu karna mau ngirimin buat stok. Aku bilang suruh tahan sampai aku tau mana yang cocok untukku"
"Oke, sebentar ya. Kardusnya agak ketumpuk, masuklah dengan Yuan. Aku akan memindahkan barang dari mobil"
Nuwa menurut lalu berdiri untuk menerima uluran tangan Yuan, tapi ia ingat sesuatu. Jadi ia berbalik lagi, "Kamu nyebut apa tadi?"
"Aku mau mindahin barang?"
"Bukan-bukan, coba perpendek lagi, Vin"
"Mindahin barang?"
"Bukan, satunya lagi"
"Aku mau---"
"NAH ITU DIA! Kamu janjiin dia apa akhirnya nyebut 'Aku' setelah 28 menuju 29 tahun hidup, Yuan?" Yang ditanya hanya menaikkan bahu sekilas sembari tersenyum, "Baguslah, orang lain nggak bakal anggep kamu serem karna kaku kayak kanebo kering. Ditunggu titipanku"
Titipan yang dimaksud adalah susu kehamilan, Kalvin yang mengabari kemarin setelah lama berdiskusi dengan Nuwa. Beruntung setelah pemeriksaan masih ada waktu untuk mencari titipan tersebut. Saat mencari, Davin juga sambil membayangkan jika Yuan pada situasi yang sama dengan Nuwa dan Irish, ia ingin tahu bagaimana manjanya Yuan yang mengandung buah hati mereka kelak.
Di lain tempat, Altair yang duduk bersama Mbah Ina nampak gugup saat ditatap kedua orangtua Yohanes. Merasa tak pantas karna saat ini ia hanya memakai pakaian rumahan biasa, tak menyangka jika keluarga kekasihnya akan kemari.
"Ini mau ngapain ya?" Tanya Mbah Ina basa-basi, padahal ia sebenarnya tau dari gerak-gerik Yohanes yang sedikit tegang.
"Cepat, kesempatanmu hanya sekali" seru sang Papa pada Yohanes,
Altair terkejut saat Yohanes duduk bersimpuh di hadapannya, mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
"Harusnya aku melakukan ini saat kita membeli harum manis, tapi karna nggak jadi, maka aku melakukannya sekarang di hadapan Mbah, Papa dan Mama. Altair, mau menikah denganku nggak?"
Tanpa berpikir lama, Altair mengangguk cepat. "Aku mau, Anes"
Yohanes gemetar ketika memakaikan cincin itu di jari Altair, begitupun sebaliknya. Mereka berpelukan erat membuat para orangtua yang melihat turut senang, Mbah Ina membatin, "Anak kalian menemukan pendamping hidupnya"
"Jadi, kapan kita akan meresmikan kalian berdua?" Tanya Mamanya Yohanes pada sang Anak,
"Saat ulang tahun Altair" ucap Yohanes dengan mantap, tentu dengan beberapa faktor yang melatar belakanginya.
"Waktunya cukup untuk kita mengabari sanak saudara, Altair setuju?"
"Aku setuju, aku ikut apa kata Anes"
"Kalvinn" yang dipanggil langsung muncul dari dapur, "Ngapain?"
"Nyiapin bekal kamu jaga klinik, Kak" Nuwa meluk Kalvin dari belakang bikin Kalvin agak kagok nyelesain kegiatannya, "Mual lagi?"
"Nggak, mau peluk dulu biar tenang jaganya sampe malem" Kalvin tersenyum lalu mengusap tangan Nuwa yang melingkari pinggangnya, suka dia kalau Nuwa jadi clingy begini.
"Nah, mau nyoba yang mana dulu?" Tanya Kalvin menunjukkan 3 kotak susu milik Nuwa, "Yang coklat dulu, boleh dikasih es batu nggak sih?"
"Aku sering liatnya diseduh pake air hangat, Kak. Kalau mau dingin air mineral biasa pake es aja mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milikku - MinYun
FanfictionKetika dr. Davin bertemu cintanya di perkampungan sang kakek dan Yuan yang kembali melihat dunia setelah 20 tahun. *Sangat halu dan gak masuk akal, pure imajinasi