8

661 88 6
                                    

"Dokter Davin lagi banyak pikiran?" Tanya salah satu perawat wanita di rekam medik, Davin yang kebetulan lagi disana untuk mengecek data pasien agak kaget karna celetukan itu,

"Soalnya saya lihat dokter kadang senyum tanpa alasan gitu, saya ngira buat nyemangatin diri sendiri biar nggak stress sama kerjaan"

"Kasmaran dia" keduanya menoleh ke arah Nuwa yang bersandar di pintu, "kan ada yang datang nganter sarapan 2 hari lalu buat dia"

"Oh ternyata dokter ekhm" tanggap sang perawat bersamaan dengan sebuah map yang diberikan pada Davin,

"Jangan membuat rumor, Nuwa"

"Itu benar, suatu keajaiban seorang Davin Angkasa Wijaya senyam-senyum seperti orang gila. Langsung hilang sangarnya"

"Nuwa.."

"Mengaku saja, Vin. Lagipula dia juga manis kok, cocok denganmu" Nuwa pergi menuju ruangannya usai mengusili Davin, sudah jengah dia selama seharian kemarin Davin terlihat seperti orang gila karna melamun sambil tersenyum.








"WOY!"

brak.

Seisi klinik langsung keluar begitu mendengar suara benturan dan teriakan warga,

"Tahan dia! Kabari kepala desa!" Sebagian warga menangkap pelaku tabrak tadi dan sebagiannya lagi membopong korban yang sudah pingsan di tempat, karna bersebrangan dengan klinik jadilah korban tersebut bisa cepat ditangani.

"Oh astaga ini Yuan!" Seru salah satu warga yang membopong Yuan---korban kecelakaan itu.

"Davin lagi kosong?" Tanya Daniel yang tergesa mengambil peralatannya untuk mengambil tindakan, kebetulan ia sedang berada di UGD.

"Dokter Davin sedang menangani pasien, dokter"

"Jika ia sudah selesai katakan untuk langsung ke UGD"

"Baik, dokter"









"Gimana kondisi Yuan, Bang?" Tanya Davin cepat begitu mendengar kabar bahwa Yuan kecelakaan,

"Luka luarnya tidak begitu parah, tapi dia perlu dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut sebab kata warga yang lihat Yuan sempat terlempar beberapa meter begitu ditabrak"

"Sudah dijadwalkan?" Daniel mengangguk mantap, "sore ini berangkat, aku rujuk ke rumah sakit Ayahmu"

Davin menyingkap gorden yang memperlihatkan Yuan dengan tabung oksigennya, Daniel bilang ia sudah sadar tapi masih seperti 'ngawang' antara sadar atau tidak.

"Yuan" kepalanya bergerak sedikit, "Siapa?"

"Davin" usapan lembut yang didapat Yuan di pipinya membuat nyaman.

"Apa yang kau rasakan sekarang?"

"Sakit.. berat.." racaunya,

"Nanti kita ke kota untuk pemeriksaan lebih lanjut, ya?" Yuan menggeleng pelan,

"Nggak mau... Kota jahat, Kota Jahat dokter"

"Sstt hei Yuan dengar saya"

"Kota jahat.. Yuan nggak mau" Davin menahan gerak Yuan yang nampak gelisah, rengekannya membuat ia kembali sesak.

"Yuan, hei. Saya ikut menemani kamu kesana, tidak akan ada yang menjahatimu disana. Orangtuamu juga akan ikut, banyak orang yang akan melindungimu"

"Nggak mau dokter.. hiks.. Jangan Bapak, jangan Ibu. Kota jahat" Yuan masih kukuh dengan pikiran kalutnya,

"Tenanglah. Nanti saya bicarakan dengan orangtuamu, supaya cukup saya yang menemani kamu disana. Saya yang pergi sama kamu, oke?"

"Kota jahat..."

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang