"Kalvin, kamu kalau nggak tampil di publik sebenernya sayang loh" kata Daniel usai sesi musiknya dengan Kalvin hari itu,
"Dok--eh Bang, aku kalau boleh sombong takut banget jadi terkenal dan berujung sibuk sana-sini. Nanti yang ada Kak Nuwa nggak jadi aku dapetin"
"Duh, bucin"
"Ya Abang juga sama aja" Daniel ketawa karir dengernya, "Gimana nggak bucin kalau yang dihadepin spek malaikat kayak Irish"
"Nah aku juga gitu Bang, spek malaikat macam Kak Nuwa walaupun gengsian tapi aku tetap cinta. Mau berusaha dulu nurunin gengsinya, baru minta izin sama dia buat jadi terkenal" jelas Kalvin sembari membereskan tasnya bersiap pulang, saking serunya ngerjain proyek guide album sama Daniel bikin mereka nggak inget waktu.
Irish sampai 2 kali nyamperin ruang kerja suaminya buat ngasih cemilan, di jam 8 dan jam 11 malem. Gak ada capeknya sang suami padahal dari pagi sampai sore kerja di klinik, belum lagi kalau kena piket malam, kayaknya 24 jam nggak tidur sering Daniel alami.
Usai berpamitan, Kalvin berjalan kaki menuju kediaman Nuwa. Namun sebelumnya ia mampir melihat si pemilik klinik sedang sibuk membuat sesuatu di teras rumahnya,
"Dokter Davin sedang buat apa?" Davin mengangkat kepalanya melihat siapa yang mengajaknya bicara,
"Buket bunga untuk Yuan" Kalvin melangkah ke kediaman Davin karna penasaran, ia melihat satu kardus besar berisi bunga artifisial dan berbungkus-bungkus kertas wrap serta gulungan pita dalam berbagai warna.
"Kak Yuan ulang tahun?" Davin menggeleng, "Saya ingin mengungkapkan apresiasi saya kepadanya karna menjadi pokok semangat saya dalam berkegiatan"
"Aduh berat, singkatnya gimana Dok?"
"Deklarasi bucin kepada Yuan" iyadah suka-suka Dokter Davin, ungkap Kalvin dalam hatinya.
"Dokter sering buat ini?" Davin mengangkat ponselnya yang menampakkan tutorial yutup, "Saya baru pertama kali merangkainya"
Kalvin bertepuk tangan, baru belajar dan bahannya sebanyak ini. Orang mah biasanya beli sedikit dulu, nyoba-nyoba. Sementara Davin langsung borong, tak takut gagal?
"Dokter--"
"Kamu bisa panggil saya Abang seperti kamu memanggil Bang Daniel" ucap Davin cepat tanpa melihatnya, terlalu sibuk dengan buket yang hampir selesai.
"Oh ya, Abang. Buketnya mau dikasih kapan?"
"Sekitar jam 5 pagi, saya letakkan di depan rumahnya sebelum ia bangun"
Bucin bucin bucin, Kalvin menjerit dikelilingi orang bucin dengan cara yang berbeda.
"Nah, selesai. Bagaimana menurutmu?" Kalvin memandangi hasil karya Davin di depannya, "Um, kalau boleh saran pitanya diganti dengan warna yang lebih gelap tapi tetap kalem. Jangan warna terang lagi"
Davin mengangguk lantas mencoba pita warna yang lain, "benar katamu, sekarang terlihat lebih indah. Terimakasih sarannya"
"Aku sebenernya pengen nyoba buat juga Bang, tapi sudah terlalu larut. Aku kesini lagi ya bikin buket buat Kak Nuwa" Davin mengangguk setuju.
Kalvin melihat Nuwa yang tidur nyenyak di kamarnya, memang Kalvin sengaja menolak keinginan Nuwa yang mau menunggunya pulang kegiatan. Ia tak setuju, sebab besoknya sang pujaan hati bekerja dan ditambah dapat giliran piket malam.
Grasak-grusuknya mengganggu Nuwa, tanpa disadari Nuwa memperhatikannya yang menyimpan tas bawaan lalu beranjak ke kamar mandi untuk berganti baju dengan piyama. Nuwa pura-pura menutup matanya begitu Kalvin keluar dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milikku - MinYun
FanfictionKetika dr. Davin bertemu cintanya di perkampungan sang kakek dan Yuan yang kembali melihat dunia setelah 20 tahun. *Sangat halu dan gak masuk akal, pure imajinasi