20

541 55 3
                                    

Yuan menginjakan kakinya pertama kali di kediaman Davin yang terpisah dengan keluarganya, mereka memutuskan untuk tinggal beberapa hari hingga kondisi Haris lebih stabil. Dan untuk jadwal belajar Yuan akn dialihkan dengan tatap muka virtual, tadinya Davin menyarankan untuk libur namun sang kekasih menolaknya dengan tegas.

Tidak serta merta Davin akan sering meninggalkan Yuan sendiri, justru jika sudah gilirannya untuk menjaga sang adik maka Yuan akan ikut bersamanya. Davin takut Yuan kenapa-napa di saat dirinya tak ada, yang sebelumnya itu sukses membuat Yuan menatap takut orang-orang di sekitarnya jika ada salah satu diantara mereka yang pernah merundung Yuan di masa lalu.

"Saya harus vakum kasurnya dulu supaya kamu bisa tidur"

"Aku bantu, aku belum mau tidur lagi" Yuan membuka kain yang menutup permukaan kasur lalu mengambil alih vacum cleaner dari tangan Davin,

"Kamu bisa pakainya?" Tanya Davin,

"Bisa kok! Sebentar---"

Ngiungg

Davin dengan sigap mengambil gagang vacum cleaner yang terlepas akibat keterkejutan Yuan dengan suaranya, "Biar saya saja yang bekerja"

"Nggak! Aku aku! Kamu yang lain saja" Davin masih belum mau memberikan alat pembersih tersebut, "Davin ih!"

"Kemari, Sayang. Saya ajari dulu caranya" Davin menarik lembut tangan Yuan untuk menggenggam pegangan vakum bersamanya dan mulai bersih-bersih.

Perlahan Davin melepas pegangannya begitu Yuan sudah paham cara pakainya, beralih ke perabotan lain yang sudah lama tidak terpakai sejak kepindahannya ke kampung. Rumah ini sengaja ia bangun untuk dirinya ketika berkeluarga kelak, namun sepertinya ia akan memberikan rumah ini pada Haris karna ia pastinya akan menghabiskan waktu lebih banyak di kampung, terlebih jika Yuan sah menjadi suaminya.

...

...

...

"Ndaaaaa" Ila menepuk-nepuk pelan paha Irish yang sedang melipat baju, merangkak mendekat berusaha merecoki kegiatannya.

"Ila jangan deket-deket Nda dulu ya, badan Nda anget" Irish mengangkat Ila untuk dipindahkan ke baby box yang ada di ruang tengah,

"Eh eh sebentar" Irish memegang tembok terdekat saat dirinya oleng usai berbalik badan.

Daniel sedang kerja, dan ia tak ingin mengkhawatirkan suaminya. Irish juga tak mengerti kenapa tubuhnya drop begini, seingatnya ia selalu menjaga makan dan suhu di rumah ini namun justru ia yang sakit.

Ada satu hal yang terbesit di pikiran Irish, tapi ia ragu apakah itu benar atau tidak. Jika itu benar, apakah suaminya akan menerima? Rasa-rasanya ia seperti dihadapkan pada sebuah adegan sinetron yang dimana seorang suami menolak kehadiran anggota baru di rumah.

"Cek saja dulu deh, kalau benar baru kita siapkan mental" Irish bergegas ke kamarnya setelah memastikan Ila aman untuk ditinggal sebentar.

Irish menunggu hasilnya dengan cemas, memandangi tiga benda yang ia telungkupkan selama beberapa menit. Daniel tadi menelpon akan pulang sekitar 3 jam lagi, dan dalam rentang waktu itu ia harus menyiapkan diri.

"Oke, kita lihat sekarang" Irish membalik semua benda itu bersamaan sembari menutup matanya, lalu membukanya secara perlahan untuk memperhatikan.

dua garis merah,

YES,

Pregnant.

Irish menutup mulutnya dengan tangan, berbalik sebentar lalu kembali melihat benda-benda tersebut. Pikirannya mendadak kosong, waktu seolah berhenti disaat ia menyaksikan ini. Tangannya yang lain bergerak turun ke perutnya, tak menyangka ada kehidupan yang sedang tumbuh disana.

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang