17

571 64 1
                                    

Altair bersyukur ketakutannya tidak begitu berarti begitu sampai di tujuan, walau memang sedikit gemetar tapi bisa tertutupi dengan rasa senangnya melihat banyak bintang malam ini.

Usai mendapatkan pesanan mereka, Altair dan Yohanes duduk di salah satu tenda yang disediakan untuk disewa. Banyak anak muda yang kemari dan memang terkenal sebagai tempat nongkrong asik di desanya.

"Maaf, aku nggak bawa jaket" ucap Yohanes,

"Tidak apa-apa, anginnya kehalang tenda ini"

Yap, alasan lain mereka menyewa tenda adalah karna angin malam yang berhembus sedikit kencang, Yohanes mungkin biasa saja tapi tidak dengan Altair.

Mereka menyantap mie rebus masing-masing dalam diam, sebelum mereka saling bertukar pikiran. Dan bekas makan yang diletakkan di luar tenda menjadi tanda awal percakapan mereka di dalam tenda itu.

"Altair, aku suka sama kamu" Altair tak menyangka Yohanes akan memulai percakapan mereka dengan ini, "Aku hanya mengungkapkan yang aku rasakan setelah beberapa kali ketemu kamu lewat Mbah Ina, kamu nggak perlu bales perasaanku"

Altair bingung mau ngasih respon apa, ini terlalu tiba-tiba.

"A-ah jadi canggung kan? Hehehe lupakan saja, anggap angin lalu--" Yohanes terpaku saat bibirnya bertemu dengan bibir Altair, tidak ada pergerakan dan akhirnya terlepas.

"Aku merasa nggak pantas disukai oleh orang sebaik kamu, Anes. Aku nggak pernah bermimpi mempunyai pasangan dan berpikir akan terus sendiri sepanjang hidupku"

Yohanes menarik pinggangnya mendekat, ditatapnya lekat mata yang berair itu lalu kembali mempertemukan bibir mereka. Tangan Altair yang berada di dada Yohanes naik untuk mengalungi leher pria itu seiring dengan ciuman mereka yang semakin intens.

Ciuman itu baru terlepas ketika Altair meremas rambutnya, meraup oksigen di sekitarnya sebanyak mungkin.

"Jadi, kita ini apa sekarang?" Tanya Altair pada Yohanes, "Kamu maunya apa?"

"Lover?"

"If you want to" Altair tersenyum, Yohanes pun sama. Yohanes menarik Altair untuk dipeluk, malam ini jadi babak baru untuk mereka berdua. Satu lagi pasangan yang terjalin setelah Davin-Yuan dan Kalvin-Nuwa di Desa Andalan.

"Lain kali aku nembak kamu yang bener"

"Yang barusan itu nggak bener?"

"Lebih tepatnya kurang romantis, tapi sudahlah. Yang penting sekarang kamu punyaku"

..

...

..

Ila menangis cukup lama pagi ini, bukan karena ia ingin susu, ingin makan, ataupun ingin bermain. Tapi ia menangis karna melihat kepala Daniel terluka akibat tergelincir di lantai penuh bedak yang Ila mainkan selama Irish memasak, bunyi jatuhnya cukup keras sebanyak 2 kali tapi syukur kepala keluarga itu masih sadar dan cepat duduk bersandar.

"Ppa hiks"

"Sst udah dong jangan makin kenceng nangisnya, nanti sesak. Nih Papa lagi diobatin Nda, nggak sakit kok" walau sejujurnya cenat-cenut kepalanya itu.

Ila merangkak ke arah Daniel dan memeluk perutnya sambil terisak, "Anaknya minta maaf tuh" sahut Irish seraya membereskan kotak P3K usai mengobati luka memarnya dan diberi perban sementara waktu.

"Pintar anak Papa, Papa maafin ya. Lain kali main bedaknya di karpet saja ya? Di lantai licin ckitt ckitt~" Daniel mengangkat Ila dan diberi kecupan di kedua pipinya,

"Cup cup, sudah ya nangisnya? Mulai bengkak tuh matanya" Daniel pukpuk punggung Ila yang mulai mereda tangisnya, gadis kecilnya ini persis Irish waktu mereka lagi LDR dulu. Irish bisa semaleman nangisin dia waktu Daniel keserempet mobil karna mobilnya mau belok kanan dari kiri, sementara dia mau lurus pakai motornya ke kampus.

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang