Rombongan dokter dan beberapa perawat yang datang disambut hangat oleh warga kampung yang berkumpul di pintu gerbang kampung mereka, kepala desa disana berdiri paling depan dengan seorang wanita paruh baya memegang nampan berisi kalung bunga yang dirangkai dengan begitu indah.
"Selamat datang di kampung kami, dr. Davin beserta rombongan" ucapan tersebut yang pertama kali didengar begitu rombongan keluar dari mobil, mereka membungkuk hormat pada kepala desa termasuk dr. Davin yang dianggap sebagai ketua rombongan.
"Saya tak menyangka akan disambut seperti ini" ucap Davin ramah begitu menerima kalung bunga tersebut,
"Selama ini para dokter yang datang kesini hanya melakukan kegiatan jangka pendek, baru dr. Davin yang memutuskan membangun klinik untuk para warga disini. Kami tentu sangat senang karena tidak perlu jauh-jauh ke kota untuk mendapatkan pertolongan pertama ketika sakit, setidaknya kami bisa mempersiapkan diri lebih baik kalaupun kami memang harus ke kota untuk penanganan lebih lanjut" ucap kepala desa,
"Pak Hardi pasti sangat bangga melihat cucunya mau kembali kesini membantu para warga, semoga keberkahan selalu menyertai kalian semua. Kami akan dengan senang hati membantu apabila kalian membutuhkan sesuatu" ucap wanita paruh baya yang membawa nampan tersebut,
"Mungkin kita bisa lebih nyaman berbicara di klinik, rombonganku akan meletakkan barang terlebih dahulu" seru Davin sembari menengok ke arah rekan kerjanya memberi isyarat untuk kembali ke dalam mobil menuju rumah singgah yang sengaja dibangun di sebelah klinik untuk para dokter dan perawat.
dr. Davin Angkasa Wijaya, seorang dokter umum yang sudah memiliki pengalaman kerja 5 tahun sejak usia muda. Pertimbangannya untuk pindah membantu warga kampung disini bukan tanpa alasan. Kakek tercintanya yang merupakan warga kampung ini meninggal akibat keterlambatan penanganan saat tidak ada dokter yang magang di kampung tersebut, ditambah pula Davin menangani dan menyaksikan sendiri sang kakek yang menghembuskan nafas terakhir di UGD rumah sakit milik keluarga Wijaya. Sejak saat itu Davin bertekad untuk mengabdikan dirinya sebagai dokter di kampung sang kakek dengan atau tanpa tenaga medis lain, namun kenyataannya adalah Tuan Wijaya mengajak teman-temannya dan semua setuju untuk ikut dengannya.
Rombongannya terdiri atas 15 orang, 5 orang sisanya yakni 3 apoteker dan 2 perawat tambahan akan menyusul bersama dengan tambahan stok obat-obatan.
Niatannya ini didukung penuh oleh keluarga besarnya, yang membantu pembangunan klinik, pengadaan sarana prasarana dan juga yang membantunya mengurus perizinan sehingga Davin tak perlu repot mencari donatur.
"Dokter, ini teh seriusan fasilitasnya? Keren banget euy" Davin hanya ketawa pelan mendengar celetukan salah satu perawat yang jalan di belakangnya.
"Psst, Vin.. disini warganya cakep-cakep banget tau, bisa gue ketemu jodoh disini gaperlu nyari-nyari di kota lagi" Kata Nuwa yang merhatiin warga desa disini, sejenak lupa sama sosok Kalvin yang lagi menempuh pendidikan di kota sana.
Rombongan beristirahat sejenak sebelum mengikuti pertemuan, pihak pemerintah kota akan mengutus perwakilannya untuk peresmian klinik besok. 4 jam perjalanan cukup membuat mereka pegal karna lama duduk di kendaraan.
Davin menarik nafas dalam-dalam, mulai besok kehidupannya mungkin akan berbeda dari sebelumnya. Walaupun mungkin tidak akan se-hectic di kota karena populasi kampung disini tidak begitu banyak namun ia memikirkan kemungkinan lain bahwa warga kampung lain akan turut berobat di kliniknya begitu mengetahui ada fasilitas kesehatan yang lebih dekat.
'Kakek, doakan niatku ini bisa membawa manfaat untuk orang banyak'
.
.
.
Esok harinya,
Acara peresmian selesai dilaksanakan, para warga yang hadir dan tamu undangan kini sedang menyantap hidangan yang disiapkan oleh warga kampung. Beberapa perawat dan apoteker yang tiba saat subuh sedang mengecek klinik secara keseluruhan termasuk alat medis dan obat-obatan yang ada sebelum istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milikku - MinYun
FanfictionKetika dr. Davin bertemu cintanya di perkampungan sang kakek dan Yuan yang kembali melihat dunia setelah 20 tahun. *Sangat halu dan gak masuk akal, pure imajinasi