13

618 68 9
                                    

"DAVIN SEDENGGG!"

"Altair astaga ini masih pagi!" Sahut perawat lain yang sedang menyiapkan sarapan untuk sejawat sambil menempeleng Altair main-main,

"Kak, kalian harus pada tau ya. Dokter Davin habis ngelamar pacarnya kemaren!"

"HAH?"

"Sore nanti Keluarga Wijaya datang kemari, aku baru diberitahu dokter Lily barusan" sahut Altair seraya menyicip nugget tempe yang dibuat rekannya.

Fyi, para perawat tinggal dalam satu rumah yang ukurannya lebih besar dengan beberapa kamar. Ada Altair dan satu rekannya yang pria, sisanya wanita.

"Dokter Davin ngegas banget sumpah, yang tiba-tiba pacaran saja belum selesai kagetnya, eh ngelamar pula, sukses lagi. Cepat sekali kita hajatan" sahut teman prianya itu sambil ikut sarapan.

"Kita mau ngasih apa nih buat hadiahnya?" Mereka semua hening berpikir,

"Baju dinas?"

"Itumah sekali robek gak bisa dipake lagi"

"Alat masak aja deh sama bed cover, kalau bisa bed covernya yang kostum biar kita taro nama mereka"

"Boleh-boleh, sepakat ya? Nanti aku cari referensi supaya bisa ketahuan kita patungan berapa"

"OKEE"










"Davin kau benar-benar..." Yang disebut namanya tak menggubris dan memilih fokus pada berkas pasien yang akan datang padanya, Daniel berdecak pelan dengan apa yang baru saja ia dengar hari ini.

"Bagaimana ceritanya kamu bisa seyakin ini? Terlalu dimabuk cinta atau apa?"

"Betul, aku mabuk karna cintanya Yuan"

"Kau betulan stress kurasa" Davin hanya tersenyum mendengar ucapan itu, mengingat betapa cerahnya senyuman Yuan saat ia melamarnya membuat si pemilik klinik kembali salah tingkah dengan memainkan pulpennya.

Daniel menghela nafas pelan melihatnya, keluar dari ruangan itu membiarkan Davin dengan mood bagusnya untuk bekerja.

Di sisi lain...

"Aw!" Irish refleks bangkit dari duduknya dan melihat jari Yuan yang tak sengaja tersayat pisau, "bersihkan dulu tanganmu dengan air mengalir, perih sedikit tak apa. Aku akan ambil perban"

Yuan menatap Irish yang telaten mengobati lukanya, walau tidak dalam namun cukup membuatnya meringis perih karna banyaknya darah yang keluar. "Maaf, Kak"

"Loh kok kamu yang minta maaf? Harusnya aku yang minta maaf karna fokusku kebagi harus nemenin Ila main"

"Aku tiba-tiba kesini minta diajarin masak buat keluarganya Davin, tapi malah luka begini" Irish menyelesaikan pemasangan plesternya dan meniup sedikit penutup luka itu, "Luka saat belajar masak itu wajar, aku juga sering kok walaupun udah bisa. Lebih hati-hati lagi pegang pisaunya ya"

Jadi hari ini Yuan sengaja datang ke kediaman Irish untuk minta diajari memasak masakan kesukaan orangtua Davin---informasi dari Davin sendiri yang bilang kalau Irish jago masak, tapi dokter itu tak tahu kalau calonnya ini sampai seniat itu untuk memberikan kesan yang bagus pada keluarganya.

"Ja, kamu kan udah catat resepnya.. disimpan ya, ini rasanya udah mirip kayak yang biasa aku buat. Tinggal dihangatkan biasa" akhirnya masakan itu diselesaikan oleh mereka berdua, nantinya akan dihidangkan untuk makan malam.

"Kak"

"Ya?"

"Anu.. itu.." Irish menunggu Yuan yang terlihat tengah merangkai kata-kata untuk berucap,

Kamu Milikku - MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang