16. Puncak Keputusan

5.5K 945 140
                                    

Mendengar itu, seketika raut wajah Sheri jatuh, begitu ketakutan dan menyedihkan. Tubuhnya bergetar hebat, ia mencoba menggenggam kedua lengan Kyree dengan bibir setengah mengatup setengah terbuka, ingin bersuara, tetapi tidak tahu darimana ia harus berbicara.

Gusar di hatinya membuat jantungnya berdebar kencang, hampir terdengar di ruangan yang seketika sepi sunyi. Rasanya mencekat, hampir membuat kaki Sheri mati rasa.

Matanya yang semula hangat berubah menjadi tidak hidup. Hanya menyisakan pupil kecoklatan yang mendadak membulat, kehilangan cahayanya.

Berusaha keras mempertahankan posisinya, Sheri mencoba meraih Kyree.

"I-ittu... Ak-aku... M-maaf... Maaf Kyree aku menyembunyikan... M-m-maafkan aku menyembunyikannya darimu. I-it-itu bukan karena aku tidak percaya kepadamu. T-t-tapi... K-kumohon jangan m-marah ya. Jangan marah, ak-ak-aku...."

Melihat bagaimana perubahan reaksi Sheri, sekarang Kyree sudah yakin. Sheri menyimpan begitu banyak trauma yang bisa muncul sekali trauma itu dipancing.

Rasa bersalah.

Doktrin paling mudah adalah menanamkan rasa bersalah kepada korban. Disaat mereka sudah merasa bersalah, mereka akan merasa tertekan dan gelisah. Mereka akan melakukan apa saja untuk meminta maaf, menangis, memohon, dan bahkan menyakiti diri sendiri.

Mereka akan sangat putus asa untuk memohon maaf. Hal ini disadari oleh Kyree pada hari dimana Sheri menangis tersedu-sedu di hadapannya seraya berulangkali menciumi tangannya sambil berucap kata maaf terus menerus. Jelas disini Sheri seperti memiliki semacam gangguan dimana dia tidak akan bisa lepas dari perasaan bersalah ketika ia berbuat salah kepada seseorang.

Menjijikkan. Laya telah mendoktrin Sheri sampai sebegini kejamnya, membuat perempuan ini seakan akan kehilangan hidupnya dan dunianya runtuh setelah dia berbuat kesalahan.

"K-kamu boleh menghukumku. M-m-maaf Kyree... Aku salah... Aku—aku seharusnya tidak menyembunyikannya. K-kamu mau memukulku? B-boleh saja. Apa kamu mau mencambukku? C-cambuk saja, a-ak-aku akan menerimanya... Tapi tolong, m-maafkan aku ya... A-aku...."

Ekspresi dingin Kyree sama sekali tidak membantu. Sheri bergetar ketakutan seperti orang gila memohon maaf kepadanya hampir seperti dia akan langsung menunduk bersujud mencium kakinya jika ia memberi perintah demikian.

Selama ini Sheri telah menyembunyikan kebenaran itu dengan sangat apik, hampir tanpa sadar karena Kyree memperlakukannya dengan sangat baik, Sheri lalai dalam aktingnya. Dia yang seharusnya setidaknya empat sampai lima hari dalam sebulan berpura-pura menggunakan pembalut, sekarang lupa menjalankan aktivitas bulanannya yang ia gunakan untuk menipu semua orang itu dikarenakan kedatangan Kyree.

Perilakunya yang lembut dan act of service dari laki-laki ini membuat Sheri terbuai dan lupa diri. Dia menganggap bahwa sekarang dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus berpura-pura lagi di hadapan Kyree.

Namun siapa sangka, Kyree begitu jeli sehingga ia pun ketahuan. Entah darimana Kyree mendapatkan informasi dari rahasia yang selama ini ia sembunyikan, Sheri merasa bahwa dia tidak seharusnya membohongi Kyree. Dia harusnya jujur bahwa dia tidak bisa memberinya keturunan.

Tetapi Sheri gusar. Dia bimbang, rasanya akan sangat memalukan dan menyedihkan saat Kyree tahu bahwa dia tidak bisa memberinya keturunan.

Apa setelah itu Kyree akan meninggalkannya? Apa jika Kyree tahu kebenarannya, dia akan tetap berperilaku seperti biasanya? Apa setelah mengetahui kecacatannya, Kyree tidak lagi mencintainya?

Tanpa Sheri sadari, dia sudah jatuh cinta begitu dalam kepada Kyree. Rasa cinta yang membuatnya kembali menjadi orang bodoh yang buta, membuatnya ketakutan tanpa sebab oleh pikirannya sendiri, dan membuatnya tak mampu mengendalikan dirinya sendiri.

NO ESCAPE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang