20. Pendatang Baru

4.9K 791 109
                                    

Laya sampai di kediaman Sora. Pada saat itu secara kebetulan Sora sedang beristirahat di teras rumah seraya membaca buku. Melihat ada tamu datang, Sora pun menyambutnya sebagai bentuk formalitas karena dia pernah bekerja pada orang tua perempuan rupawan yang menjadi tamunya siang hari ini.

"Laya?"

"Tante Sora, selamat siang, apa kabar?" Laya menghampiri seraya berpelukan dan mencium pipi kanan kiri dengan Sora.

"Tante sangat baik. Masuklah," jawab Sora mempersilahkan.

"Oh tidak perlu Tante. Aku hanya datang untuk mencari Sheri. Apa Sheri bersama Tante? Beberapa hari ini nomornya tidak bisa aku hubungi sama sekali," ucap Laya langsung.

Dia tampak tidak sabar. Tentu saja tidak sabar, karena 'mainannya' mendadak menghilang. Mainan paling digemarinya tiba-tiba tidak dapat ia temukan dimanapun. Tidak ada kabar, tidak ada jejak.

"Benarkah? Baru saja Sheri mengunjungi Tante," jawab Sora dengan eskpresi wajah seolah dia terkejut mendapati berita dari Laya.

"Dia berkunjung? Kapan Tante? Kemana dia setelah berkunjung?"

"Tentu saja pulang ke apartemennya."

"Tidak," jawab Laya seakan ia sudah tidak sabar lagi. "Apartemennya kosong tidak ada siapapun disana. Apa tente yakin dia pulang ke apartemen? Aku sudah berulangkali pergi kesana, tetapi tidak ada siapapun di dalam. Apa Sheri pindah apartemen?"

"Benarkah? Mungkin dia sedang berlibur."

Jawaban Sora terlalu santai, seakan dia tidak khawatir sama sekali dengan keadaan putrinya. Wajah keibuannya tampak sangat tenang, dia seperti ibu-ibu dengan kepribadian halus yang polos.

Laya rasanya ingin tertawa. Padahal di tangannya itu, flashdisk yang digenggamnya itu berisi sebuah rahasia yang akan dengan sangat mudah menghancurkan keluarga kecil Sora dan suaminya.

"Tante tidak khawatir dengan Sheri? Mengapa reaksi Tante seolah sangat tenang meski Sheri tidak ada di apartemennya?" Laya mencoba memancing.

Sora tersenyum lembut. "Dia sudah dewasa, Sheri sudah bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Lagipula meskipun dia pindah apartemen, itu sudah menjadi haknya. Tente tidak serta-merta harus tahu segala urusannya. Yang penting Sheri sering berkunjung kemari itu sudah cukup."

"Kapan kira-kira dia datang lagi?"

"Hmm, tidak tahu. Sheri jarang menghubungi terlebih dahulu, dia tiba-tiba akan muncul kapan saja."

Segala percakapannya terdengar masuk akal. Laya tidak menemukan celah manapun yang dapat membuatnya memojokkan Sora untuk mengaku.

"Baiklah Tante, aku mengerti. Maaf menganggu waktunya. Oh iya Tente, nanti kalau Sheri berkunjung lagi, tolong kabari aku. Aku sangat merindukannya."

"Tentu, akan Tante sampaikan."

Laya pun pamit. Dia pergi dari rumah Sora.

Melihat mobil mewah itu meninggalkan pekarangan rumahnya, bibir Sora yang sedari tadi dipolesi oleh senyum seketika berubah menjadi datar. Ekspresi dingin nan mengerikan terukir di wajah paruh baya yang sebentar lagi akan menginjak usia 50 tahun.

Terbesit rasa sakit melihat wajah malaikat berhati iblis itu. Laya, sosok yang menghancurkan kehidupan putrinya. Namun apa, nasi sudah berubah menjadi bubur, Sora tidak bisa memutar waktu untuk menyelamatkan putrinya. Seharusnya pada saat itu dia saja yang membunuh mantan suami dan dua orang bejat yang hendak memperkosanya agar Sheri tidak terseret dalam khasusnya.

Meski menyalahkan dirinya sendiri tidak ada gunanya, Sora tetaplah seorang ibu yang ternistakan. Rasa sakit dihatinya bagai badai di lautan tenang. Matanya memerah menahan amarah, dan dalam satu kalimat bibirnya terucap.

NO ESCAPE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang