45. Pulang ke Rumah

4.8K 767 62
                                    

Malam hari begitu sunyi. Sheri sedang menikmati buahnya sambil menonton televisi. Keheningan ruangan menemani kesehariannya.

Sekarang ia mulai kembali ke hobi lamanya, menulis. Dia sudah mulai menulis kembali cerita-cerita lama yang sempat terblokir. Dia juga menghindari melihat berita Aderes yang berseliweran di televisi karena baik Havar maupun Visha melarangnya melihat berita itu.

Dia perempuan yang patuh. Demi kesejahteraan mentalnya, Sheri tidak melihat televisi mengenai kabar dari keluarga besar tersebut.

Film yang ia putar segera berakhir. Malam semakin larut dan Sheri sudah siap dengan piyamanya. Dia memakai atasan piyama Kyree dan bawahan piyamanya sendiri. Celana Kyree terlalu besar untuk dipakainya.

Mematikan televisi, ia bergegas menuju kamar dan mematikan lampu ruangan. Tiba-tiba saja, suara pintu diketok berasal dari pintu utama. Buru-buru Sheri meraih kunci untuk membukanya karena dia rasa itu adalah ibunya. Yang punya apartemen ini adalah Kyree, jika itu memang dia, maka ia tidak perlu repot-repot mengetuk pintu karena sudah punya kunci sendiri.

"Sebentar Bu, ada apa? Semalam ini—"

Sheri membuka pintu.

Seorang laki-laki, pakaiannya lusuh, warna hitam mendominasi pakaiannya yang berlumuran darah. Kedua tangannya mengenakan sarung tangan usang yang terlihat sudah melalui banyak pertarungan karena terdapat bekas sobekan. Bau bensin dan darah menyengat hidung, berasal dari tubuhnya yang kekar.

Wajahnya tersembunyi di balik rambut hitam yang sudah agak panjang. Laki-laki itu menunduk, tidak mengatakan apa-apa. Sheri menunduk untuk melihat sepatunya. Satu kakinya mengenakan sepatu, satu kakinya mengenakan sendal jepit hijau neon.

Itu sendal jepit sama yang ia belikan pertamakali saat Kyree bertransmigrasi kemari.

Laki-laki itu tidak bergeming sedikitpun dan tetap menunduk. Sheri punya menghela nafasnya sejenak lalu tangannya meraih tangan kasar penuh debu dan darah kemudian menariknya masuk.

Dia mengunci pintu, membawa Kyree masuk ke dalam apartemen mereka. Dia mengarahkan tubuh itu ke kamar mandi. Tanpa bertanya, tanpa berkata-kata, tanpa menghakimi, Sheri membawa tubuh besar itu memasuki kamar mandi mereka.

Kyree berdiri di bawah shower. Sheri melepaskan pakaiannya satu persatu, ia menyalakan kran air dan mengatur suhu hangat. Ia membasuh pelan tubuh besar itu dan memintanya untuk duduk karena badannya terlalu tinggi untuk Sheri gapai. Kyree dengan patuh duduk di lantai kamar mandi, membiarkan tubuhnya diguyur hangatnya air malam ini.

Wangi sabun dan sampo yang tidak asing menggelitik hidungnya. Rasa dari tangan kecil yang berjelajah menggosok rambutnya dengan busa dan sabun yang dioleskan ke seluruh tubuhnya membuat Kyree memejamkan matanya.

Sesi mandi selesai. Sheri mengambil bath robes dan memakaikannya pada tubuh Kyree. Dia ditarik untuk duduk di ruang tengah, di depan televisi. Sheri duduk di atas sandaran sofa seraya memegang hairdryer untuk mengering rambut Kyree. Ia juga menyetel televisi ke channel yang menunjukkan kartun kadal gurun.

Selesai dengan rambut yang sudah kering, Sheri beranjak untuk mengambil makanan. Dia menyuapi Kyree satu persatu isi di piring yang ia bawa. Kyree dengan patuh membuka mulutnya, mengunyah, tidak berkomentar apa-apa dan menghabiskan makanannya.

Mandi dan makan sudah selesai. Sheri mengambil pemotong kuku untuk memotong kuku Kyree. Kuku ini tampak tidak terawat, seperti sudah satu bulan penuh tidak dipotong. Setelah memotong kuku, ia menidurkan Kyree di pangkuannya dan membersihkan telinganya.

Ada sensasi menggelitik saat telingamu dibersihkan oleh seseorang dan Kyree sangat menikmatinya.

Setelah serangkaian kegiatan yang dilakukan, kini Kyree siap untuk pergi. Sheri menariknya, memandunya menuju kamar mereka. Tiba di kamar yang luas, Kyree dibaringkan di tengah kasur. Ia diberi selimut besar nan hangat.

NO ESCAPE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang