Peluru magis melesat di samping Telinganya. Terus menerus mengatur nafasnya untuk tidak merasa panik. sekali saja dia membuat kesalahan hidupnya akan melayang. Peluru magis bisa dengan mudah melubangi kepalanya yang tidak lagi memiliki Barrier.
Philia adalah gadis pemberani tetapi tidak menjadi jaminan bahwa dia takut akan kematian. Wajahnya terus menerus menahan rasa lelahnya. Dia telah terjaga dari kemarin, terus menerus fokus untuk mengantisipasi serangan Saxony.
"ayo cepatlah Weish aku sudah hampir kehabisan mana"
Matanya terus melihat sekitar mencari keberadaan regunya. Terus bermanuver menghindari serangan sihir yang menargetkan dirinya.
"Apakah kau masih sanggup menahanya"
Sekali lagi pihak Saxony terlihat merapal mantra tingkat menengah. Philia melirik kebelakangnya, Aurora merah itu dia sudah mengenalnya. Wajahnya terlihat khawatir, barrier sihir miliknya telah hancur dan kini serangan mematikan itu akan menghantamnya lagi.
"Tidak ada cara lain"
Philia segera membalikan badan sambil terus terbang maju. Mengarahkan senapanya kepada penyihir yang sedang merapal. Segera mengisi senapanya dengan sihir tingkat rendah yang memiliki waktu perapalan lebih singkat.
Mananya benar benar hampir habis dan sudah tidak ada lagi serum mana di kantungnya. Dia hanya tersisa satu serangan lagi untuk dapat mengisi senapanya dengan sihir.
Sihir mereka saling di lepaskan membuat keduanya beradu dan menciptakan ledakan.
Philia terselamatkan untuk itu namun penyihir saxony masih mengejarnya. Energi sihir pada alat terbangnya sudah mulai terkikis. Itu hanya dapat bertahan 10 menit lagi. Jika alat itu mati dia akan benar benar terjun bebas ke tanah.
Puluhun penyihir terlihat terbang ke arahnya dari depan. Philia tampak lega melihat regunya sudah mulai kembali. Dia benar benar sudah di ambang batasnya. Matanya sudah mulai berat, efek dari kehabisan mana mulai terasa olehnya.
Namun Philia mulai menyidik nyidik seragam mereka dengan seksama. Itu bukanlah regunya melainkan penyihir musuh. Matanya terbelalak tidak percaya. Apa yang sebenarnya terjadi dimana Heiar dan Weish. Kepalanya tidak bisa berfikir positif, ini benar benar kesalahanya. Jika saja dia tidak melibatkan mereka tentu saja mereka masih hidup. Lagi lagi ini terjadi, mengorbankan rekan rekanya hanya untuk sebatas misi.
"apa aku juga akan mati disini"
Di kepung dari dua arah yang berbeda Philia segera menghentikan lajunya. Mengambang menatap ke arah depan dan belakang yang sudah mulai merapal mantra mereka.
Menatap langit yang gelap tanpa ada harapan.
Dia hanya memiliki satu tembakan lagi dan itu tidak akan mampu untuk mencounter semua serangan dari puluhan penyihir.Takdir menggiringnya untuk putus asa namun dirinya masih ingin tetap hidup.
Melihat sosok pria di depanya yang sedang merapal mantra dengan sebuah baju yang memiliki pangkat tinggi. Itu adalah Wolfgang yang siap melesatkan seranganya. Philia paham orang di depanya adalah komandan musuh melihat dari pakaianya. jika dia bisa membunuhnya menggunakan serangan terakhirnya. Mungkin saja perlawanan mereka akan berakhir.
Namun nyawanya bisa dipastikan akan lenyap. Philia menggigit bawah bibirnya sambil terus berfikir keras di tengah tengah situasi genting ini.
Dia mulai mengingat cara kerja sihir di dunia ini. Yaitu meniru sebuah reaksi atau material dengan memadatkan energinya.
Philia mulai memasukan semua sisa sihirnya ke dalam senapanya. Namun itu bukanlah rapalan dari sebuah peluru magis.
Booooom
Asap Merah pekat dengan tebal mulai meledak menyelimuti area sekitar Philia. Membuat keberadaanya sulit untuk di konfirmasi.
"Tahan tembakan"
Para penyihir Saxony mulai membatalkan sihirnya. Mereka khawatir jika memaksa melepaskan sihirnya ke dalam kepulan asap Merah. Itu akan melukai rekan mereka di depan. Mereka memutuskan untuk menunggu sampai asap itu pudar dan menghabisi Philia yang sudah terkepung.
Wolfgang menatap ke arah kepulan asap Merah yang di keluarkan Philia. Bocah di depanya benar benar pintar untuk mengecohnya. Dia tidak akan lagi untuk terkecoh dan memutuskan untuk menunggu sampai asap benar benar terbawa angin.
"Komandan sesuatu bergerak ke bawah"
Apakah pengamatanya salah. Mungkinkah gadis itu mencoba kabur.
"Semuanya cepat kejar itu jangan biarkan lolos"
Ucapnya memerintah bawahanya untuk mengejar gadis sementara Wolfgang hanya diam mengambang di udara . Dia memutuskan mengawasi disana, bawahanya pasti bisa menghabisinya apa lagi gadis itu dalam kondisi lemah.
Wolfgang menghela nafas sambil menatap ke arah kepulan asap.
"Tunggu sesuatu bergerak" Wolfgang mengerutkan alisnya menatap ke arah kumpulan asap Merah.
"Jangan jangan"
Dengan cepat Philia keluar dari sana sambil menghunuskan senapanya yang telah di pasangi bayonet.
Wolfgang mulai terkejut dan segera merapal mantra namun rapalanya terlalu lama. Karena Philia sudah berada di depanya. Menerjang ke arahnya dengan kecepatan tinggi.
"Sial, bocah ini" Wolfgang tidak mengerti lantas apa yang bawahanya kejar.
Itu adalah sebuah kotak barrier sihir yang diselimuti jaket militer.
"Maaf paman tapi aku menang" ucap Philia sambil tersenyum. Menebaskan mata pisaunya ke arah Wolfgang dan membuat kedua tanganya robek. Senapanya tidak lagi bisa dipegangnya dan menjatuhkanya ke bawah. Tidak menyia nyiakan kesempatan Philia segera menyandra komandan musuh mengarahkan pisaunya tepat di depan urat nadinya.
Para penyihir Saxony yang tersadar telah tertipu mulai kembali. Mereka menyaksikan komandan mereka telah di lumpuhkan oleh seorang gadis. Dengan segera merapal sihir dan mengarahkanya ke arah mereka berdua.
"Coba saja kalau mau melihat komandan kalian mati"
Philia mulai terengah engah nafasnya mulai tidak karuan, matanya sudah sangat berat. Mananya telah benar benar habis, dan efek dari itu adalah kesadaranya akan hilang sementara.
Luis selalu memperingatkan untuk jangan sampai menghabiskan total mana saat berada di udara. Dan sekarang Philia telah melakukanya.
Kumohon bertahan walau sebentar.
Para penyihir kekaisaran mulai memperlihatkan keberadaan mereka dan mengepung penyihir Saxony dari 3 arah. Itu adalah Luis beserta semua regu 1,2,dan 3.
Ledakan asap yang di keluarkan Philia membuat semua rekanya dengan cepat bisa menemukan lokasinya.
"Maaf terlambat komandan" ucap Heiar
Para penyihir Saxony yang melihat mereka telah terkepung dan komandan mereka sudah di sandra memutuskan untuk menyerah dan membuang senjata mereka.
"Akhirnya" ucap Philia lemas dia sudah tidak kuat lagi. Melepaskan kesadaranya dan terjun bebas ke bawah.
"Komandan"
Melihat itu Heiar segera mengejarnya dan menggendongnya. Heiar menatap ke arah Philia di pangkuanya, matanya terlihat benar benar kelelahan. Dia benar benar kagum denganya yang berhasil bertahan melawan gempuran penyihir saxony seorang diri bahkan sampai bisa menyandra komandan musuh.
"Cepat giring mereka ke permukaan"
Ucap Luis tegas
Para penyihir Saxony yang sudah menyerah hanya bisa mengikuti perintah musuh mereka. Wolfgang tidak percaya mereka telah kalah oleh seorang bocah. Tidak dia bukanlah bocah.
"Iblis" ucap Wolfgang menatap ke arah Philia yang sedang terbaring lemas di gendong oleh Heiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS The Demon from Empire
Fantasykehadiranya dalam medan perang menjadi sebuah Terror tersendiri bagi musuh musuhnya. Seorang Tentara ternama berenkarnasi menjadi seorang gadis berambut perak dengan dianugrahi sihir yang besar. Dengan pengalaman dan ilmu di kehidupanya yang lalu m...