"Bangun kau cepat pergi berburu, persediaan makanan kita sudah habis" teriak seorang wanita paruh baya dari dalam rumah kayu kecil di pinggir hutan
"Ibu apa kau tidak lihat, semalam sesuatu meledak di arah Norway" ucap seorang pria berusia 19 tahun dengan malas.
"Aku tidak peduli lagi pula hutan itu di luar wilayah Norway, jadi pergi kau anak malas, mau sampai kapan kau menganggur" ucap wanita itu sambil menepuk pantat putranya yang sedang tertidur di ranjangnya.
"Aw.. sakit"
"Cepat pergi, apa kau tidak mau makan, harga bahan di pasar sedang tinggi, cepat cari saja bahan makanan di hutan" teriak marahnya sambil terus memukul putranya kesal.
"Baik baik dasar wanita tua" keluhnya sambil mengambil sebuah panah dan berjalan ke arah hutan.
Melangkahkan kakinya di tanah yang rimbun dengan pepohonan yang menjulang ke langit. Menatap ke sekitarnya mencari seekor rusa atau sesuatu yang dapat dijadikan buruanya. Setidaknya cukup untuk membuat wanita tua itu diam.
"Siapa itu" teriak tentara Grasia yang menjaga perbatasan
"Ini aku Ferdinan" sahutnya sambil mengangkat kedua tanganya melihat dua orang tentara menodongkan senjata mereka.
Kedua tentara yang berjaga itu segera menurunkan senjatanya melihat sosok yang mereka kenal.
"Ternyata kau, apa ibumu menyuruhmu untuk berburu lagi" ucap tentara itu sambil bercanda
"yah, wanita tua itu benar benar cerewet"
"sudahlah, cepat pergi sana, hati hati dengan hewan buas, dan jangan menangis jika sesuatu menggigitmu" bentaknya sambil tertawa terbahak bahak dan mendorongnya masuk ke arah hutan. Ferdinan merasa sedikit kesal dengan kedua tentara yang selalu berjaga itu, mereka benar benar memperlakukanya seperti seseorang yang penakut.
Menarik busur melepaskan anak panahnya yang di arahkan pada seokor kelinci putih. Namum itu meleset dan hanya menancap pada sebatang pohon.
"Sial kenapa tidak semudah yang aku bayangkan"
Membuka botol air di dalam ranselnya dan meneguknya sembari duduk santai di bawah pohon. Menghirup udara pagi yang dingin dan lembab. Setelahnya kembali mencari mangsanya, dia tau bahwa dirinya tidak akan pernah bisa pulang sebelum membawa sesuatu untuk di masak. Terus melangkah masuk ke dalam hutan tanpa rasa takut akan hewan buas. Telinganya mendengar suara aliran sungai, dia berfikir untuk menangkap ikan berharap itu lebih mudah diburu dibandingkan seekor kijang.
Sampai di depan air yang mengalir deras dia merasa terpesona melihat air yang jernih belum tercemar. Tanpa basa basi mambasuh wajahnya disana dan mengisi botol airnya yang kosong. Matanya tertarik pada sesuatu yang mengkilat terendam di dalam sungai. Itu adalah suatu bola berwarna merah.
Dia mengangkatnya dengan penasaran benda yang beratnya sekitar 2 kg itu.
"Apa ini?" Merasa penasaran dengan benda di tanganya dia mengoyang goyangkanya sambil mendekatkanya pada telinganya guna mendengar suara yang dihasilkan.
Melirik kembali ke sekitarnya memperlihatkan serpihan besi yang bercecer di sekitar aliran sungai.
Pandangannya membulat begitu ia melihat sosok seorang gadis tergeletak tak sadarkan diri di tepi sungai. Meskipun tubuhnya penuh dengan lumpur dan wajahnya kotor, penampilannya yang elok tetap bersinar. Ferdinan tak bisa mengabaikan pesona gadis itu. Gadis ini begitu cantik sehingga Ferdinand tidak pernah melihat seorang wanita seindah ini, baik di desanya maupun di tempat lain yang pernah ia kunjungi.
Ia mengucek matanya untuk memastikan bahwa ini bukan sekadar khayalan. Dalam kepanikan, ia berlari mendekati gadis itu dan mengguncang-guncang tubuhnya dengan lembut. "Nona, apa kau baik-baik saja?" bisiknya dengan khawatir, matanya terfokus pada gadis bersurai perak yang penuh luka.
Namun, pandangannya terpaku pada seragam yang dikenakan gadis itu. Ia mengenali seragam itu—Unit Penyihir Kekaisaran. Pertanyaan pun muncul dalam pikirannya. Mengapa seseorang dari unit ini ada di wilayah Grasia? Apakah mungkin ini akibat dari pertempuran di Norway?
Ferdinan merasa ragu, ia melirik ke kanan dan kiri, berusaha memastikan bahwa tidak ada tentara Grasia yang melihatnya. Jika terlihat membawa seorang tentara musuh masuk ke dalam wilayah Grasia, itu akan menjadi masalah besar. Terlebih lagi, ini adalah daerah perbatasan. Tetapi, ketika ia melihat wajah gadis itu, pemikirannya berubah.
Ia mengeluarkan sebuah karung dan dengan hati-hati meletakkan gadis itu di dalamnya, menyembunyikan sosoknya agar tak terlihat jika ada yang melintas. Gadis itu terasa ringan di bahunya, dan Ferdinan memulai perjalanan pulang untuk merawatnya. Meskipun ia tahu bahwa ini adalah tindakan berisiko, pikirannya hanya terisi kekhawatiran untuk gadis itu. Ia berusaha tetap tenang dan melanjutkan langkahnya, tidak peduli apa yang menunggu di perbatasan Grasia. Ibu dan hewan buruannya bisa menunggu, karena sekarang ia punya tugas yang lebih mendesak: menyelamatkan nyawa gadis ini.
"Hei Ferdinan" Teriak seorang tentara yang dia temui sebelumnya. Dia mendekatinya yang sedang memanggul sesuatu yang besar di bahunya.
"ya"
"Tidak ku sangka, baru kali ini kau mendapat buruan besar" ucapnya menatap ke arah karung besar yang dibawanya. merasa bahwa pertama kalinya pria penakut ini membawa sebuah tangkapan besar
"apa isinya" ucapnya sambil mencoba melihat isi di dalamnya.
Ferdinan dengan panik pergi menjauh menolak untuk tentara itu memeriksa isinya.
"Ini hanya rusa" ucapnya sambil terus menahan keringat di dahinya
"ohh, baguslah cepatlah pulang ibumu sudah menunggunya" ucapnya tanpa sedikitpun merasa curiga.
"baik" ucap Ferdinan segera berjalan cepat ke arah rumahnya yang lumayan jauh dari daerah perbatasan.
kaki dan bahunya sudah merasa pegal namun dirinya terus menahanya sampai tujuan. masuk ke dalam halaman rumahnya dia segera menyimpan dan menidurkanya di atas kursi yang terdapat di halaman. mengambil lap dan menyusut keringatnya serta meminum botol air dari dalam tasnya.
Berniat mengeluarkan sosok gadis di dalam karungnya Ferdinan terhenti akibat sesuatu memanggilnya. itu adalah panggilan alam yang mengharuskanya membuang air seninya. Dengan cepat berlari ke toilet meninggalkan karung itu disana.
Seorang wanita paruh baya yang merasa mendengar anaknya telah tiba segera keluar sambil membawa sebuah pisau.
"mana anak itu?" ucapnya bingung
matanya teralihkan pada karung besar yang tergeletak di bangku halamanya.
"rupanya anak itu ada gunanya juga"
Wanita itu mengeluarkan isi di dalamya berfikir bahwa itu adalah seokor rusa atau sejenisnya mengingat ukuranya yang sangat besar. Wajahnya tampak berseri seri sampai...
"ahhhhhhhhh" teriaknya histeris melihat seorang manusia didalamnya.
Ferdinan yang mendengar itu segera menghampiri ibunya dengan panik.
"Ada apa ibu?"
"itu?"
Ferdinan menatap ke arah sosok gadis yang tergeletak yang telah di keluarkan dari kain yang menutupinya.
"FERDINAN...APA YANG KAU BAWA ANAK BAJINGAN" teriak ibunya sambil menjewer telinganya.
"Tidak ibu aku bisa menjelaskanya, aku menemukanya tergeletek di sungai" ucapnya memberi alasan namun tidak menghentikan kemarahan ibunya yang telus mengejarnya sambil membawa sebuah pisau.
"Ampun ibu..."
"Kemari kau anak nakal"
Philia yang berada di atas bangku dengan miring mulai terjatuh ke bawah dan tergeletak bebas di tanah sambil menunggu aksi kejar kejaran Kedua orang itu.
End
Sorry tamat, nanti bakal lanjut di vol 2, cek aja profil atau follow my account kalau penasaran 🤭🤭
Makasih kepada yang sudah baca sampai tamat dan ngedukung cerita aku. ☺😊 maaf jika masih banyak yang typo dan ejaanya salah. atau ceritanya kependekan cuma 1000 kata per chapter. 😔
(udah ada di my profil ya bagian 2 nya)
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS The Demon from Empire
Fantasíakehadiranya dalam medan perang menjadi sebuah Terror tersendiri bagi musuh musuhnya. Seorang Tentara ternama berenkarnasi menjadi seorang gadis berambut perak dengan dianugrahi sihir yang besar. Dengan pengalaman dan ilmu di kehidupanya yang lalu m...