Matahari mulai tenggelam masuk ke dalam cakrawala. Cahaya senja bersinar redup perlahan membawa Angin malam yang dingin. Langit mulai bertabur bintang bintang yang tak terhitung jumlahnya. Sebuah langit yang masih utuh tidak tercemar dipenuhi awan tipis menutupi rembulan.
Leandro telah terbang puluhan kilometer untuk menghadang Philia yang mencoba memasuki medan tempur seorang diri. Hamparan ladang buah magis yang telah berubah menjadi medan tempur. Membentang sejauh puluhan kilometer tanpa seorangpun yang berada disana. Keduanya saling berpapasan melontarkan tatapan mereka.
"Perang telah berakhir, kekaisaran telah kalah" ucap Leandro lantang
Di atas langit sejauh 3000 kaki mereka berada dengan peralatan sihir mereka yang masih utuh.
"Tidak, matahari belum terbenam sepenuhnya, lagi pula tidak ada larangan untuk melakukan sebuah serangan kepada musuh"
"apa kau tidak paham, kubumu dan kubuku telah mengalami kerugian, apa masih layak untuk kita melanjutkan pertempuran ini"
"Tentu saja, sudah aku katakan matahari belum terbenam sepenuhnya, masih ada kesempatan untuk menentukan pemenang perang" ucap Philia menatap ke arah matahari yang memancarkan sinar senja.
Leandro menghela nafas gadis di depanya benar benar gila. Apa dia pikir mampu mengalahkanya seorang diri serta dengan kekuatanya sekarang bisa di bilang mustahil untuk membunuhnya.
"Apa pihak kekaisaran telah mencuci otakmu sampai harus bertindak membahayakan nyawamu"
"Masih ada waktu untuk menyerah, kau masihlah muda untuk seorang wanita, Medan perang bukanlah tempat untukmu berada, jika kau mau aku bisa memberimu tempat di Grasia dengan aman tanpa peperangan" lanjut Leandro mengulurkan tanganya
Walaupun dia tau gadis di depanya salah satu penyebab kematian sahabat sahabatnya namun Leandro tidak menaruh dendam kepadanya. Menurutnya hal wajar bagi seseorang tewas di dalam peperangan. Apalagi musuhnya bukanlah gadis ini tapi sesuatu yang menggerakanya dari belakang.
Philia tersenyum menatap tanah jauh di bawah kakinya sembari mengeluarkan tawa pelan. Kenapa kesempatan ini datang sekarang, Setelah dirinya tumbuh dan dibesarkan di tanah Kekaisaran. Mengenal dan beradaptasi dengan orang orang di dalamnya.
"Apa kau pikir aku sudi menjadi pengkhianat"
Leandro menurunkan tanganya, dia merasa bodoh menawarkan sesuatu yang memalukan.
"Jadi begitu, ku harap kau memiliki kematian yang cepat"
"Kau benar benar percaya diri, Aku sebenarnya memiliki beberapa pertanyaan tentang dirimu tapi kurasa itu tidak akan pernah terjawab" Philia mulai tersenyum masam
Leandro mulai membidik Philia dan mengisi sihirnya begitu juga sebaliknya mereka saling melayangkan tatapan serius. Leandro mulai melepaskan sihirnya dan melesat cepat ke langit.
Philia mulai menghindari serangan dan bermanuver tajam sembari merapal sebuah mantra khusus. Kenapa ini baru terpikirkan sekarang, alih alih membasahinya dengan air kenapa dia tidak membuat sesuatu yang lebih baik dalam menyalurkan arus listrik.
Philia mulai terbang menembus awan menaikan jarak ketinggianya sampai 5000 kaki dan menyebarkan asap hitamnya membuat Leandro terdiam kebingungan.
"Dimana dia" ucapnya setelah mengejarnya
Dia hanya melihat kepulan asap hitam yang menyebar menyamarkan posisi Philia. Mengingat kejadian tadi pagi dia merasa trauma tentang serangan penghancur itu. Belajar dari kesalahanya dia memusatkan sihirnya pada Barrier miliknya menunggu serangan datang ke arahnya. Sambil bersiap siap dengan sihir yang sudah di kokang masuk ke dalam senapan. Menunggu di depan kepulan asap hitam.
Leandro sedikit bersalah kepada Alcira karena merusak barrier sihir yang diberikan kepadanya. Sekarang dia hanya menggunakan Barrier normal yang menurutnya sudah cukup. Matanya terus mencari keberadaan Philia yang bersembunyi dari balik asap hitam.
Apa Intuisinya salah!
Tadi dia melihat gadis itu masuk ke awan dan melesatkan asap hitam. Leandro mengira itu bermaksud untuk menyembunyikan keberadaanya selagi gadis itu merapal mantra penghancur yang mampu sedikit melukainya.
Dia menatap lekat setiap asap hitam yang perlahan hilang terbawa angin. Keringat dingin menetes di dahinya sembari terus melirik kiri dan kanan mencari keberadaan Philia.
"Dimana dia?,apa jangan jangan itu hanya pengecoh"
"Kena kau" ucap Philia dari arah titik buta God Knight
Melepaskan sebuah sihir tingkat tinggi yang membentuk material kawat tembaga yang menyebar dan menjaring Leandro seperti sebuah ikan di laut. Philia telah bersembunyi dari balik awan menunggu pria ini lengah.
Dengan cepat menghantamkan Listrik bertegangan tinggi ke arah Leandro. Membuat pria itu tidak percaya akan merasakan sengatan itu lagi untuk ketiga kalinya. Menggigit bibirnya sambil berusaha keras untuk bergerak, namun itu percuma karena serangan ini lebih terkonsentrasi dari serangan sebelumnya.
"Anak baik, sekarang kau diam disana" ucap Philia tersenyum remeh
Dengan cepat dia melesat ke udara menaikan Ketinggianya sampai batas yang mampu di jangkaunya. Menyuntikan serum mana yang tersisa kedalam tubuhnya. Kepalanya mulai pusing karena efeknya, dia telah berlebihan memasukan cairan biru itu ke dalam tubuhnya. Cairan merah mulai keluar dari kedua lubang hidungnya menandakan tubuhnya tidak akan mampu lagi untuk menampung serum mana.
Sampai pada batas ketinggian terkuatnya dia berhenti dan memejamkan matanya. Menenangkan pikiranya, mencoba terus mengatur nafasnya. Matanya melihat dunia dari atas sana yang sudah mulai gelap gulita. Dengan terpesona melihat ke arah cakrawala yang masih memiliki cahaya matahari, Dia menyaksikan seluruh daratan Norway yang dipenuhi ladang buah magis yang sudah hancur akibat perang. Melihat jauh ke selatan tampak kelap kelip titik titik cahaya dari arah Ibu kota Grasia yang megah. Menyaksikan keindahan dunia pada malam hari sampai dirinya akan memberikan terror nyata.
Philia mulai mamakai kacamata gelapnya dan mulai mengarahkanya pada God Knight yang sedang diam tidak bisa bergerak. Ini adalah serangan terakhirnya dan menjadi kartu As miliknya. jika dengan serangan ini Pria di bawahnya masih selamat sudah dipastikan bahwa hari ini adalah kematianya. Tapi sebaliknya jika ini efektif maka hari ini akan menjadi hari terakhir untuk seorang kesatria yang telah mengukir namanya dengan luar biasa. Mengakhiri cerita dari seorang God Knight di masa masa keemasanya dengan sebuah maha karya.
Dengan alat sihir barunya Philia mulai membentuk komposisi atom yang dia padatkan kedalam laras senjatanya. Mengerahkan semua mananya untuk membentuk sebuah Peluru pemusnah massal. Alat sihirnya yang memiliki Orb ganda dan sebuah pendinginpun mulai memanas pada suhu peringatan.
Leandro yang sudah mulai bisa menggerakan kepalanya segera bersusah payah merusak jeratan tembaga yang mengikat tubuhnya. Pandanganya membulat seakan terpesona dengan keindahan cahaya Aurora yang bersinar memenuhi langit. Diam dengan putus asa sekaligus kagum, bibirnya melengkung sempurna. Menyaksikan sebuah rapalan yang tidak pernah dilihatnya maupun didengarnya.
Suaranya menciptakan terror mengerikan ke sekitarnya, bahkan serangan sebelumnya yang berhasil melukainya telah membuat Leandro trauma dan sekarang dirinya akan diserang oleh sesuatu yang ratusan kali lebih mengerikan.
"Selamat tinggal little boy"
Menghembuskan nafasnya Philia menekan pelatuk senapanya melepaskan peluru yang telah tertahan di dalam larasnya. Meluncur cepat dan menghempaskan Philia ke belakang dan membuat tulang bahunya bergeser.
Setitik cahaya bersinar terang di antara gelapnya malam meluncur cepat menuju Leandro yang baru saja terlepas dari jeratanya.
"Iris aku mencintaimu"
!boom!
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS The Demon from Empire
Fantasykehadiranya dalam medan perang menjadi sebuah Terror tersendiri bagi musuh musuhnya. Seorang Tentara ternama berenkarnasi menjadi seorang gadis berambut perak dengan dianugrahi sihir yang besar. Dengan pengalaman dan ilmu di kehidupanya yang lalu m...