6

8.2K 844 2
                                    

1172 tahun kekaisaran

3 tahun berlalu untuk mereka berada di Academy 52 kekaisaran.

Kelas telah berakhir para siswa Academy mulai bertebabaran untuk istirahat.

"Rafael apa kau akan ikut, kita akan mengadakan latihan menembak bersama para tentara"

Rafael yang sedari tadi hanya duduk di kursinya yang berada di samping jendela kelas menatap ke arah ajakan sahabat karibnya dengan senyuman lebar

"Kau duluan Hans aku ada urusan dengan ruang kepala Academy, Guru mengatakan kepadaku untuk memberikan laporan ini kepada kepala Academy dia sepertinya memiliki urusan lain"

"Oke kalau begitu"

Rafael melambai ke arah sahabatnya itu. Sebenarnya dia malas melakukan ini semua. Kepopuleran dan kepintaranya dalam akademik membuat dirinya jadi sorotan para guru. Sikapnya yang dewasa serta di cap sebagai orang yang rajin dan ramah membuat dirinya di percaya oleh para guru. Oleh karena itu dia sering diminta untuk membantu mereka untuk melakuan sesuatu.

Tentu saja itu adalah sebuah kehormatan baginya hanya saja jika itu sering di lakukan dia merasa seperti dimanfaatkan. Rafael tidak pernah mengeluh pada siapapun untuk itu dia selalu menyimpan keluhan pada dirinya sendiri.

Di pandangan orang orang dia adalah sosok sempurna yang patut di contoh. Tetapi Rafael tidak merasa demikian dia beranggapan bahwa orang orang hanya menilainya dari luar saja

Untuk menjadi seperti itu Rafael sering menguatkan dirinya dengan keras dengan terus memegangi sebuah kalung pemberian mendiang ibunya

Dia merasa dia adalah orang lemah yang hanya bergantung pada sebuah kalung. Dia percaya bahwa kalung itu mampu memberinya kekuatan dan juga dia percaya dia yang sekarang adalah karena dia terus memohon pada kalung tersebut.

Dia tidak tau apa yang akan terjadi jika kalung itu hilang darinya.

"Wahai kau yang bersemayam di dalam , yang menyinari setiap harapan kumohon berilah aku cahayamu" memegangi kalungnya Rafael sambil memejamkan matanya dia melakukan ritualnya.

Setelah itu ia segera mengangkat tumpukan kertas itu dan mulai berjalan ke arah gedung Pusat Komando.

Matanya sesekali melirik ke arah lapangan yang memperlihatkan segerombol anak laki laki yang sedang bermain bola. Selama jam istirahat mereka bebas melakukan apapun asalkan dalam batas yang wajar dan berada dalam aturan Academy.

Makan siang disana sudah disiapkan mereka tinggal mengambilnya sendiri.

Untuk sekolah yang di kelola militer aturan disini cukup longgar. Tapi itu beda halnya jika sudah mencapai angkatan akhir. Mereka akan mulai di tempatkan dalam divisi masing masing. Dan peraturan militer benar benar di tetapkan.

"Rafael tunggu.."

Rafael melirik ke arah suara seorang gadis yang memanggilnya dari belakang. Lantas dia menghentikan langkahnya dan berbalik ke arahnya

"Ada apa Clara ?"

Walaupun mereka dulu satu panti tapi kini mereka terpisah, kelas pria dan wanita di pisah begitu juga dengan asrama mereka. Walaupun dipisah interaksi keduanya itu diperbolehkan oleh pihak Academy.

"Ini aku mau memberikan surat" ucap Clara sambil menyimpan sebuah surat yang di hias dengan imut di dalam saku dada Rafael

Rafael menghela nafas

"Ini yang ke 13 kalinya kau memberikan ini, apa kau tidak cape menjadi babu mereka"

"Mau bagaimana lagi kau benar benar populer, hampir semua angkatan menyukaimu, dan aku yang dulunya satu panti denganmu menjadi sasaran alasan untuk dekat denganmu"

NEMESIS The Demon from EmpireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang