LIMAPULUH

45 0 0
                                    

Sebelumnya..

Telepon berdering.

"Ya ada apa dakara kau merindukanku? "

"Untuk apa aku merindukan mu aku masih mencintai istriku rania! "

"Barangkali sajakan, ya sudah kalo tidak cepat katakan apa mau mu? "

"Kau ada di mana? "

"Untuk apa bertanya-tanya? "

"Cepat katakan saja kau ada dimana! "

"Tuhkan kau bertanya ,aku dimana kau merindukan ku bukan"

"Cepat katakan atau aku pengal palamu bila bertemu! "

"Aku sedang berada di pabrik kalengan, memangnya kenapa? "

"Tidak aku butuh bantuan mu"

"Bantuan apa dakara? "

"Nanti aku akan memberi tahumu, kau ada waktu sebentar tidak, untuk membicarakan ini"

"Apa sangat penting? "

"Sangat! "

"Baik kalau begitu aku memberimu waktu satu jam untuk membicarakannya denganku"

"Sombong sekali"

"Apa katamu"

"Tidak aku tidak berbicara apapun"

"Baik kita akan bertemu dimana untuk membicarakan ini? "

"Di pabrik akulah dimana lagi"

"Pabrikmu jauh sekali"

"Kau ingin batuan ku yah... Berusaha sedikit, kau berharap aku menghampiri mu , duh malas sekali! "

"Baik baik aku akan menghampiri mu ke sana, apa anakmu sein juga ada di pabrik mu sekarang? "

"Apa sekarang kau berganti menyukai anakku tidak dapat bapaknya kau ingin anaknya begitu"

"Yang bener saja vilas!. Aku sedang butuh batuanmu kau malah bercanda, kalaupun aku menyukai anakmu sein itu untuk anakku chandie"

"Kau menyetujui anakmu dengan anakku begitu"

"Akan ku pertimbangkan, aku nyimpan namanya sekarang dari dua ratus nama laki laki lain yang akan aku pilih untuk chandie nantinya"

"Kasian sekali anakmu dakara tidak bisa memilih cinta sendiri"

"Ahh sudah itu bagaimana nanti anakku masih lama dalam menikah, bagaimana anakmu ada di kantor? "

"Yah.. Sepertinya pulang sekolah dia akan kemari untuk memberikan berkas"

"Baik kalau begitu, aku juga perlu batuan anakmu vilas, dan yah... Terimakasih aku tutup telepon kalau tidak kau akan terus berbicara hal hal yang tidak penting! "

Telepon pun terputus.

"Pak vilas di bawah ada pak dakara ingin menemui bapak? "

"Baik suruh pak dakara naik saya sudah ada janji dengan pak dakara"

"Baik kalau begitu pak, apa ada lagi yang bisa saya bantu? "

"Tolong siapkan dua kopi dan beberapa cemilan"

"Baik kalau begitu pak saya matikan teleponnya"

Telepon pun terputus asisten pribadi vilas turun kebawah untuk menjemput dakara sebelum menghampiri. Naren menemui OB terlebih dahulu untuk menyampaikan dan menyiapkan pesanan yang tadi bossnya suruh, sesudahnya Naren lanjut berjalan menghampiri dakara.

"Halo pak dakara apa kabar? " Naren berbicara.

"Haiii Naren aku baik, bagaimana denganmu? "

"Aku baik pak"

A Bittersweet farewell  ( Sudah Lengkap Mari Di Baca) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang