Kuil

1.5K 147 39
                                    

Udara dingin kembali menyapa Jepang, bagaimana tidak?  sekarang sudah memasuki musim gugur. Matahari masih malu malu menunjukkan kehadirannya, aktivitas yang tadinya terhenti selama beberapa jam untuk beristirahat kini kembali menampakkan rutinitasnya.

Orang tua yang menggerutu karena harus mulai menyapu daun daun berguguran. Seorang ayah yang memanaskan mobilnya siap untuk bekerja dan mengantar anaknya. Seorang Ibu yang dibalik jendela dapurnya sibuk menyiapkan bekal dan sesekali mengingatkan anaknya untuk menggunakan syal, maupun anak anak kecil yang berlarian menginjak daun daun kering, bahagia karena telah menemukan mainan baru.

Hari masih pagi, dan mata Sasuke juga terasa berat untuk terbuka. Tadi malam ia tidak tidur dengan baik, perasaan sesak masih menghantuinya. Ditambah pipinya dan tulang rahang yang terasa sakit atau mungkin bergeser karena mendapat pukulan keras dari Kyuubi

Batinnya tidak enak, menghela nafas saja rasanya susah. Setelah terdiam beberapa detik, Sasuke menolehkan kepalanya ke arah jendela yang sedikit terbuka, menampakan cahaya pagi dengan apiknya menembus sela sela jendela. Kemudian pandangannya beralih ke jam digital yang berada di nakas samping tempat tidurnya

7.10 AM

Masih pagi, masih ada waktu untuk bermalas-malasan ditambah ia memilih mengambil libur di hari ini karena perasaannya sedang tidak baik. Sasuke sudah berada dalam 100% kesadaran, udara dingin juga sudah menyapa dia sepenuhnya. Matanya melirik seseorang dengan rambut merah muda yang masih asik bergelung didalam selimut hangatnya. Hanya lirikan, tidak ada kata kata dan tidak ada sentuhan apapun

Malas menegur dan malas menyapa selamat pagi.

Sasuke mendengus kasar, ia memilih beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkah menuju dapur, membiarkan dinginnya keramik menyapa kaki telanjangnya.

Suara mesin kopi menjadi pemecah keheningan ruang makan tersebut. Cairan pekat berwarna kehitaman mengalir secara perlahan menuju cangkir yang sudah disiapkan dibawahnya. Sasuke memperhatikan lamat lamat cairan itu, tapi tidak dengan kepalanya. Isi pikirannya beralih ke kejadian kemarin, di hari damainya tiba tiba kekacauan datang dan disambut dengan senyum tipis Neji-

Seolah olah Neji senang dengan kejadian tersebut

"Lagipula, kau juga tidak akan peduli jika aku menyebut nama Naruto"

Kalimat itu lagi. Melintas tanpa celah mengisi ruang kepalanya, setiap jengkal dari otaknya. Sasuke menggigit bibirnya keras. Perasaan bersalah menguasai rongga dadanya, disatu sisi ada perasaan menyesal yang membuat Sasuke sendiri ingin lari dari semua kejadian ini

Lagi. Sasuke menghela nafas gusar, diraihnya cangkir yang tadi terletak rapih di bawah mesin kopi. Kaki jenjangnya kini melangkah menuju balkon, melihat pemandangan pagi hari dan sekaligus mencari udara segar- pikirnya.

Disesapnya perlahan lahan cairan panas itu. Bayangan dikepalanya beralih ke kejadian lama, kejadian saat hanabi, kejadian saat malam natal, kejadian saat ulang tahunnya, kejadian saat dia menyerahkan surat cerai, dan kejadian saat ia memeluk Naruto yang terakhir kalinya.

Mata Sasuke kini menjadi buram, terlapisi oleh cairan bening yang siap menetes. Ia tersentak sedikit, tidak menyangka satu tetes cairan asin itu mengalir di pipinya.

Kopi hitam yang tadinya panas, kini ikut mendingin bersama dengan udara luar. Sasuke yang tadinya menghela nafas gusar kini berganti menjadi nafas patah patah- tanda ia menangis dalam diam. Menahan isakannya agar tidak dilihat orang lain

"Naruto, aku merindukanmu"

Cairan hitam kental baru disesap sekali oleh Sasuke. Sisanya, ia tinggalkan di atas meja. Tidak ada keinginan lagi untuk kembali meminumnya. Ia juga terduduk penuh lamunan di bangku meja makan. Tidak ada suara, tidak ada bising sedikitpun. Hanya ada suara batin Sasuke yang berkelahi tanpa menemukan garis finishnya berlomba lomba melemparkan pikiran pikiran yang Sasuke sendiri tidak tau harus mengutamakan yang mana.

SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang