1

1.6K 96 0
                                    


~Dunia kejam, bukan?
Tidak pernah sekalipun keadilan berpihak padaku.~

*******
.

Lamunan panjang membawa pada sebuah kenangan yang pahit. Narendra sudah lama berada di sana, duduk diam di bawah pohon kamboja rindang yang bunganya berguguran. Pandangannya lurus kedepan, memandang kosong pada sebuah epitaf yang begitu familiar. Sunyi menemaninya saat itu. Sementara hembusan angin memeluk raganya dengan lembut. Narendra menggigil di serbu mendung yang kian mendekat. Awan gelap dari arah Selatan sudah siap mengguyurnya dengan hujan. Namun alih-alih beranjak, ia hanya memandang gumpalan hitam itu dengan kepala yang mendongak.

"Kenapa gak ada satu pun yang bisa gue percaya di dunia ini?" Pada rinai hujan yang perlahan membasahi tubuh, Naren berbisik. Sembilu perlahan menikam hatinya yang sudah tidak berbentuk. Banyak amarah yang terlalu rumit di dalam dirinya, sampai-sampai jiwanya hancur perlahan-lahan.

Naren tidak pernah bisa hidup tenang beberapa tahun ini. Banyak hal yang telah berubah, keluarga, lingkup pertemanannya, bahkan dirinya sendiri. Setelah kejadian di masa lalu, keadaan seolah menyeleksi manusia di sekitaranya. Tuhan seolah tengah menunjukan mana yang bisa Naren percaya atau tidak. Dan sayangnya, dalam seleksi itu, tidak ada yang tersisa. Satu persatu orang di sekitarnya menunjukan borok yang tidak bisa Naren terima.

"Gue seharusnya lebih dewasa saat itu dan bisa melindungi semuanya." Naren menyesal, meskipun pada kenyataannya tidak ada yang bisa ia lakukan pada usianya yang terlalu muda. Umur adalah sesuatu yang mutlak, manusia manapun tidak akan ada yang mampu memanipulasinya sembarangan. Hanya saja, penyesalan itu tetap ada. Saat itu, Naren menyayangkan ketidakberdayaan dirinya.

9 tahun berlalu, namun ingatan itu begitu membekas pada hati Naren. Malam yang mencekam, dimana pesta ulangtahun yang seharusnya di penuhi tawa justru di hiasi banyak air mata. Kegaduhan, pertengkaran dan perdebatan yang tiada henti. Naren masih terlalu muda ketika itu, dia hanya bisa meringkuk ketakutan di pojok ruangan, menangis seorang diri dan menikmati lukanya sendirian.

"Naren, lari gak akan menyelesaikan apapun."

Kilat-kilat menyambar di atas kepala, begitu Naren menyadari jika air hujan tidak lagi mengguyur tubuhnya. Mendengar suara familiar yang samar di antara guruh suara hujan, Naren hanya bisa membisu dengan kemarahan yang tiada habisnya. Bukan masalah jika ia harus melarikan diri, selama sosok di samping tidak lagi menemukannya, selama orang yang paling Naren benci itu tidak pernah lagi menampakkan diri, Naren bersedia menanggung lelahnya pelarian.

"Kehidupan emang gak ada yang abadi, tapi Tuhan ngambil Mama terlalu cepat." Naren berbisik pada hujan. Batu nisan di hadapannya terlihat mengkilap basah, sedangkan sosok di samping ia anggap angin lalu.

Ada banyak alasan yang membuat Naren tidak menyukai hujan. Keheningan yang telinganya dengar, keributan yang membuat tubuhnya bergetar, juga kenangan pahit yang membuat hatinya pilu. Hujan besar di sertai guntur dan kilat juga terjadi pada hari 9 tahun lalu. Awalnya kejadian itu hanyalah sebuah fenomena alam yang terkesan biasa, tetapi Tuhan ternyata tidak ingin ia menganggapnya seperti itu lagi. Tidak hanya di luar, Tuhan membawakan badai ke dalam rumahnya yang nyaman dan hangat.

"Itu mungkin karena Tuhan sayang sama Mama kamu, Naren." Sosok di samping kembali menyahut.

Kali ini, Naren tergelitik mendengar perkataannya yang seolah di penuhi simpati. Padahal tanpa di beritahu pun, Naren tahu topeng seperti apa yang sedang sosok itu berusaha mainkan. Itu membuat Naren muak. "Ya, seenggaknya Tuhan tahu kalau Mama gak seharusnya terluka gara-gara orang kayak lo."

Sosok itu membisu. Rona pada wajahnya lenyap oleh pucat yang kian membuat belah bibirnya bergetar. Ada banyak hal yang ingin ia sampaikan, tapi di hadapan kebencian Naren yang begitu besar, ia tidak berdaya. Melihat penilaian Naren yang begitu buruk tentangnya, membuat ia merasa dirinya benar-benar orang seburuk itu.

The 7th Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang