I'M BACK!
.
~Akan bagaimana dunia tanpa dendam dan kebencian? Sungguh muak menghadapi semua hal itu.~.
Pintu di tutup dan tawa Melvin menguar tertahan. Rona merah muda di wajah juga telinga menjadi saksi sebanyak apa ia bersenang-senang menggoda Kimberly. Sosok Kimberly yang lugu dan innocent menjadi daya tarik tersendiri baginya untuk datang ke kantor. Selain perempuan itu, kantor merupakan beban yang selama ini memberatkan bagi Melvin.
Kehidupan yang ketat dan pekerjaan yang tiada habisnya, semua itu benar-benar tidak pernah memberi Melvin apapun selain ambisi yang semakin besar. Kantor selalu menjadi momok menakutkan yang membuat Melvin terkadang enggan untuk menginjakkan kaki di sana.
Beruntung, satu tahun yang lalu, sosok Kimberly muncul tanpa terduga. Perempuan yang ia kenal semasa kuliah itu tiba-tiba saja melamar pekerjaan di perusahaan.
Akan tetapi, kesenangan itu tidak bisa bertahan begitu lama. Tawa dibibir Melvin perlahan memudar saat ia ingat alasan yang mengharuskannya meninggalkan Kimberly beserta obrolan menyenangkan mereka. Jantung yang sempat berdebar kencang karena mata kebiruan Kim yang memikat, kini berubah menyesakkan. Bukan lagi rasa senang, keteganganlah yang kini mengambil alih seluruh raga Melvin.
Rasa enggan di hati memang membuat langkah kakinya begitu sulit, tetapi dalam situasi yang seolah terdesak, Melvin tidak punya pilihan lain. Hidupnya sudah lama bukan lagi menjadi miliknya. Seseorang telah menyetir setiap keputusannya selama bertahun-tahun. Dan setelah melewati waktu menyenangkan bersama Kim, Melvin justru harus menemui seseorang itu. Seseorang yang berhasil mengubah suasana hatinya menjadi buruk dalam hitungan detik.
Kini, pintu besar di ujung lorong menjadi satu-satunya pembatas yang menghalangi Melvin dari pekatnya kebencian yang ada. Seluruh amarahnya selalu saja berada di ubun-ubun setiap kali kesempatan, mempertemukan mereka.
Tok. Tok. Tok.
Pintu di ketuk berulang kali. Sampai sahutan terdengar dan memintanya untuk masuk, barulah Melvin bersedia untuk menyingkirkan pertahanan terakhir diantara mereka. Melihat meja sekretaris yang kosong, Melvin sempat bertanya-tanya, mungkinkah 'orang itu' sedang tidak berada di tempatnya?
Akan tetapi, keberadaan pak Kurniawan di ruangan ini telah menjawab pertanyaan yang hanya bisa ia ajukan di kepalanya sendiri, itu. Hanya saja, ruangan itu cukup ramai untuk disebut sebagai ruangan pribadi pemilik Wirawan group. Ada beberapa wajah familiar lain yang ikut menyambangi ruangan mewah itu.
"Ada apa, Pak?" Tanya Melvin pada pak Kurniawan yang baru saja menyambutnya di depan pintu.
Pria baya yang sudah mengabdi puluhan tahun pada keluarga Wirawan itu membuka mulut, hendak menjawab tuan mudanya. "Anu, Mas, itu--"
"Gak ada apa-apa, Vin, jangan khawatir. Papa cuma kecapekan." Potong Arjun dengan cepat.
"Apa benar, Dok?" Melvin kembali bertanya. Kali ini sasarannya adalah dokter muda yang sejak 5 tahun lalu menjadi dokter pribadi keluarga Wirawan.
Dokter bernama Henry itu melirik Arjun sebentar, sebelum mengiyakan dengan senyum tipis yang terlihat canggung. "Benar." Katanya. "Untuk sekarang, cukup konsumsi obat--maksud saya, vitamin yang sudah saya resepkan, tapi nanti sore, tolong usahakan datang ke klinik saya untuk menerima infus." Ujar dokter Henry yang entah mengapa sempat terbata.
"Baik, Dok. Saya akan mengusahakan membawa beliau untuk datang nanti sore." Sahut Kurniawan.
Melvin melihat ketiganya berbasa-basi singkat, sebelum dokter Henry pamit dan meninggalkan ruangan dengan di temani pak Kurniawan.
![](https://img.wattpad.com/cover/335165213-288-k777079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The 7th Of Us
Teen FictionDarah memang selalu lebih kental dari pada air, namun tidak menutup kemungkinan jika tidak semua persaudaraan memiliki cukup cinta dan kasih sayang. Narendra hanya memiliki kebencian untuk keluarganya, terutama kakak tertuanya yang bernama Melviano...