Ketakutan

96 7 1
                                    

"Tapi pertanyaannya yang lain lebih penting."

*


































*

"Zet, gue perlu bicara empat mata ama lu."
"Sekarang."
Razz menyentuh pundak Zet, menatapnya dengan tatapan tajam. Menandakan ada lah yang sangat penting untuk di bicarakan.

Zet paham dan langsung berdiri, berjalan mengikuti sahabatnya. Mengikuti Razz yang keluar dari kamar 97. Sedangkan Ledib dan Axo di buat kebingungan oleh Razz. Kenapa mereka tak di ajak? Apa yang akan mereka bicarakan?

*


















*

Halaman belakang. Sebuah lahan kosong penuh dengan semak. Cahaya lampu yang menerangi Razz dan Zet yang sedang argumen. Bulan yang menjadi saksi bisu mereka berdua. Sebuah argumen yang...

"LU GILA!?!!?" Zet setengah berseru. Dirinya benar-benar syok dengan pernyataan tersebut.
"Razz... Lu sadarkan, Agnótita Room... Terlalu beresiko.."

Razz menatap langit gelap berhiaskan bintang-bintang. Sebuah malam dingin yang menyakitkan. "Tapi kita gak punya pilihan lain.. gue.. juga gak mau semuanya berakhir kayak gini." Razz menatap Zet dengan mata sembab. Menahan air mata yang berusaha terjun.

"Entah gimana Arliez bisa tau semua rahasia-rahasia ini, entah apa yang terjadi kalo sampai The Dream Craft tau tentang ini!"
"... Ini bakal jadi hal yang..."

Bruk!

Razz terduduk lemas di tanah dengan air mata yang ngalir begitu deras. Tangan-tangannya berusaha keras menyeka air mata tersebut. Namun penderitaannya sudah begitu jauh.

Isak tangis di malam hari. Salah satu hal yang menyakitkan. Anak tunggal adalah harapan pertama dan terakhir. Satu-satunya harapan yang ada. Mereka harus kuat. Harus kuat menahan beban dan rasa sakit. Jangan sampai air mata berharga tersebut jatuh begitu saja. Dan tunjukkan bahwa kau kuat.

"...Semua ini di luar kendali. Ini gak kayak yang gue liat.. ini jelas-jelas beda!" Suara yang getar karena menahan tangis. Razz berusaha keras untuk tetap pada jalur.

"Razz.. kadang dunia gak seindah apa yang ada di mimpi... Gue tau itu pasti sakit. Sakit banget. Emang gak semua orang mungkin bisa nahan rasa sakit yang lu alami.."
"Tapi percaya deh, ada banyak orang yang selalu ada buat lu. Kapan pun lu butuh.. kita bakal ada buat lu."
"Pasti ada solusinya... Gue yakin! Kita bisa selesaikan masalah ini bareng!"

Zet menghampiri Razz. Mencoba menenangkannya, walau Zet sendiri sedang sedih. Namun.. tak ada hal lain yang bisa dia lakukan. Melihat sahabatnya menangis di hadapannya, suatu hal yang menyakitkan.

"Kita, hanya harus ngikut apa yang mereka mau. Semuanya bakal aman.."
"..."
"Dude, kalo mau ketawa gak usah pake drama nangis."

Seringai tanpa arti terukir di wajah sang Razz Gaming.
"Hahahaha!!"
"Ahahahaha!! Wkwkkwkwkwk!!"
"Goblok banget aktingnya!!"
"Wkwkkwkwkw!"
Gelak tawa menutup suara tangis. Razz tertawa menghiasi sunyinya malam.

Razz bangkit berdiri. Menghela napas lega dan masih dengan gelak tawanya. Tangan yang di bentangkan ke udara seolah-olah siap untuk memeluk seseorang. Cahaya rembulan yang semakin redup di tutup oleh awan mendung. Gemerlap bintang yang kian menghilang. Hawa dingin yang semakin menusuk tulang.

"Gimana? Rencana terakhir berlanjut kan?"

Zet menepuk pundak Razz. Tatapan yang tenang. Penuh artian yang... Entahlah...

"Pake nanya, Lu kira semua yang kita rencanain hancur cuma karena Rafel ama Arliez? Enggak lah!"
"Kita bakal hancurin semuanya besok. Hari peperangan."
"Tragedi The Destruction akan ter ulang!"
"Dan kita yang bakal buat itu terjadi lagi!"

""Tragedi The Destruction akan ter ulang!""Dan kita yang bakal buat itu terjadi lagi!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*


































*

Who?

Who's the real villains?











































It's Razz






































Destruction Arc
Begin

The CreepypastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang