Bisa kah dunia ini menjadi tempat yang tenang? Tempat yang nyaman untuk tidur. Aku ingin... Menjalani sisa hidup ku dengan mereka... Tanpa ada kendala...
(ノ◕ヮ◕)ノ*.✧
Aku benci mimpi buruk! Jangan berbisik-bisik, aku tak suka! Kapan ayah dan ibu pulan...
Malam ini, bulan nampak biru indah menghiasi langit.
"Kayaknya tadi ada yang ngawasin dah.." ucap Zet pada Razz.
Razz tidak peduli dengan perkataan Zet, ia sibuk memperhatikan peta yang ada didepannya.
Basement. Tempat mereka berada sekarang ini. Perpustakaan pusat mempunyai sebuah pintu rahasia yang mengarah langsung ke basement dan hanya diketahui oleh sedikit orang. Tentu ini menjadi tempat yang pas untuk membuat sebuah rencana kecil. Banyak rencana yang mereka pikirkan ditempat ini. Tapi kira-kira, apa rencana mereka?
"Gw bakal kasih satu peringatan," Razz menatap Zet.
Zet langsung menatap Razz dengan bingung, mempertanyakan maksud Razz. "What?"
"Jangan percaya ama siapapun."
Mendengar kata-kata itu, Zet bingung. "Emangnya orang bodoh mana yang bakal percaya ke orang asing?" Gelak tawa kecil. Dibersamai candaan dari Zet.
"Yaaa~ siapa tau bakal ada penghianat diantara kita kan?"
Deg!
Kata-kata Razz entah mengapa membuat tubuh Zet merinding. Ia sedikit tidak mengerti, tapi ya sudah lah.
"Oh. Mereka udah dateng, akhirnya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pintu basement dibuka, masuknya 3 orang, memberikan senyuman puas pada wajah Razz. Tiga anggota yang lain telah datang. Kini tinggal menyusun rencana lanjutan bersama mereka.
"Jian mana?" Tanya salah satu dari mereka.
"Katanya sih~ lagi ngeladenin si kesayangan dewa."
Jawaban Zet di respon anggukan oleh mereka. Ini berarti ada 4 orang yang membantu rencana Razz dan Zet. Rencana Destruction.
*
*
00.37
Beres mengurusi Adhit, pemuda satu ini keluar dari gedung dengan senyuman puas. Jejak hujan yang masih tertinggal di tanah membuatnya semakin bahagia. Dimalam itu. Kebahagiaannya tak bisa diukur. Ada suatu hal yang membuatnya begitu bahagia.
Gelak tawa penuh kepuasan. Otak liciknya ini sudah berputar sangat lama untuk berpikir. Sekarang, saatnya untuk kembali menunggu hasil. Sepertinya.
"Kau bukan Valkrie kan, Jian?" Suara anak kecil yang familiar. Yah, mata merah itu membuat Jian tak bisa kabur. Gerakan bocah ini lebih cepat dari cahaya, tak akan ada waktu untuk Jian kabur.
"Tuan muda Red Creeper, ini sudah waktunya untuk tidur, kenapa anda disini?" Jian berbalik menghadap wajah yang bocah.
Wajah bulat dan pipi gembulnya nampak lucu dengan ekspresi wajahnya yang marah. Red Creeper menatap Jian tanpa rasa takut. "Apa yang kau rencanakan?"
Sungguh, pertanyaan Red Creeper tak bisa dihindari oleh Jian. Entah mengapa, tapi Jian tau kalau melawan Red Creeper tak ada gunanya. Pada akhirnya sudah multak siapa yang akan menang.
"Tidak ada," ucap Jian dengan santai.
Namun jawaban itu tidak membuat Red senang, ia justru semakin menggerutu mendengarnya. "Kau bukan Valkrie," "kau adalah kaki tangan dari sang Dewa Waktu kan."
"Ho~ Tuan muda memang cerdik." Puji Jian.
"Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" "Aku tau tidak hanya kau yang bersikap aneh. Asal kau tau, kalau ada 6 orang yang dicurigai termaksud dirimu." Terus saja di dorong ke jurang. Red Creeper tak membuat celah sedikitpun untuk Jian melarikan diri.
Jian nampak panik untuk sesaat. Namun, bulan yang kini ditutupi oleh awan mendung. Hanya menyisakan bintang-bintang di langit untuk menyinari dunia. Dengan demikian, terjawab sudah pertanyaan Red Creeper.
"Pertama, keseluruhan dari kami bukanlah 6, melainkan 5." "Yang kedua, semua ini direncanakan oleh Pangeran sendiri yang menginginkan kehancuran dunia."
"5?! Jadi kau akan membuang satu.."
Pernyataan yang tegas dari Jian. Red Creeper saja terkejut atas fakta yang diberikan. Kehancuran dunia yang sudah direncanakan.
"Pangeran... bintang... Sang Pangeran Bintang.. kah?" Tanya Red dalam gumamnya. Matanya menunjukkan ketidakpercayaan pada apa yang didengarnya.
"Yah, itu benar." "Ini perintah dari The prince of Stars." Senyuman canggung dari Jian. Entah apa yang terjadi, namun menyebutkan gelar itu saja sudah berat. Apa lagi kalau mengungkit-ungkit sosok itu.
Bocah didepannya ini diam seribu bahasa. Matanya merefleksikan kebingungan. Haruskan dilawan? Tapi dia bukan tandingannya. Tapi kalau tidak di lawan, dunia hancur. Tapi kalau melawanpun Red pasti kalah. Memangnya akan berdampak besar pada dunia? Memang Red bisa membantu apa? Gimana ini? Harus apa? Apa yang harus dilakukan????
"Nampaknya, musuh utama kalian bukanlah Villain, melainkan Kami." "Bukankah begitu? The Dream Craft."
Mata Jian tertuju pada sosok yang terlihat di jendela gedung besar itu. Sosok Adhit yang dari tadi mengawasi mereka berdua. Red ikut melihat kemana Jian melihat. Diatas sana, Adhit dengan ekspresi tegas menatap mereka berdua yang ada dibawah.
Seolah melihat para bawahan rendah yang sedang memperebutkan sebuah koin perak. Sang atasan dengan tenang memperhatikan gerak gerik bawahannya, tanpa tau bahwa ada sebuah pedang akan siap menyerangnya kapan saja.
Melihat hal ini, semangat Jian membara hebat bagai kobaran api.
"KAU PASTI PAHAMKAN SITUASINYA ADHIT!" "JIKA KAU BERANI! HADAPI AKU DI MEDAN PERANG ESOK HARI!"
Waktu.
Kau bukanlah tandingan dari Bintang yang bersinar terang.
Namun, namamu akan abadi bagi sang Bintang.
Atas jasa yang tak akan pernah pudar dalam menemaninya.
. • °⛓✧༺Bersambung༻*ੈ✩‧₊˚⛓
Nama yang indah. Nama yang akan abadi didalam hati ku, dan cerita yang ku karang.
Maap ges, Author lagi galau abis putus 🤡 lawak emang
• • • • Thanks for reading~ Maaf kalau ada kata yang salah Saya Author terimakasih and see you in next chapter~🍀