Bisa kah dunia ini menjadi tempat yang tenang? Tempat yang nyaman untuk tidur. Aku ingin... Menjalani sisa hidup ku dengan mereka... Tanpa ada kendala...
(ノ◕ヮ◕)ノ*.✧
Aku benci mimpi buruk! Jangan berbisik-bisik, aku tak suka! Kapan ayah dan ibu pulan...
Ya benar. Razz telah kembali. Datang di akhir seperti seorang pahlawan. Bentar dia kan MC ya wajar lah.
"Razz...apa... Yang terjadi dengan matamu?" Tanya Malik.
Netra Razz berubah. Mata kanannya... Berubah menjadi hitam. Entah itu pupil ataupun sklera nya, semuanya hitam. Ia seperti menangis, tapi... Bukan buliran bening yang keluar... Melainkan cairan hitam yang terlihat menjijikkan. Namun beruntung mata kirinya masih normal.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue males gambar 🗿
Razz menghiraukan perkataan Malik. Dia tengah sibuk memandangi Billy yang tengah kesakitan.
'perasaan aneh apa ini? Energinya benar-benar besar' Malik melamun melihat Razz. Seperti yang dipikirkannya, kekuatan Razz jauh lebih besar dibandingkan beberapa waktu yang lalu.
Pedang berlumuran darah. Cairan merah terus menetes, mengotori tanah. Benar-benar hari yang melelahkan. Hari yang kotor.
SSSRIINNNGG!!
FFRRZZZ!!
"Apa!?" Malik terkejut. Razz barusan mau menyerang Billy sekali lagi, namun tiba-tiba duri es yang tajam muncul dan mencegah.
Serangan dadakan ini tak di perkirakan oleh Razz. Dia tadi refleks menjauh dari Billy karena hawa yang semakin dingin. Jika tidak, mungkin Razz sudah akan beku karena serangan itu.
PPRRAANGG!!
Es dihancurkan dengan sekali serangan oleh Malik. "Tidak ada? Kemana dia?"
Billy hilang. Dengan lukanya itu tak mungkin dia pergi sendirian, pasti ada Villain lain disini.
"Kapten, mungkin sebaiknya kita kembali, bisa saja Billy memanggil bantuan." Sahut Razz.
Malik benar-benar lupa kalau ada Razz di sampingnya. Tapi... Matanya... Sudah kembali normal... Apa itu hanyalah khayalan Malik?
"Kau benar, ayo." Malik mengambil pedangnya kembali. Sesaat melamun melihat pedang yang berlumuran darah ditangan. Entah kenapa, Malik rasa ada yang tak beres disini.