Epilog

733 50 14
                                    

Markas Kawani tidak pernah seramai ini sejak waktu yang cukup lama. Kembalinya Eri ke Sidikara membuat hampir semua anggota aktif berkumpul sore ini. Akhirnya, lelaki itu berhasil melewati sidang akhir studinya lebih cepat dari perkiraan, dan memutuskan untuk kembali menetap di Sidikara setelah menghadiri wisuda bulan depan.

"Jadi, makan-makannya sekarang atau abis wisuda nanti, A?" tanya Dante.

"Dua kali ge teu nanaon meureun?¹" timpal Deki.

Yang lain terbahak.

"Sok sekarang mah pemanasan dulu." Eri mengeluarkan ponselnya dan melemparkan benda pipih itu pada Dante. "Tah, bebas mau pada pesen apa di KuyFood!"

Para serigala liar segera riuh bersorak dan mengerubungi Dante yang memegang ponsel itu. Di antara mereka, aku memperhatikan sekitar. Aku tidak akan pernah bisa masuk ke ruangan ini tanpa merasakan sedikit sesak di hati karena teringat pada Taka. Namun, ia pasti senang jika dapat melihat keceriaan di sini sekarang. Maka, aku turut mengerubungi Dante sambil tertawa kecil menimpali guyonan mereka.

Sepuluh menit kemudian, Dante mengembalikan ponsel itu pada Eri, setelah selesai memasukan lima kotak besar pizza dan beberapa porsi pasta panggang ke dalam keranjang belanja. "Ini a, udah kita pilih."

Eri menerima ponsel itu lalu memeriksa layarnya. Setelah beberapa saat, "Apa ari kamu, Dante. Da saldonya juga cuma ada gocap."

Dante melongo. "Baleg, A?"

Eri terbahak melihat ekspresi kaget Dante. "Percaya aja lagi! Tuh, udah di-check out!" Ia menunjukkan layar ponselnya yang kini dalam tampilan menunggu driver.

Riuh sorak sorai kembali terdengar. "Nuhun, Pak Ketu!"

Para Kawani telah menggadang-gadang Eri untuk menjadi suksesor Taka. Bahkan, beberapa dari kami telah memanggilnya dengan sebutan Pak Ketu meski pengangkatan jabatan secara resmi belum terjadi. Ia sendiri tidak pernah menampiknya. Mungkin, itu jugalah salah satu alasan atlet baseball yang sebenarnya memiliki masa depan karir yang menjanjikan di Jogja itu memutuskan untuk pulang ke kampung halaman.

"Kapan cabut jahitan, Rai?" tanya Dante setelah kami kembali ke posisi duduk masing-masing di lantai ruang tengah. "Kelihatannya kayak udah pada kering, tuh."

"Besok. Pas satu minggu," jawabku. "Sekalian ayah saya juga udah dibolehin keluar dari rumah sakit."

Dante mengangguk-angguk. "Mau urang anter?"

Cobra memang masih berada di bengkel. Bagian kanan badannya mengalami kerusakan yang cukup parah sebagai akibat dari meluncur bebasnya motor itu saat kugunakan sebagai alat untuk menghantam sebagian pasukan Blacktula.

Sebelumnya, mungkin aku akan menolak tawaran itu dan lebih memilih untuk menggunakan jasa taksi online. Namun, kini aku menyadari bahwa membuka diri pada para serigala ini mungkin bukanlah hal yang terlalu buruk.

Maka, aku mengangguk pada Dante. "Boleh. Repot gak, Dan?"

"Alah." Dante mengibaskan tangannya, mengisyaratkan bahwa itu bukan hal besar.

Sudut mataku menangkap poster Jena yang terpampang di dinding belakang dan aku menyembunyikan senyum geli yang otomatis tersungging dengan sebuah batuk palsu. Kini, melihat gambar itu di markas terasa konyol. Gege enggan melepasnya meski telah mengetahui hubungan antara gadis itu dan aku.

"Cinta sejati urang buat Jenaka terlalu dalam cuma buat dirusak sama cinta monyet yang maneh punya. Sori aja, Rai! Poster kesayangan urang tetep di situ!" Begitu tukasnya saat pertama kali kami memasuki markas tadi.

Meski yang lain menyoraki dan menyebutnya sebagai si halu gila, Gege tidak berubah pikiran. Karena aku pun tidak memiliki alasan untuk bersikeras menurunkan poster itu, maka Gege menang.

Tiba-tiba, sebuah ketukan terdengar dari pintu depan. Suara obrolan di dalam markas seketika terhenti, dan kami saling melirik satu sama lain. Anggota Kawani tidak pernah mengetuk pintu sebelum masuk ke markas. Siapa pun yang ada di luar sana, bukan salah satu dari kawanan serigala. Driver KuyFood yang mengantar pizza pun tidak mungkin tiba dalam waktu yang terlalu singkat.

Mungkinkah, itu adalah anggota kepolisian yang akhirnya menemukan petunjuk dalam penyelidikan penikaman Taka? Jantungku berdebar memikirkan kemungkinan itu. Ketukan itu kembali terdengar.

"Biar saya aja." Aku berdiri dan mulai berjalan ke sana.

Aku menekan gagang pintu, dan menganga saat melihat sosok yang berdiri sambil memegang satu krat berisi botol minuman di ambangnya. Seorang pemuda bertubuh kecil yang gurat wajahnya kini kuhapal dengan jelas, setelah menghabiskan berjam-jam mengapung bersamanya dalam deras sungai. Di belakangnya, empat orang pemuda berjaket krem lain berdiri sambil membawa beberapa slop rokok.

"Arai," sapa Felix sambil mengangguk dengan senyum tipis yang cukup sopan.

Aku belum bisa berkata-kata. Motifku saat menyelamatkannya satu minggu yang lalu memang berada di garis samar antara kemanusiaan dan memancing perdamaian yang diinginkan oleh Taka. Namun, bahkan setelah berhasil membawanya pulang dalam keadaan hidup dan melihat pemuda itu menatapku penuh arti selama beberapa detik dari tandu tim penyelamat, aku sama sekali tidak menyangka perdamaian itu akan dimulai dengan segamblang ini. Dengan mereka mendatangi langsung markas Kawani, membawa krat minuman dan slop rokok alih-alih celurit dan tongkat senjata.

Rupanya, sang raja tarantula memiliki nyali yang berbanding terbalik dengan tubuh kecilnya.

"Siapa, Rai?" tanya Eri dari dalam.

Aku membuka pintu lebar-lebar sebelum menjawab.

"Blacktula."

***

¹Dua kali juga gak apa-apa kali?

--------------------------------------------------------

Hai, readers!

THANK GOD AKHIRNYA JENAKA SELESAI.

Nulis novel ini bener-bener pengalaman baru yang WOOOW roller coaster banget! Yang mulanya pengen bikin teenlit geng motor yang ringan dan receh, tapi jadinya gak ringan dan receh sama sekali 🙂🙂🙂 Yang tadinya pengen ngikutin trend cerita geng motor di wattpad, tapi jadinya malah beda banget sama cerita geng motor lainnya 🙃🙃🙃

Tapi, gak apa-apa. This is Zsabella, this is my style! Aku harap Jenaka menjadi pengalaman membaca yang menyenangkan dan cerita yang membekas bagi kalian.

Belum ingin move on dari Jenaka? Baca The Wolf I Love yuk, judul kedua dalam seri ini! Aku tunggu komentar kalian di prolognya ya 😏❤

XOXO,
Author

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang