bab 1

4.3K 170 3
                                    

Hari yang gelap tanpa ada bintang satu pun, sungguh malam yang dingin. Bahkan jalanan kota tampak lenggang. Nampaknya karena malam ini akan segera turun hujan badai.

Namun suasana sepi itu tak menahan langkah seorang wanita cantik berambut pirang sebahu. Wanita yang berpakaian serba hitam dari ujung kaki itu melangkah mendekati sebuah jembatan.

Ada sebuah catatan kecil dalam genggamannya yang terus bergetar dengan sendirinya, sebuah tanda bila tugasnya harus segera diselesaikan.

Mata ungu bening yang berkilau cantik itu menatap punggung seorang wanita yang tengah berdiri diluar pagar jembatan. Tampaknya wanita itu hendak membebaskan dirinya dari segala jeratan masalah di dunia ini. Sungguh keputusan bodoh tapi dia tak berhak mencampuri urusan mereka. Dia hanya akan datang untuk menjemput roh mereka.

Sedang wanita yang mengenakan piyama berbalut jaket tipis itu tampak mengusap lembut perutnya. Dia menangis dalam diam. Air mataya terus menetes tapi matanya begitu kosong seakan begitu lelah dan ingin segera mengakhiri hidupnya.

"Anakku .. maafkan ibu, maaf ..."

Mata wanita itu terpejam lalu ia dorong tubuhnya terjun bebas ke bawah dan menghujam keras ke sungai dingin dibawahnya.

"Huuff ..." wanita bermata ungu itu menghela napas ketika dirinya duduk di atas pagar jembatan dan mengamati tubuh wanita yang tenggelam. Pandangannya kemudian bergerak kearah speedboat yang melaju kencang kearah wanita tadi lalu seorang petugas penjaga sungai terjun untuk menyelamatkan wanita itu.

"Mari kita akhiri tugas hari ini lebih cepat," ujar wanita itu lalu tubuhnya menghilang dan sekejap berpindah keatas speedboat. Dia berdiri di samping wanita tadi yang telah terbaring lemah dengan seorang petugas yang sibuk memberi cpr untuk wanita itu.

Wanita bermata ungu berkilau yang merupanan malaikat itu akhirnya membuka buku bersampul hitam itu yang terus bergetar hebat dan di halaman kosong itu akhirnya muncul huruf demi huruf membentuk serangkaian nama.

"Phitsamai Phawta ..." malaikat berkulit putih pucat itu memanggil nama wanita tadi dan saat itulah mata wanita itu terbuka sedikit dan melirik sang malaikat.

"Hari ini .. aku datang untuk menjemputmu. Waktumu di dunia ini telah berakhir," ujar malaikat lagi lalu ia menutup kembali bukunya.

Sedetik setelah malaikat itu memanggil namanya wanita itu tampak kejang dan kesulitan bernapas sehingga para petugas di sana berusaha keras menolong wanita itu.

"Bangkit dan ikutlah denganku." Malaikat itu melangkah hendak pergi tanpa diduga tangan wanita itu mencengkram kakinya, mengejutkan malaikat itu.

"Kau-!"

'Selamatkan putriku! Aku mohon ...' pinta wanita itu dalam hatinya, dia memohon dengan sungguh-sungguh.

"Aku tidak berurusan dengan manusia. Apalagi manusia sepertimu. Pergilah dengan tenang."

'Putriku .. dia tak bersalah, aku mohon selamatkan bayiku dan aku akan pergi dengan tenang.'

"Aku tak punya kuasa untuk membantumu. Lagipula aku juga tak punya keinginan membantumu," tegas malaikat itu lalu ia berjongkok, menyentuh tangan wanita itu lalu melepas cengkramannya yang kuat. Dan saat itulah nyawa wanita itu terlepas ragi raganya.

"Ayo cepat pergi. Jika kau terlambat maka rohmu akan menjadi arwah gentayangan," ajak malaikat berparas cantik itu pada wanita tadi yang berdiri di samping jasadnya. Namun ada seulas senyum pada bibirnya, membuat sang malaikat penasaran.

"Kenapa kau tersenyum?"

Wanita berambut panjang lurus itu mengalihkan pandangannya pada si malaikat lalu membungkukkan badan. 'Terima kasih telah menyalamatkannya. Terima kasih ...' ujar wanita itu lalu tubuhnya menghilang.

blooming heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang