Hari sudah siang, di sebuah rumah sakit kecil Freen masih tertidur. Dokter bilang gadis itu akan baik-baik saja setelah bangun nanti. Pagi tadi Freen mengalami serangan panik dan dokter menyarankan agar gadis itu dibawa ke psikiater setelah kondisinya lebih baik.
Kini Becky hanya duduk diam disamping ranjang Freen, menatapinya dengan tatapan iba. Jika saja gadis itu bisa melepas dendamnya dan menjalahi hidup dengan baik, Freen pasti tak akan melalui hal seperti ini.
Semakin lama Becky berada disamping gadis itu, semakin banyak hal yang Becky pahami tentang dia. Betapa kesepian dan rapuhnya gadis dihapadannya saat ini tapi dia selalu berhasil menutupi itu semua.
"Pasti kau sangat menderita," gumam Becky.
Dengan lembut Becky meraih tangan Freen, mengusap punggung tangan Freen penuh perhatian. "Aku tak bohong saat aku mengatakan jika aku merasa cukup bersalah padamu karena kebodohanku. Karena diriku .. kau harus menjalani hidupmu penuh dengan penderitaan," ungkap Becky.
Genggaman tangan Becky mengerat tanpa menyakiti Freen lalu kembali berujar, "hukuman ini .. aku tak akan lagi menyangkalnya. Aku sungguh ingin kau hidup bahagia. Dengan begitu saat aku pergi nanti, tak akan ada lagi penyesalan lainnya."
"Aku .. sungguh-sungguh ingin kau hidup dengan baik Freen."
Becky mengatakan semuanya dari lubuk hatinya. Dia sungguh berharap hidup gadis itu segera berubah, bukan karena Becky takut akan menerima hukuman berat bila misinya gagal. Akan tetapi harapan itu sungguh dari lubuk hati malaikat cantik itu.
Becky sudah tak lagi memikirkan bagaimana jika lenyap bila gagal merubah hati gadis itu. Becky lebih memikirkan bagaimana bila hati gadis itu tak berubah meski dirinya telah pergi.
Freen pasti akan menderita sepanjang hidupnya.
"Wali pasien nona Freen, bisa anda ikut ke resepsionis sebentar untuk menyelesaikan administrasi?" kata seorang perawat yang baru saja mendatangi Becky.
Becky menoleh lalu mengangguk. "Iya," jawab Becky lalu segera beranjak untuk mengurus administrasi sebelum mereka pulang.
Selang beberapa detik, kedua mata Freen terbuka perlahan. Gadis itu menggerakkan pandangannya mengikuti kearah perginya Becky. Dia mendengar semuanya tapi tak mengerti apapun yang gadis itu katakan.
Kenapa gadis itu begitu menginginkan hidupnya bahagia? Disaat dirinya adalah neraka bagi gadis itu.
Pantaskah ia mendapatkan hal seperti itu? Dan untuk apa Becky selalu berharap kebahagiaan untuknya?
Freen mendesah pelan lalu memejamkan matanya sebentar. Tak lama kemudian gadis itu bangkit dari tempat tidur.
Setelah lima menit Becky pergi, gadis blasteran itu akhirnya kembali menuju ranjang Freen yang berada di ICU dan ia kebingungan saat mendapati ranjang itu sudah kosong.
Becky celingukan kesana kemari sambil bergumam, "astaga kemana perginya gadis itu?"
Bergegas Becky meninggalkan ruang ICU karena ia yakin Freen belum pergi terlalu jauh.
"Kau sungguh baik-baik saja?" tanya Becky saat ia mengikuti langkah Freen keluar dari klinik setelah sempat pingsan.
"Jangan hiraukan aku. Aku hanya terlalu terkejut saja tadi. Tak ada yang perlu kau cemaskan," jawab Freen tanpa menunjukkan ekpresi apapun meski wajahnya masih sedikit pucat.
"Kau yakin?"
Freen berhenti berjalan dan menatap Becky. "Kembalilah ke motel. Aku masih ada urusan," ujar Freen dan hendak pergi namun segera ditahan Becky.
"Kau mau kemana? Kau masih belum sehat."
"Sudah kubilang jangan hiraukanku," kata Freen dengan suara lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
blooming heart
RomanceHati wanita yang begitu dingin yang bahkan ketika kau hanya menatapnya. Dunia yang mengitarinya dipenuhi tajamnya batu kerikil dan sepi. Lalu saat musim dingin terlewati dan musim panas datang, seseorang perlahan mulai merengkuhnya. Memberikan kehid...